BAGI generasi 2000-an, apalagi generasi tahun 1980 dan 1990-an, pastilah pernah merasakan asyiknya masa-masa memutar lagu dari kaset pita. Memutar kaset layaknya seperti melakukan sebuah ritual. Mulai dari membuka kotak kaset, menyetel pita, hingga menekan tombol play pada tape recorder. Bagi sebagian orang, memutar kaset sama halnya seperti membuka buku cerita.
Di era yang serba cepat ini, jarang ada orang yang masih menggunakan kaset, mesin pemutar kaset juga sudah tak banyak bisa ditemukan. Meskipun nampak sepi peminat, keberadaan kaset ternyata masih bisa dilacak di beberapa toko kaset jadul. Tentu, belum bisa disebut punah sepenuhnya.
Salah satu toko kaset yang masih beroperasi adalah Kharisma Music, toko kaset legendaris ini terletak di Jalan Rijasa, Kreneng, Denpasar. Toko Kharisma Music dimiliki oleh pria bernama Made Sujaya. Pria kelahiran 19 Desember 1938 ini berasal dari Klungkung, tetapi sudah lama menetap di Denpasar.
Rutinitasnya setiap hari adalah menjaga toko Kharisma Music yang didirikannya sejak 1986, sudah 38 tahun ia konsisten menjual kaset. Meskipun animo masyarakat terhadap kaset mulai surut, tak lantas menghentikan langkah bisnisnya itu. Ketika semua toko kaset memutuskan untuk gulung tikar karena tergerus kemajuan zaman, Kharisma Music menjadi satu-satunya toko kaset di Kota Denpasar yang masih bertahan, masih tetap menjual kaset seperti biasanya walaupun sepi pembeli.
Di usianya yang tidak muda lagi, Sujaya kini hanya berkutat dengan toko kasetnya. “Ya, mau gimana lagi, kalau cari kerja lain pikiran sudah kalah, tenaga juga sudah kalah. Kalau semua kaset ini habis, saya akan langsung pensiun,” ucapnya tersenyum sembari memberikan uang kembalian.
Saat itu, kebetulan saya tengah membeli beberapa VCD gamelan untuk diputar di rumah. Rasanya seperti nostalgia ke masa 2000-an, ketika gawai pintar belum bertebaran semasif sekarang. Meskipun kini sudah ada media daring seperti Youtube, Spotify, dan lain sebagainya, rasanya asyik saja bisa berkunjung ke toko Kharisma Music. Sujaya juga memutarkan beberapa kaset pita di tape recorder jadul miliknya di hadapan saya.
Masih terkenang diingatan saya, sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar, saya diajak kakek untuk membeli DVD Drama Gong dan kaset pita Kidung Wargasari di Kharisma Music, saat itu toko Kharisma masih beroperasi di Jalan Kamboja.
Salah satu VCD lagu Bali di Toko Kharisma Music | Foto: Dede
Beberapa koleksi kaset pita di Toko Kharisma Music | Foto: Dede
Made Sujaya membuka toko Kharisma Music saat masih berusia 48 tahun, yaitu pada tahun 1986, dan pada awalnya bertempat di Jalan Kamboja (di depan SPBU Kreneng sekarang). Kemudian mulai tahun 2016, toko Kharisma Music berpindah tempat ke areal Pasar Kreneng, tepatnya di pintu masuk sebelah selatan.
Dahulunya Kharisma Music merupakan salah satu toko kaset yang sangat ramai, segala jenis kaset bisa ditemukan di toko itu. Kini Kharisma Music hanya menghabiskan stok kaset dan berbagai VCD/DVD yang masih tersisa.
Made Sujaya mengungkapkan, beberapa VCD/DVD yang ada di Kharisma Music masih ada yang keluaran baru, seperti film-film barat dan lagu-lagu jawa. Ia juga mengaku masih rutin memesan VCD/DVD keluaran baru dari luar pulau untuk dijual di toko.
“Sampai sekarang saya masih order kaset-kaset (VCD/DVD) dari jawa. Biasanya saya ngorder satu sampai dua kali dalam sebulan. Kalau untuk kaset pita stok baru sudah tidak ada, sudah tidak ada produksinya,” jelasnya.
Tak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi menjadi penyebab utama merosotnya peredaran rilisan fisik semacam kaset. Kini orang-orang bisa menikmati lagu-lagu dan film-film kegemarannya hanya lewat gawai pintar. Tak ada lagi orang yang berburu kaset seperti zaman dahulu.
Tetapi, nyatanya masih ada saja orang yang minat membeli rilisan fisik. Entah untuk diputar di mobil, diputar di tape recorder lama, ataupun hanya dijadikan koleksi pribadi sebagai kenang-kenangan masa lampau.
“Kalau sekarang, pembeli dalam sebulan bisa dihitung dengan jari, kalau dulu tahun 90-an tidak bisa dihitung jumlah pembelinya, ramai sekali. Ya, walaupun sudah tidak zaman, tetapi masih ada saja yang mencari kaset untuk diputar di mobil. Begitu juga saat hari raya, ada saja yang mencari kaset gamelan atau kidung,” kata Sujaya.
VCD dan DVD lagu-lagu Bali di Toko Kharisma Music | Foto: Dede
Tampak depan toko Kharisma Music | Foto: Dede
Terbesit dalam pikiran saya, di era yang serba cepat ini, masihkah ada orang yang sudi membeli kaset pita dan sejenisnya? Terlebih lagi, sekarang banyak seniman atau musisi yang sudah tidak mengeluarkan rilisan fisik. Mereka lebih memilih mengedarkan lagunya ke platform music digital dibanding membuat rilisan fisik.
Kini eksistensi kaset, VCD, maupun DVD hanya tinggal cerita. Kendati masih ada peminatnya, menurut Sujaya peminat kaset hanya tersisa dari kalangan orang tua yang tidak terlalu paham teknologi. Anak-anak muda sangat jarang ada yang gemar dengan kaset. Kini kaset dan sejenisnya hanya berakhir menjadi koleksi ataupun barang pajangan, bahkan bisa juga menjadi barang antik.
Meski nasib rilisan fisik semacam kaset tengah berada di ujung tanduk, Made Sujaya tetap tegar mengelola bisnisnya itu, ia ingin menghabiskan sisa hidupnya untuk berjualan kaset, sampai kasetnya habis terjual atau memang benar-benar punah. [T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Jaswanto