SETELAH sungu ditiup dengan lantang oleh para tamu undangan, kembang api yang telah disiapkan mulai dinyalakan. Kembang api melesat tanpa sekat, melesat cepat ke langit menampilkan percikan warna-warni yang indah. Mesin kembang api (fire machine) juga berkilat-kilat di atas panggung, suasananya sungguh meriah, semua pengunjung turut bersorak merayakan dibukanya perhelatan Sanur Village Festival (SVF) pada malam itu.
Setelah upacara pembukaan dan pesta kembang api usai, Jun Bintang (musisi Bali) yang kebetulan pada saat itu menjadi pembawa acara, dengan iseng menceletuk, “Selamat tahun baru semuanya!” ujaran spontannya itu membuat para pengunjung tertawa. Tetapi memang semeriah itu, layaknya seperti perayaan malam pergantian tahun.
Kala itu merupakan malam pembukaan Sanur Village Festival (SVF) 2024, tahun ini merupakan pelaksanaan SVF yang ke-17 dan dilaksanakan di Pantai Mertasari untuk pertama kalinya, setelah tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan di Pantai Matahari Terbit. Perhelatan yang ke-17 ini dibuka pada 16 Oktober 2024, dengan mengusung tema “Asta Brateswarya” yang berarti delapan sifat kepemimpinan.
Pembukaan malam itu diawali dengan pementasan tari Selat Segara yang ditarikan oleh beberapa pemudi desa Sanur. Seusai tari Selat Segara dipentaskan, acara dilanjutkan dengan pertunjukkan Sinar Sunar Sanur yang dirangkaikan dengan Tari Pendet massal.
Pertunjukan Sinar Sunar Sanur merupakan garapan tari yang mencerminkan masyarakat sanur sebagai masyarakat daerah pesisir. Garapan ini merepresentasikan kehidupan masyarakat sanur yang tidak terbelenggu oleh modernitas, tetapi masih tetap bertahan dengan tradisi dan budaya nan adiluhung. Sinar Sunar Sanur merupakan kolaborasi antara Komunitas Manubada bersama Gamelan Pesel.
Pembukaan Sanur Village Festival | Foto: Dede
Pertunjukan Sinar Sunar Sanur | Foto: Dede
Pertunjukan Sinar Sunar Sanur | Foto: Dede
Para penari tampil begitu aktraktif, segala emosi, rasa, dan karsa tumpah ruah. Kalau dalam istilah Bali, disebut metaksu atau memiliki aura yang terpancar. Sinar Sunar Sanur merupakan ungkapan maha cahaya yang bersinar di wilayah pesisir, yaitu wilayah Sanur, yang sampai hari ini masih bersinar dengan beragam misteri.
Setelah menari beberapa menit, para penari diam sejenak di atas panggung, ada juga yang berada di bawah panggung, serta di beberapa sudut. Kemudian, para penabuh gamelan mulai beralih memainkan tabuh iringan Tari Pendet. Para penari pendet kemudian muncul dari segala penjuru, mereka membentuk berbagai formasi memadati areal SVF. Sebanyak 450 perempuan terlibat dalam tari massal tersebut, mereka terdiri dari Ibu-Ibu PKK dan pemudi-pemudi desa Sanur. Mereka berasal dari beberapa banjar di Sanur, setiap banjar akan mengirimkan 10-15 penari untuk turut berpartisipasi.
Tari Pendet massal, di bagian depan panggung SVF | Foto: Dede
Meski dapat giliran tampil malam hari, para penari pendet sudah standby di lokasi sejak sore hari. Mereka terlihat begitu antusias untuk menari, “Dari jam 10 tiang udah berias gus, hari ini Salon di Sanur full semua,” ucap salah satu ibu-ibu penari kepada saya sembari tersenyum, yang kemudian diikuti gelak tawa dari para pemudi dibelakangnya.
Salah satu pemudi dari banjar Penopengan – Desa Sanur Kauh, Ari Witarini mengatakan, tidak ada kendala yang begitu berarti selama proses latihannya. Hanya saja pada bagian mengatur formasi agak sedikit rumit, karena saking banyaknya orang yang berpartisipasi. Pada saat gladi juga ada beberapa perubahan penempatan, karena situasi venue yang sedikit berbeda.
