KUNINGAN
Dalam puja ada cinta,
Pada Sang Hyang Widhi Wasa
Dzat yang menjadikanmu ada,
Sebagai hamba yang gemar berdèrma
Pasti ada damai dan bahagia
Sesiapa pun jiwa yang menyembah
Tangan yang terkatup pasrah
Atau menengadah
Hati yang berserah
Nafsu duniawinya akan melemah
Jika ketulusan dan rasa syukur pada berkah karuniaNya
Akan selalu ada jalan yang diterangi cahaya Ilahi,
Terang pada pikiran.
Kejernihan ucapan
Kebijakan laku
Yang memberi damai
harmoni pada jiwa-jiwa di kegelapan
menuju terang di ujung jalanNya
Jika saja semua manusia membangun dan memiliki
kuil, masjid,
vihara, gereja,
di dalam dirinya selaku insan menghamba
yang sungguh menjalankan keelokan agamanya
Tentu angkara tak akan menang membakar dunia dengan
keserakahan, kebencian, kecurangan
Bening and Deprie
Rahajeng Tumpek Kuningan
Gerimis yang jatuh di Braga. 15.05…05.10.24
BRAGA
Laki-laki yang bersemangat,
Theotila Braga dengan anggun
memimpin perkumpulan dramanya
Wajah- wajah khas Belanda
mencurahkan diri untuk seni peran yang mereka cintai
1882 saat itu bermula
membawa napas seni ke kota dingin di barat Jawa
Jalan becek
yang dahulu tempat lalu lalang pedati pembawa kopi
Menjelma menjadi panggung pertunjukan
yang menarik
dan toko- toko menjual elegannya gaya hidup Eropa
termasuk gaun Paris
yang menjadi kiblat keelokan busana pada masa itu
2 tahun kemudian rel kereta api mulai dibangun
Bandung menggeliat manis, tak hanya manja
Meninggalkan kesan dusun lugu
yang namanya diambil dari kata Bendung,
sungai Citarum yang dibendung oleh lava Tangkuban Perahu
menjadi danau
Bandung memesat, melesat
Ke langit, terdengar kekejauhan
Bandung dengan geliat eksotisnya
Gedung-gedung, mode, kesenian, rel kereta api
bak gadis molek yang mengundang pendatang
Dan mulai datang para lelaki
untuk kembang di tepi jalan
Membuatnya dijuluki Kota Kembang.
Kini Bandung, terutama Braga didatangi entah untuk apa
Bagiku, bagi kami, suara di tepian pun kedalaman laut
dan angin gunung jauh lebih memikat
Bragaku adalah “berjalan di tepi sungai”,
yang seperti di tepi laut,
mendengarkan suara aliran air
yang tak pernah gagal mengirimkan ketenangan membuai,
melambungkan imajinasi dan harapan
Bagai janji nelayan pada kekasihnya untuk pulang
Laut adalah cerita yang tiada habis dituliskan
karena mirip lakon kehidupan
Braga yang kembali riuh
Kala pejalan kaki
Pemusik jalanan
Diberi ruang mengisi panggung
Kehidupan
Akankah bergema jauh
Ke benua harapan
Berganti hari dan generasi
Entah
Debur debar di malam minggu
Braga yang tak lagi sama
Bening and Deprie
5.10.24
MENJAGA HARAPAN INDONESIA KEEMASAN 2045
Sepagi ini saya mendapat pesan:
Pagi beranjak pergi
Terik menggantikan
Sebuah pengingat
Bahwa tak ada yang abadi
Di bawah langit ini
Duka dan bahagia
Cinta dan lara
Ambisi dan kontemplasi
Kekaguman yang hangat
dan gema diam yang menyegat
Bersisian datang
Seperti ombak yang tak selamanya menetap
Selamat bekerja
Untuk kebaikan penghuni dunia
Atas perintah Dzat Pencipta-nya
Apa yang dapat diambil dari pesan itu,
di era sekarang
saat siang dan malam datang silih berganti?
Masa terus berjalan seiring waktu
tak ada seorang pun mampu menghentikannya
kecuali beradaptasi
atau biarkan diri dilindas jaman
bekerja keras dan berdoa pada kuasaNya
perkembangan teknologi transportasi
dan informasi berkelindan
Tak sempat dikaji betul era 4.0
sekarang harus menghadapi era 5.0
Akankah kebisingan dan volusi berita,
pengetahuan yang tak mudah disaring
di mana kebanyakan kita bisanya sharing?
Kecermatan dan kesadaran
Terus menerus harus diteguhkan
Di jaman demokrasi yang diperjuangkan,
bukan datang tanpa upaya mempertahankan
Jika tidak
Akan musnah kembali
ke jaman kuasa tangan besi tanpa hukum
Tak cukup berucap
Tanpa kedalaman literasi
Yang semakin menjauh
Kita semua belajar bahwa demokrasi yang diperjuangkan
yang dicita-citakan bagi kesejahreraan bersama
bukan untuk kepentingan kelompok
apalagi hanya untuk keluarga
Kecepatan media sosial
Masuk dalam relung
Paling dalam sendi kehidupan
Bisa disaring sebelum sharing
Namun seberapa banyak yang punya kemampuan itu?
Bahwa negara harus hadir,
kehadiran yang memberi makna perlindungan,
rasa aman, nyaman bagi semua
Bukan memberangus kala ada suara mendengung
berisik dan tak pernah akan mengusik
Jaman semakin berkembang maju,
bukan pada tempatnya perbedaan pendapat
dijadikan alasan untuk membungkam
apalagi mengintimidasi kebebasan berbicara
dan berserikat
Kita bersama harus merawat
memberi energi bagi tumbuh kembangnya nilai kemanusiaan
di Indonesia
Siapapun yang dipercaya sebagai pemimpin
harus menjamin hak-hak rakyat tanpa pandang bulu..
Suatu otopis kita mendapatkan generasi cerdas
jika budaya baca kita lemah
kita tidak perduli dengan jalan pemerintahan yang baik .
Jika demokrasi tidak dihidangkan
dalam bingkai kebebasan yang dijamin konstitusi
Jika tidak
Arah menuju Indonesia Emas akan menjadi tidak jelas
Bali, 1 Oktober 2024