2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Di Selasar Pensiun Rezza Kancil, Pembalap Road Race Legendaris Asal Buleleng

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
July 12, 2024
inPersona
Di Selasar Pensiun Rezza Kancil, Pembalap Road Race Legendaris Asal Buleleng

Rezza Kancil saat balapan di sirkuit | Foto: Dok. Rezza

MUNGKIN saja malaikat maut hanya mampir ketika itu, hanya mengintip di tikungan. Lalu ia pergi lagi setelah melihat Rezza Kancil, pembalap yang terbungkus kostum tebal itu berguling-guling di Sirkuit Selagalas, Lombok, 2013 silam.

Malaikat itu sempat mendesis sebelum pergi—kesempatanmu kesekian kali, barangkali ia berkata seperti itu. Sebab keberuntungan “selamat” selalu menyertai laki-laki itu berkali-kali, di tikungan sirkuit yang, tentu saja, keras dan kasar. Tuhan telah memberkatinya sebagaimana memberkati sang idola, Mick Doohan tahun 1992 dan 1999.

“Tikungan itu menukik, miring ke kanan. Gas yang aku pegang ternyata terlepas, pegat, saat memiringkan badan hendak berbelok. Wah, itu rasanya nyawa seperti melayang di atasku ketika badanku terpental. Tapi syukur, nyawa itu kembali lagi,” kenang Rezza, mantan pembalap kondang asal Buleleng, pada Sabtu (6/6/2024) malam di Cafe Joglo Kartini.

Detik-detik Rezza sebelum terjatuh di Sirkuit Selagalas 2013 silam | Foto: Dok. Rezza

Rezza Kancil adalah pembalap motor Road Race asal Buleleng pilih tanding. Selain debutnya di daerah, ia juga pernah mewakili Bali di kancah nasional melalui Yamaha. Pada tahun 2005, di Semarang, ia bertengger di peringkat 9. Kemudian peringkat 11 di tahun 2006 di Sirkuit Kenjeran Surabaya. Kemudian peringkat yang sama juga telah diraihnya di Sirkuit Sentul Bogor pada tahun 2009.

Dari banyaknya kejuaraan yang pernah ia raih, beberapa kejuaran itulah yang masih ia ingat. Tentu masih banyak kejuaraan lainnya yang pernah ia torehkan. Tetapi, dan ini yang paling unik, Rezza tak pernah membawa piala-piala itu ke rumah. Ia memiliki kebiasaan—yang tak biasa—yakni memberikan piala tersebut kepada siapa saja yang mau. Mengapa? Nanti saya ceritakan di bawah.

Yang jelas, tak pernah sedikitpun ia mangkir dari rasa takut bernama kematian itu di tikungan. Keberanian, katanya, telah melekat di mentalnya sejak kecil.

Rezza Kancil, bernama Lengkap Muhammad Rezza Yunus saat bercerita masa mudanya | Foto: Son

“Waktu saya masih kecil, ya, sebelum masuk taman kanak-kanak (TK), saya sudah bisa naik sepeda roda dua dengan lancar, gesit—dan membawanya ke mana-mana,” kenang Rezza Kancil. “Dan ketika sudah masuk TK, ketika yang lain masuk diantar orang tuanya dengan motor, saya justru mengendarai sepeda sendiri.”

Pada saat nama Mick Doohan diperbincangkan di televisi sebagai pembalap motor terbaik di tahun 1994 sampai akhir 1999, Rezza semakin kegirangan dengan dunia balap. Gayanya berspeda semakin menjadi-jadi ketika sudah masuk ke Sekolah Dasar.

“Mick Doohan. Ya, Mick Doohan!” lelaki bernama lengkap Muhammad Rezza Yunus itu menyebut idolanya sewaktu kecil. “Bapak saya seringkali menonton Moto GP kala itu, dan secara tidak langsung saya terpengaruh oleh selera tontonan yang sama.” Ia mengatakan hal ini dengan sangat mengagumkan.

Tak hanya Valentino Rosi, sang raja kejuaraan dunia, rupanya Mick—sapaan akrab Michael Doohan itu, pula telah menginspirasi anak muda yang hidup di daerah di Bali Utara, daerah yang berjarak ribuan kilometer dari tanah kelahiran Mick. Anak muda kelahiran Singaraja, 27 Juni 1986 itu, berkat Mick, sampai juara di lokal dan nasional. Rezza sangat mengidolakan sosok Mick.