“Senang sih bisa ditunjuk sama banjar, karena kan tidak semua bisa terpilih untuk nari. Jadi rasanya senang sekali bisa berpartisipasi. Dan ini adalah pengalaman pertama Ari mengikuti tari massal,” ujar Ari menyampaikan rasa bangganya.
Beberapa pemudi dari banjar Penopengan, Desa Sanur Kauh | Foto: Dede
Momen saat para penonton menepi, memberikan ruang kepada para penari pendet | Foto: Dede
Sama seperti pelaksanaan pada tahun-tahun sebelumnya, SVF tahun ini berlangsung selama lima hari, terhitung sejak 16 – 20 Oktober 2024. Spesialnya, untuk pelaksanaan hari pertama dan kedua, semua masyarakat bebas berkunjung secara free entry alias gratis.
Sedangkan untuk hari ketiga sampai hari kelima, menggunakan sistem ticketing. Adanya ticketing tak sekadar untuk mencari keuntungan atau profit semata. Tetapi, penjualan tiket ditujukan untuk menyeleksi penonton, menghindari aksi anarkis, atau mencegah hal-hal lain yang tidak diinginkan. Harga tiket pun terbilang relatif terjangkau, yaitu Rp 25.000 untuk warga Sanur dan Rp 45.000 untuk warga luar Sanur.
Selama lima hari pelaksanaan, SVF menyajikan berbagai hal, mulai dari Yoga, Festival Musik, Festival Kuliner, Aksi Peduli Lingkungan, Ekshibisi dan Kontes Foto, Ekshibisi Layang-Layang, Bazaar, Kids Ground, Body Painting, Ice Carving, hingga Parade Budaya.
Sanur Village Festival merupakan event tahunan yang selalu dinanti-nanti oleh warga Sanur. Festival dengan ciri khas pesisir yang sudah ada sejak tahun 2006 ini selalu memberikan wadah untuk berkreasi kepada para seniman, penggiat seni, hingga berbagai UMKM Lokal. SVF terhitung hanya sempat absen dua kali karena terhalang pandemi Covid-19.
Ida Bagus Gede Sidharta Putra (Ketua Panitia SVF) menyampaikan laporan | Foto: Dede
Bintang Puspayoga saat memberikan sambutan | Foto: Dede
Menurut Ketua Panitia SVF 2024, Ida Bagus Gede Sidharta Putra atau akrab disapa Gusde, Sanur Village Festival merupakan upaya branding dari desa Sanur, bahkan sampai menjadi benchmarks atau tolok ukur bagi festival-festival di Bali.
Ketua Yayasan Pembangunan Sanur itu juga tak lupa mengucapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh penari pendet yang terlibat. “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu-Ibu PKK dan para pemudi yang mungkin dari sore, ataupun dari pagi sudah berias di salon. Begitu semangat dan antusiasnya untuk tampil,” ucap Gusde.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, S.E., M.Si. atau lebih dikenal dengan Bintang Puspayoga, menyampaikan apresiasi kepada Yayasan Pembangunan Sanur dan semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Sanur Village Festival. Menurutnya, Sanur Village Festival bukan hanya sekadar perhelatan budaya dan pariwisata semata. Tetapi juga simbol sinergi masyarakat Sanur, yang dikenal dengan sebutan “matahari terbit bersinar dari Pantai Sanur”.
“Sanur Village Festival merupakan event yang mempunyai arti tersendiri bagi saya. Saya telah menjadi bagian dari Sanur Village Festival sejak pelaksanaan pertama, saat itu masih menjadi istri Wali Kota dan hari ini diundang saat pelaksanaan yang ke-17, di penghujung menjabat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Suatu kebanggaan bagi saya bisa hadir di Sanur Village Festival 2024,” ucap Bintang Puspayoga sebelum mengakhiri sambutannya, yang kemudian membuka SVF secara resmi. [T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole