9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Memantik Kesadaran Berbangsa Melalui Buku “Bumi Manusia”

Nur Fitriani RamadhanibyNur Fitriani Ramadhani
October 22, 2024
inUlas Buku
Memantik Kesadaran Berbangsa Melalui Buku “Bumi Manusia”

Sumber Foto: Instagram.com/lanraujay

  • Judul : Bumi Manusia
  • Jenis : Novel-Fiksi
  • Penulis : Pramoedya Ananta Toer
  • Terbit : 2005
  • Penerbit : Lentera Dipantara
  • Tebal Buku : 551 halaman; 20 cm

Pram sedang menulis dalam keabadian ketika alur Bumi Manusia dibentangkan dengan begitu menawan. Saya akui, kemampuan Pram dalam melukiskan pedalaman jiwa manusia dalam sebuah buku adalah salah satu anugerah terbaik yang pernah dimiliki peradaban sastra di Indonesia.

Buku ini memusatkan perhatiannya pada tokoh Minke, seorang pribumi yang tenggelam dalam peradaban Eropa di era kolonial. Kesempatan yang dimilikinya sebagai pribumi priyayi membawanya mampu mengenyam pendidikan H.B.S., sebuah tingkatan pendidikan yang tidak banyak dicicipi oleh pribumi pada masanya.

Akibat dari pergaulan dan pendidikannya yang sangat kental dengan Eropa, membuatnya terlena terhadap perkembangan ilmu pengetahuannya yang modern dan membawa moral kemanusiaan, sebuah harapan yang tidak didapatinya dari peradaban pribumi yang tertinggal. Kekagumannya terhadap peradaban eropa dan kemuakkannya terhadap kehidupan pribumi membuatnya tercerabut dari nilai-nilai sebangsanya dan menjelma menjadi manusia eropa di pedalaman jiwanya.

Namun, pemikiran itu mulai teruji ketika Minke bertemu dengan Nyai Ontosoroh, seorang gundik pribumi yang memiliki jiwa berbeda dari pribumi lainnya. Walaupun ‘Nyai’ menjadi gelar abadi, namun Minke mendapati perempuan tersebut sangat jauh dari gambaran nyai yang selalu dilekatkan pada hal-hal tidak bermoral. Perempuan itu memiliki isi kepala yang lebih berperadaban eropa dibandingkan dirinya sendiri.

Ditambah dengan hiruk pikuk kisah cinta Minke dengan Annelies, anak perempuan Nyai Ontosoroh, membawanya lebih dekat dengan pedalaman jiwa keluarga tersebut. Minke mulai menuliskan kisah keagungan Nyai Ontosoroh  dan kecantikan khayali Annelies. Namun tak disangka, petualangan kekaguman itu membuat tabir pikirannya mulai terbuka sedikit demi sedikit terhadap nasib pribumi, sebangsanya sendiri.

Minke mulai memahami, bagaimana peradaban Eropa yang dia kesani selama ini nyatanya tidak sesempurna yang dibayangkan. Kedudukannya sebagai pribumi di mata orang Eropa hanyalah sebuah kasta terendah dari bangsa yang terjajah, mengharuskannya berada di posisi sebagai masyarakat yang tidak berdaya.

Kesadaran itu memuncak ketika akhirnya Minke harus melawan sendiri peradaban Eropa. Minke harus mempertaruhkan seluruh kekuatannya untuk bisa memperjuangkan Annelies, perempuan yang akhirnya menjadi istrinya itu, ketika berada di ujung perkara yang akan memisahkan mereka. Minke merasakan kepahitan yang luar biasa ketika menghadapi hukum kolonial yang dianggap tak memandang manusia sebagai sebuah jiwa. Peristiwa yang menjadi hantaman keras bagi pribumi yang berjiwa eropa itu akhirnya menjadi bibit perlawanan Minke untuk mengenal  lebih dekat dan memperjuangkan nasib sebangsanya yang kelak akan dikisahkan di dalam seri buku tetralogi pulau buru berikutnya.

Penokohan:

Sesosok Minke digambarkan sebagai pemuda pribumi yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap dunia modern. Kecintaannya terhadap dunia baca-tulis membuatnya tumbuh menjadi pemuda yang suka berpikir dan mempertanyakan banyak hal. Kesempatannya tumbuh dalam pendidikan Eropa menciptakan dogma  di dalam kepalanya, bahwa peradaban Eropa adalah peradaban paling unggul yang diciptakan manusia.

Sebaliknya, ketidaksetujuannya terhadap  kehidupan pribumi yang harus terus tunduk dan patuh terhadap hal-hal simbolis yang tidak memberikan nilai pada harga diri manusia. Karena kesenjangan itu, Minke akhirnya memilih untuk berjarak dengan keluarganya, keluarga bangsawan yang dianggapnya tidak menghargai ilmu pengetahuan yang sudah susah payah dibangun manusia

Sedangkan, sosok Nyai Ontosoroh digambarkan sebagai perempuan pribumi yang telah menghadapi kepahitan hidup saat dipergundik oleh Tuan Mellema, seorang pejabat Eropa yang jatuh cinta karena keindahan parasnya. Dijual oleh ayahnya menjadi gundik, membuatnya memiliki jiwa penuh dendam sekaligus memaksa dirinya untuk menjadi perempuan tegas dan mandiri agar tidak bergantung pada manusia yang telah banyak mengecewakan dirinya.

Atas bekal didikan Tuan Mellema, akhirnya Nyai Ontosoroh menjelma menjadi manusia berperadaban Eropa. Kecakapan dan ketegasannya membuatnya mampu mengurusi perusahaan Tuan Mellema, Borderig Buitenzorg, hingga terkenal di Surabaya. Dalam fase itulah dia banyak terjamah oleh ilmu pengetahuan Eropa melalui bacaan dan melihat secara langsung bagaimana Eropa bekerja. Atas dasar itu, Nyai Ontosoroh berkembang menjadi perempuan yang memiliki pola pikir Eropa, namun tetap dengan jiwa pribumi, mendendam terhadap apa yang telah peradaban itu renggut dari dirinya.

Nilai-Nilai Kesadaran Berbangsa:

Pram selayaknya menyerukan kesadaran berbangsa dalam buku ini. Alurnya menggambarkan revolusi pemikiran yang dihadapi oleh Minke dari sebelum dan sesudah bertemu dengan Nyai Ontosoroh, sesosok perempuan yang digambarkan sebagai guru kehidupan. Minke yang awalnya begitu mengagungkan peradaban Eropa harus menelan pil pahit setelah menghadapi kenyataan atas dirinya sendiri, sebagai pribumi, yang tidak berdaya terhadap peradaban yang diagungkannya. Nyatanya, perkembangan ilmu pengetahuan yang diciptakan Eropa tidak serta merta membawa seseorang pada tingkat moral yang tinggi seperti yang dia bayangkan.

“Omongkosong saja segala ilmu-pengetahuan Eropa yang diagung-agungkan itu. Omongkosong! Pada akhirnya semua akan berarti alat hanya untuk merampasi segala apa yang kami sayangi dan kami punyai: kehormatan, keringat, hak, bahkan juga anak dan istri”-Minke, hal. 497.

Hal ini menjadi bibit kekecewaan bagi Minke yang telah lama mengagumi peradaban Eropa.dan melupakan kedudukannya sendiri sebagai seorang pribumi. Ditambah dengan pertemuannya dengan Herbert De La Croix dan anaknya Miriam dan Sarah menyadarkannya akan nasib bangsanya yang terjajah. Bagi Herbert dan anak-anaknya, Minke adalah salah satu tokoh yang kelak mampu menyadarkan bangsanya akan keadaan yang begitu memprihatinkan.

