SORE itu suasana begitu ramai namun senyap, semua masyarakat tuli dan dengar berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Meskipun saya tidak bisa bahasa isyarat, tak lantas membuat saya merasa asing, justru saya merasa senang bisa berada di tengah-tengah mereka, membaur bersama, dan sedikit belajar bahasa isyarat—walaupun yang saya ingat hanya terima kasih, sama-sama, dan kamu ganteng.
Kala itu saya berkesempatan menghadiri peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBII). Peringatan HBII tahun ini mengambil tajuk “Tunjukkan Isyaratmu! Dukung Hak Bahasa Isyarat”. Berbagai rangkaian kegiatan disiapkan untuk memeriahkan acara. Selain itu, dalam kegiatan ini juga terdapat stan UMKM Tuli yang terletak di depan pintu masuk.
Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBII) merupakan peringatan yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 23 September, dan telah disahkan oleh PBB. Namun pelaksanaan HBII Bali kali ini dilaksanakan pada 29 September 2024, bertempat di Guwang Barong and Keris Dance, Gianyar.
Untungnya ada penerjemah bahasa isyarat yang senantiasa sigap mengartikan apa yang hendak disampaikan oleh teman-teman tuna rungu dan wicara di atas panggung. Jadi, bagi penonton yang berasal dari kalangan masyarakat umum tetap bisa menikmati acara tersebut.
Penampilan Fragmentari “Sekatubi” oleh Komunitas Larajiva | Foto: tatkala.co/Dede
Peringatan HBII Bali juga turut dihadiri oleh Sang Made Mahendra Jaya (Pj. Gubernur Bali), I Nyoman Parta (anggota DPR RI), I Dewa Tagel Wirasa (Pj. Bupati Gianyar), Putu Diah Pradnya Maharani (anggota DPRD Bali), dan Kepala Desa Guwang beserta Perangkat Desa Guwang.
Setelah semua undangan pejabat tiba, acara pun dimulai tepat pukul 16.30 Wita. Pembukaan acara dilalui secara formal. Mulai dari doa bersama, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, laporan panitia pelaksana, hingga berbagai sambutan dilalui dengan khidmat.
Seusai pembukaan formal yang lumayan panjang, semua peserta dan undangan dipersilakan untuk istirahat makan terlebih dahulu. Sembari makan bersama, panitia memutarkan film pendek yang berjudul “Senandung Senyap”. Semua menikmati makanan yang telah dibagikan sambil menonton film yang diputarkan, memang betul-betul senyap, mereka hanya fokus pada makanan dan film pendek itu.
Beberapa saat berlalu, makan bersama pun usai, namun film pendek masih berlanjut sekian menit. Setelah film pendek selesai diputarkan, acara kembali dilanjutkan dengan pentas tuli yang menampilkan fragmentari dengan judul “Sekatubi” yang disajikan oleh komunitas Larajiva Bali (komunitas seni koreografi tuli).
“Saya Wahyu, saya dari komunitas Larajiva. Hari ini saya akan menunjukkan fragmentari, dimana sayalah yang mengajarkan fragmen ini kepada teman-teman tuli. Terima kasih saya ucapkan kepada semua yang sudah hadir, selamat menyaksikan,” begitulah Putu Wahyu Putra Sudianta, S.Sn, selaku owner Larajiva membuka pertunjukkan dengan bahasa isyarat.
I Nyoman Parta, S.H. (anggota DPR RI) saat memberikan sambutan | Foto: Dok. HBII Bali
Wahyu pun bergegas menuju tempat operator soundsystem untuk menyiapkan musik fragmentari. Lantunan musik mendayu-dayu pun disetel olehnya, kemudian ia memberikan kode kepada teman-teman tuli untuk memasuki panggung dan mulai tampil.
Para penari datang tak hanya dari belakang panggung, tetapi dari berbagai penjuru. Ada yang dari depan panggung, ada yang dari sisi kanan dan kiri, ada pula dari sudut bawah panggung. Mereka begitu ekspresif dan aktraktif. Para penari menunjukkan kepiawaiannya dalam menari dan beradu aksi menunjukkan mimik muka yang dramatis.
