19 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Petani dalam Tatapan Sastrawan Kita: Dulu dan Kini

I Made SujayabyI Made Sujaya
August 23, 2024
inEsai

I Made Sujaya | desain tatkala.co

DALAM sebuah esainya bertajuk “Sosok Petani dalam Sastra Kita” yang dimuat dalam buku Sastra dalam Empat Orba (2001), Agus R. Sarjono menyebut sastra Indonesia sepi dengan tema pertanian. Tidak banyak karya sastra Indonesia yang mengangkat masalah dan sosok petani. Bila pun ada, masalah dan sosok petani tidak menjadi tema utama.

Hal ini dipandang sebagai keganjilan karena faktanya Indonesia sebagai negara agraris dengan masyarakat petani serta wilayah pertanian sebagai realitas dominan bangsa Indonesia. Masalah yang dihadapi petani dan dunia pertanian juga sangat kompleks dan beragam.

Kondisi ini dihubungkan Sarjono dengan latar belakang para sastrawan Indonesia yang terdidik secara Barat. Pada awal kelahiran sastra Indonesia, misalnya era Balai Pustaka hingga Pujangga Baru, para sastrawan itu umumnya berasal dari golongan priyayi yang gagap memunculkan dan mengartikulasikan dunia pertanian. Masih menurut Sarjono, dunia pertanian dalam tatapan sastrawan Indonesia merupakan cerminan dunia tradisionalitas yang justru hendak ditinggalkan.

Penilaian Sarjono memang tidak sepenuhnya keliru, namun tidak sepenuhnya juga benar. Bahwa tema dunia pertanian tidak banyak muncul dalam genre prosa fiksi, khususnya novel, mungkin ada benarnya.  Tampaknya, bagi para novelis Indonesia, problematika yang dihadapi petani kurang menarik perhatian dibandingkan problematika religiositas, pertentangan tradisi dan modernitas, marginalisasi perempuan atau isu-isu seksualitas.

Di antara sedikit novel Indoneis yang mengungkap kehidupan petani atau menghadirkan sosok petani adalah Kemarau (1967) karya A.A. Navis. Dalam novel ini, Navis memunculkan sosok petani tangguh bernama Sutan Duano dalam menghadapi musim kemarau panjang, sebaiknya juga secara satiris mengkritik perilaku masyarakat pedesaan yang lebih mengedepankan religiositas pada tataran permukaan. Mereka mementingkan berdoa memohon hujan turun tapi bermalas-malasan menggarap sawah-sawah mereka.

Novel Pulang karya Toha Mohtar

Sebelumnya, Toha Mohtar menulis novel Pulang (1958) yang juga menggambarkan kehidupan petani di desa. Tokoh utama cerita, Tamin, kembali ke desanya di Gunung Wilis setelah memutuskan berhenti menjadi Heiho, tentara masa pendudukan Jepang. Sang tokoh menebus rasa bersalah karena berkhianat kepada bangsanya sendiri dengan pulang membangun desanya.  

Namun, tema dunia pertanian dengan sosok petani dengan berbagai masalahnya sebagai titik tolak cukup banyak muncul dalam puisi dan cerpen Indonesia. Puisi-puisi Indonesia periode awal yang dicirikan oleh gambaran alam kuat banyak memotret suasana alam persawahan di desa dan kehidupan petani. Memang, pada periode ini, puisi-puisi Indonesia tentang petani atau alam pertanian sangat dipengaruhi oleh cara pandang romantisisme sehingga gambaran tentang petani dan alam pertanian terasa cenderung eksotis. Sanusi Pane menulis sejumlah puisi tentang petani dan alam pertanian yang indah dan menawan.

Memasuki periode tahun 1960-an, sosok dan nasib para petani mendapat perhatian pada sastrawan, khususnya sastrawan yang terhimpun dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Dipengaruhi oleh cara pandang realisme sosialis, para pengarang Lekra sangat getol menggambarkan perlawanan kaum tani melawan penindasan, terutama menghadapi tuan tanah. Menurut hasil penelitian I Wayan Artika atas antologi Gugur Merah dan Laporan dari Bawah yang dituangkan dalam buku Representasi Ideologi dalam Sastra Lekra (2024) cerpen-cerpen Lekra tentang kaum tani bergerak dari (1) adanya penderitaan kaum tani yang dibayangkan tertindas oleh kaum tuan tanah, (2) perlawanan kaum tani, lalu berakhir dengan (3) kemenangan kaum tani.

