“JANGAN pernah merasa hidup down sendiri, jangan pernah merasa hidup paling sial sendiri. Semua orang pernah mengalami quarter life crisis,” ujar perempuan muda itu dengan penuh semangat.
Quarter life crisis merupakan periode kebingungan, ketidakpastian, dan pencarian jati diri yang sering dialami oleh individu di usia sekitar 20-30-an. Ini adalah fase transisi yang normal, di mana banyak orang mulai mempertanyakan pilihan hidup mereka, tujuan masa depan, dan makna hidup secara keseluruhan.
Pengertian tersebut diungkapkan langsung oleh Gusti Ayu Ryana Mahasari dalam kegiatan pembukaan musyarawah mahasiswa yang di selenggarakan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa STAHN Mpu Kuturan Singaraja di aula Rektorat Kampus Menjangan, Jumat (9/8/2024).
Dalam diskusi yang dihadiri oleh seluruh ketua organisasi kemahasiswan STAHN Mpu Kuturan Singaraja, perempuan yang akrab disapa Ryana itu menjelaskan bahwa ada enam ciri-ciri dari individu yang mengalami quarter life crisis. Pertama, sering mengalami ketidakpastian seperti contohnya merasa apa yang diperbuat tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Ryana sedang menjelaskan quarter life crisis | Foto: Panitia
Kedua, perasaan terjebak. Manusia pasti pernah berada dalam lingkungan yang toxic atau terjebak pada pilihan yang salah. Ketiga, keraguan diri. Ragu akan kemampuan yang dimiliki itu menandakan sedang mengalami Quarter life crisis.
Keempat, perbandingan diri. Sering mengadu nasib dengan orang lain dan suka membandingkan diri sendiri. Kelima, merasaketakutan akan masa depan. Dan keenam, perubahan minat.
Ryana yang merupakan lulusan S2 psikologis sains di Universitas Surabaya itu juga menjelaskankan bahwa ada ciri-ciri lain yang sedang mengalami quarter life crisis.
“Ada empat hal yang menjadi penyebab terjadinya quarter life crisis di ¼ umur manusia ini. Di antaranya tekanan sosial, perubahan besar, kurangnya arah, dan pengembangan diri,” jelas perempuan yang berprofesi sebagai konselor itu.
Ryana menarik benang merah dari isu tersebut bahwa jika tidak memiliki pondasi yang kuat saat masa kecil dan remaja, maka ketika dewasa pondasi kehidupan akan goyah hingga cepat runtuh.
Guru BK di SMKN 3 Singaraja itu juga memberikan solusi bagaimana cara mengatasi quarter life crisis.
Menurutnya, ada enam yang bisa dilakukan untuk mengatasi quarter life crisis seperti selalu bersyukur atas hidup yang diberikan, menerima perasaan yang sedang dialami, dan mencari dukungan ke pergaulan yang bisa membawa hal yang positif.
“Ke empat menjaga kesehatan, membuat perencanaan dalam kehidupan, dan mengembangkan minat yang dimiliki,” ujar perempuan yang berumur 31 tahun itu.
Di akhir penjelasannya, Ryana berpesan kepada mahasiwa STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang hadir pada kegiatan tersebut agar jangan menikah di usia muda.
“Saya berpesan kepada teman-teman yang hadir di sini, agar tunda dulu planing nikah muda. Karena dunia rumah tangga itu bukan cuma tentang enaknya aja, tapi ada banyak hal yang harus disiapkan,” ungkapnya.[T]
Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.
Reporter: Gede Agus Eka Pratama
Penulis: Gede Agus Eka Pratama
Editor: Jaswanto