Meski tampil tanpa mengucapkan kata-kata, pesan dalam cerita yang ditampilkan, tampaknya mampu dipahami oleh semua penonton, ada yang menonton sampai tertawa, ada yang terheran-heran, bahkan beberapa masyarakat umum ada yang terlihat terharu. Decak kagum dan ragam sorak sorai mengiringi penampilan mereka sampai berakhir.
Setelah menyaksikan fragmentari dari komunitas Larajiva, acara dilanjutkan dengan pengundian doorprize, nomor undian tersebut dibagikan pada saat peserta menukarkan kupon registrasi diawal kegiatan.
Ketua Panitia Peringatan HBII Provinsi Bali, Ni Wayan Siliana Juliantari, menyampaikan dalam laporannya, “pelaksanaan HBII kali ini diikuti oleh 375 orang peserta dan undangan sebanyak 27 orang. Kegiatan ini diinisiasi oleh Pusbisindo (Pusat Bahasa Isyarat Indonesia) Bali bekerja sama dengan Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) Provinsi Bali dan BDC (Bali Deaf Community),” jelasnya.
Nyoman Parta, Pj. Gubernur Bali, dan Pj. Bupati Gianyar saat menerima piagam penghargaan | Foto: Dok. HBII Bali
“Saya berharap kepada pemerintah dan semua sektor untuk menyadari eksistensi kami masyarakat tuli, bahwa kami juga berkemampuan untuk bekerja di instansi maupun di perusahaan, dan kami siap diterima untuk bekerja. Dan harap kami bisa diberikan akses yang sama dan setara dalam pelayanan publik,” ujarnya menggunakan bahasa isyarat.
Menurut Mahendra Jaya (Pj. Gubernur Bali), kegiatan ini adalah bukti eksistensi keberadaan penyandang tuna rungu dan wicara di Provinsi Bali. Dia menegaskan bahwa Pemprov Bali akan berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi seluruh penyandang disabilitas.
Ia juga menyampaikan rasa bahagia karena bisa hadir di tengah para penyandang tuna rungu dan wicara untuk pertama kalinya. Mahendra Jaya mengaku baru mengetahui ada peringatan HBII di Bali.
“Terima kasih karena telah rutin memprakarsai peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional di Provinsi Bali,” ucap Mahendra Jaya dengan senyum sumringah.
I Nyoman Parta (anggota DPR RI) dalam sambutannya mengungkapkan “di awal tadi kita diberikan pelajaran oleh anak-anak kita ini, mereka memberikan arahan kemana harus berkumpul dan kemana harus keluar apabila tiba-tiba terjadi masalah. Kita yang awas atau normal, sering mengabaikan hal-hal semacam itu,” ungkapnya.
Foto bersama saat peringatan hari bahasa isyarat internasional di Bali | Foto: Dok. HBII bali
Dalam sambutan singkatnya itu, Nyoman Parta juga mengatakan bahwa kehadirannya pada pelaksanaan HBII tahun ini adalah pemenuhan janjinya pada tahun sebelumnya.
“Ini adalah pemenuhan janji saya tahun lalu. Saat itu, saya hadir dan tak ada pejabat yang datang. Jadi, waktu itu saya diminta untuk menghadirkan pejabat pada peringatan tahun berikutnya,” kata Nyoman Parta setelah mengucapkan terima kasih atas kehadiran Pj. Gubernur Bali dan undangan pejabat lainnya.
Kemeriahan peringatan HBII hari itu diakhiri dengan penampilan penyanyi. Sang penyanyi didampingi oleh salah satu penerjemah bahasa isyarat, agar semua peserta bisa mengerti. Semua peserta bernyanyi bersama-sama. Masyarakat tuli dan dengar bernyanyi menggunakan bahasa isyarat. Dan masyarakat umum juga ikut bernyanyi dengan suara tipis-tipis. Sungguh pemandangan yang begitu unik, dan mengharukan.
Komunitas mereka berhasil menciptakan ruang untuk menunjukkan eksistensi dan potensi yang dimiliki. Mereka juga membuktikan bahwa semua kalangan bisa membaur dan beriringan bersama. Meskipun tak berucap, tetapi mereka yakin bahwa bahasa isyarat juga punya hak yang sama di dunia.[T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Jaswanto