Para pengarang Lekra juga memberi perhatian pada keberadaan perempuan tani. Para perempuan petani ini tidak saja digambarkan dengan penuh keberanian melawan kekuasaan kaum tuan tanah, namun juga memperjuangkan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki.

Salah satu pengarang Lekra dari Bali, Putu Oka Sukanta menulis cerpen berjudul “Bibi Kerti” yang menggambarkan perjuangan perempuan tani Bali memperoleh tanah. Melalui cerpen ini, pengarang tak hanya mengusung gagasan soal landreform namun juga mengkritik budaya patriarkhi yang begitu kokoh dalam kehidupan masyarakat Bali.

Sastrawan Bali terbilang memiliki sensibilitas terhadap kehidupan petani dan dunia pertanian. Panji Tisna menulis sebuah cerpen berjudul “Menolong Orang Menyiangi Padi”. Cerpen yang dimuat di majalah Damai (1955) ini menggambarkan kehidupan petani Bali di desa yang kental dengan tradisi tolong-menolong. Dalam cerpen ini diceritakan tokoh utama yang seorang petani mengundang kerabat dan sahabatnya untuk membantu menyiangi padi di sawah. Namun, citra stereotif dunia pertanian yang sarat dengan beban hidup tetap terasa.

Gambaran problematika petani dan dunia pertanian dalam karya sastra memang tak bisa dilepaskan dari konteks zamannya. Jika pada era Lekra, problematika petani dikaitkan dengan isu landreform, pada era booming pariwisata, problematika petani dan dunia pertanian dihubungkan dengan industri turisme yang haus lahan. Itu sebabnya, puisi-puisi dan cerpen-cerpen karya sastrawan Indonesia, khususnya di Bali, banyak memotret konflik tanah antara petani dan kapitalis pariwisata.

Pada era 1990-an, sajak-sajak penyair Bali didominasi oleh suara keresahan mengenai ludesnya tanah-tanah Bali, terutama oleh masifnya perkembangan industri pariwisata. Dampaknhya tentu saja ruang gerak para petani dan dunia pertanian makin sempit. Puisi-puisi Oka Rusmini, I Wayan Arthawa, Nyoman Wirata, Alit S. Rini maupun GM Sukawidana mencerminkan perhatian para penyair Bali terhadap isu alih fungsi lahan pertanian yang berimplikasi pada terdesaknya para petani.

Cerpenis Gde Aryantha Soethama menulis cerpen “Sawah Indah nan Subur” yang dengan sangat baik menggambarkan proses alih kepemilikan tanah sawah di Bali dari orang Bali kepada orang luar. Proses alih kepemilikan itu terjadi begitu perlahan dan halus. Tanpa disadari, lahan sawah para petani telah dikuasai pemodal dari luar lalu meskipun tetap difungsikan sebagai sawah, fungsinya sudah bergeser sekadar sebagai atraksi wisata.

Gde Aryantha Soethama juga menulis sebuah cerpen yang memuliakan para petani yang dikaitkan dengan konteks spiritualitas khas Bali, “Surga untuk Petani”. Cerpen yang diadaptasi dari cerita rakyat Bali ini menceritakan tentang seorang petani yang tekun akhirnya diterima dengan tangan terbuka oleh penguasa surga. Walaupun si petani tidak memiliki pengetahuan tentang agama yang kuat seperti halnya seorang pendeta. Seperti halnya Navis, Aryantha Soethama juga mengkritik laku hipokrit orang-orang berjubah agama. Tokoh petani yang tekun dan suntuk dengan kewajibannya bergelut dengan ibu pertiwi digambarkan lebih mulia tinimbang seorang pendeta yang memiliki pengetahuan agama yang luas tetapi minim ketulusan dan kejujuran.

Cerpenis Made Adnyana Ole juga tergolong memiliki perhatian besar pada sosok petani dan dunia pertanian di Bali. Pada sebagian sajak-sajaknya dalam buku Dongeng dari Utara (2014) dan sebagian cerpen-cerpennya dalam Padi Dumadi (2007) dan Gadis Suci yang Melukis Tanda Suci di Tempatr Suci (20180 menunjukkan bagaimana pengarang memaknai petani dan kehidupan bertani sebagai laku mulia. Namun, dia juga tidak menutup mata pada problematika soal makin terdesaknya petani dan kehidupan petani.