“Kami dengarkan dengan terharu, juga ikut jengkel dengan kelakuan para pembesarmu yang menjual konsessi pada Kompeni untuk kepentingan sendiri sebagai pertanda kekroposan watak dan jiwanya. Pahlawan-pahlawanmu, dalam cerita papa, bermunculan dari latar belakang penjual konsessi, begitu terus menerus, berabad-abad, dan tidak mengerti bahwa semua itu hanya ulangan dari yang sudah-sudah, semakin lama semakin kecil dan semakin kerdil. Dan begitulah, kata Papa, suatu bangsa yang telah mempertaruhkan jiwa-raga dan harta benda untuk segumpal pengertian abstrak bernama kehormatan” – Sarah De La Croix, hal. 285.

Dari buku ini, Pram seolah ingin berkata, kenalilah pedalaman jiwa bangsa sendiri, karena bisa jadi kita lebih khatam terhadap bangsa lain, namun melupakan jiwa bangsa kita yang sedang sekarat. Peradaban lain mungkin begitu menjanjikan, namun penjajahan selalu dimulai dari sesuatu yang tidak kita sadari. Pentingnya mengetahui posisi kita sebagai sebuah bangsa di tengah bangsa-bangsa lainnya menjadi tolak ukur penting untuk mengetahui apa tindakan yang bisa kita lakukan sebagai seorang individu untuk menggerakkan dan memajukan bangsa sendiri.

Pram seolah menyerukan pentingnya untuk peka terhadap permasalahan sosial yang sedang terjadi di dalam masyarakat kita. Bisa jadi negeri kita sedang demam,  namun kita begitu terkagum dengan kehidupan mewah bangsa lain yang dirasa lebih berharga daripada tubuh kita yang sedang sakit. Dengan demikian, Pram menegaskan bahwa tak ada perubahan terhadap suatu bangsa, kecuali dari pedalaman diri bangsa itu sendiri, dan itu semua dimulai dari kesadaran atas permasalahan sosial yang sedang kita hadapi.

Buku ini masih sangat relevan dengan kondisi kesadaran berbangsa kita hari ini, terlebih perpaduan apik antara kapitalisme dan globalisme membuat kita begitu mudah terpesona dengan apa yang dimiliki orang (bangsa) lain daripada apa yang kita miliki. Jangan sampai kesadaran untuk mencintai dan berjuang untuk bangsa sendiri, nyatanya menjadi barang langka di kemudian hari. Dan bukan menjadi suatu hal yang sulit jika nantinya penjajahan tidak lagi berupa kekerasan dan perampasan seperti di era kolonial, namun menjelma menjadi virus yang menghilangkan jati diri dan rasa juang suatu bangsa, termasuk kita, Indonesia. [T]

Staycation Sepasang Puisi (dan Penyairnya)
“Bek”, Novel Terbaru Mahfud Ikhwan, akan Dibedah dan Didiskusikan di Galerikertas Studiohanafi
Sutan Duano Ada di Antara Kita | Dari Novel Kemarau Karya AA Navis
Tags: apresiasi sastranovelNovel Bumi ManusiaPramoedya Ananta ToerSastra Indonesia
Previous Post

Betapa Ceria Anak-anak Sanggar Uyah Lengis Memainkan “I Siap Selem” di Galeri Indonesia Kaya

Next Post

Pengabdian Masyarakat Dosen Prodi DIV Manajemen Bisnis Pariwisata Politeknik Negeri Bali di Desa Adat Ole, Marga, Tabanan

Nur Fitriani Ramadhani

Nur Fitriani Ramadhani

An Everlasting-Learner and A Life-Admirer. Pengagum kehidupan yang menggunakan tulisan untuk mengabadikan momen-momen bersama kehidupan dan Pecinta buku yang menggunakan tulisan orang lain untuk terus belajar. Memiliki anak-anak pemikiran di apieceoflifey.blogspot.com.

Next Post
Pengabdian Masyarakat Dosen Prodi DIV Manajemen Bisnis Pariwisata Politeknik Negeri Bali di Desa Adat Ole, Marga, Tabanan

Pengabdian Masyarakat Dosen Prodi DIV Manajemen Bisnis Pariwisata Politeknik Negeri Bali di Desa Adat Ole, Marga, Tabanan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co