Penyair Nyoman Wirata menulis buku kumpulan puisi Merayakan Pohon di Kebun Puisi (2007) yang sejatinya juga menggambarkan kemuliaan laku bercocok tanam. Lima puluh lima puisi dalam buku ini seluruhnya melukiskan tentang pohon yang mencerminkan gagasan tentang pemuliaan ibu bumi sebagai sumber energi utama kehidupan manusia. Dalam sastra Bali modern, kita juga disuguhi gagasan tentang petani dan dunia pertanian dengan penuh optimisme. Drama Masan Cengkehe Nedeng Mabunga (1978) karya Nyoman Manda menggambarkan semangat para petani di Desa Nyebah, Kayuamba, Bangli, Bali menanam dan merawat tanaman cengkeh sebagai sumber penghidupan. Dalam drama ini ditampilkan tokoh utama I Nyoman Sadra yang membangun desa dengan menjadi penyuluh pertanian untuk mendampingi para petani cengkeh. Dibalut dengan konflik khas masyarakat pedesaan Bali dengan problematika keyakinan dan tradisi, drama menyampaikan pesan penting kepada masyarakat Bali untuk membangun desanya sesuai potensi masing-masing dalam bidang pertanian. Memang, drama ini tak bisa menghindarkan diri dari kesan propaganda program pemerintah. Namun, pesan semacam itu juga masih gayut dengan problematika sosial masyarakat pedesaan Bali hingga kini. [T]

  • BACA artikel lain terkaitSINGARAJA LITERARY FESTIVAL 2024
Rempah-Rempah Kita dalam Khazanah Gastronomi Internasional
Khasanah Rempah, Makanan dan Obat Bagi Raga
Parfum Berbahan Rempah: Kearifan Sastra Bermotif Panji yang Belum Banyak Digali
Tentang Rambut dan Kisah-kisahnya
WARṆANAWARNA : Cerita Tentang Warna dan Kemungkinan Skema Teori Warna Bali
Apa itu Gincu?
Tags: apresiasi sastraSingaraja Literary FestivalSingaraja Literary Festival 2024
Previous Post

Candu Kekuasaan dan Upaya Kangkangi Konstitusi

Next Post

Merayakan Lontar, Sastra, dan Kebudayaan di Singaraja Literary Festival 2024

I Made Sujaya

I Made Sujaya

Wartawan, sastrawan, dosen. Pengelola balisaja.com

Next Post
Merayakan Lontar, Sastra, dan Kebudayaan di Singaraja Literary Festival 2024

Merayakan Lontar, Sastra, dan Kebudayaan di Singaraja Literary Festival 2024

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

by I Nyoman Tingkat
May 19, 2025
0
Manusia Tersekolah Belum Tentu Menjadi Terdidik

PADA 2009, Prof. Winarno Surakhmad, M.Sc.Ed. menerbitkan buku berjudul “Pendidikan Nasional : Strategi dan Tragedi”.  Buku setebal 496 halamanitu diberikan...

Read more

Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

by Dewa Rhadea
May 19, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

PAGI ini, saya membaca sebuah berita yang membuat dada saya sesak: sekelompok siswa Sekolah Dasar (SD) di Cilangkap, Depok, terlibat...

Read more

Aktualisasi Seni Tradisi dalam Pusaran Era Kontemporer

by Made Chandra
May 19, 2025
0
Aktualisasi Seni Tradisi dalam Pusaran Era Kontemporer

Upaya Membaca yang Dianggap Lalu, untuk Membaca Masa Kini serta Menerka Masa Depan KADANG kala selalu terbersit dalam pikiran, apa...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Mujri, Si Penjaja Koran: Sejak 22 Tahun Tetap Setia Berkeliling di Seririt
Persona

Mujri, Si Penjaja Koran: Sejak 22 Tahun Tetap Setia Berkeliling di Seririt

TERSELIPLAH sosok lelaki bertopi di antara sahut-riuh pedagang dan deru kendaraan di jalanan sekitar Pasar Seririt, Buleleng, Bali, pada satu...

by Komang Puja Savitri
May 19, 2025
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co