Mick Doohan adalah pembalap legendaris asal Australia—juga seorang legenda balap motor dunia. Pembalap kelahiran tahun 1965 itu telah menyabet banyak kejuaraan bergengsi, misalnya Grand Prix 500 cc lima kali berturut-turut sejak tahun 1994-1999. Namun, ia mesti pensiun dini di tahun 1999—setelah cidera parah di bagian kaki kanan pada saat mencoba Sirkuit Assen di Belanda.

Rezza saat angkat piala | Foto: Dok. Rezza

Walaupun sebelumnya, Mick juga telah mengalami pengalaman maut pada tahun 1992, dan setelah dua tahun kemudian itulah ia menyabet juara tadi tanpa jeda—hingga diakui kehebatannya sebagai pembalap, yang cilakanya berkali-kali.

Terinspirasi dari pembalap asal Negara Kanguru itu, balap liar menjadi bahan percobaan Rezza untuk bertarung di awal-awal karirnya. Ketika itu, katanya terus mengingat, SD kelas lima, motor Supra menjadi kuda besi pertama yang ia pacu di arena balap liar—jalanan. “Sekadar untuk bersenang-senang,” ucapnya lirih. “Semua teman saya ajak balap—kecepatan.”

Romantisme kisah Mick Doohan di sirkuit yang cenderung sebentar dalam berkarir itu, menjadi ingatan paling mengesankan bagi Rezza. Bahkan, telah menjadi inspirasinya pula dalam meniti karir di dunia balap: liar maupun resmi.

Bagaimana seorang legenda itu pensiun dengan memboyong juara walaupun badan sudah banyak yang rusak, terbayang hebat di kepala Rezza terus-menerus. Dan sepertinya, lelaki yang pernah menyelesaikan kuliahnya selama tujuh tahun itu terpantik untuk menjadi seorang pembalap seperti Mick.

Rezza Kancil saat balapan di sirkuit | Foto: Dok. Rezza

Hingga satu waktu di kelas 3 SMP—tahun 2000, Rezza menyambung cerita, taman bunga di Jalan Udayana depan Universitas Pendidikan Ganesha (dulu Lab) membangunkan mimpinya yang khayali itu—cukup keras. Lebih-lebih menghilangkan memori kisah Mick dari kepalanya beberapa waktu ke depan, akibat kecelakaan tunggal.

Rezza mengalami gegar otak setelah kepalanya terbentur ke beton pembatas di sana. Insiden itu pun nyaris mendekatkannya pada kematian, dan inilah kali pertama malaikat menemuinya barangkali. Supra oleng tak karuan dan tak ada yang tahu bagaimana tragedi itu terjadi secara kronologis. Masih menyimpan misteri, sebutnya.

“Kepala bagian kiri pecah—retak! Abang tak ingat apa-apa setelah itu,” sebutnya enteng sambil menunjukan bekas jahitan di kepala bagian kiri. “Sampai sekarang Abang tak ingat bagaimana dan karena apa kecelakaan tunggal itu terjadi.”

Darah mengocor deras, dari kepala merambah ke mana-mana. “Untung seorang teman keburu datang. Akhirnya bisa selamat. Aku dibawa ke rumah sakit segera oleh dia,” lanjutnya.

Melihat sang anak memiliki mimpi yang kuat, dan kemauan yang keras terhadap kecepatan di jalanan sebagai pembalap motor, bapaknya, Rezza memanggilnya Abah, mulai membuka diri setelah tragedi tersebut.

Rezza Kancil saat balapan di sirkuit | Foto: Dok. Rezza

Sang bapak mengizinkan Rezza untuk menjadi seorang pembalap yang sah, resmi, kemudian, dengan catatan bapaknya harus selalu mengikutinya pada saat pertandingan. “Itu adalah balapan resmi,” kata sang bapak setelah anaknya benar-benar sembuh. “Bukan balap liar, ya. Yang kalo balap itu, tanpa tujuan yang jelas. Harus serius setelah ini jika memang pengen jadi pembalap beneran—di sirkuit,” ucap sang bapak, dulu—persis seperti yang diceritakannya.

Sampai di sini, barulah pada tahun 2003, ia mengawal karirnya kemudian. Lomba-lomba yang jaraknya dekat dengan kota tempatnya tinggal, mulai diikutinya dengan modal seadanya. Pula sejak itu ia mulai dikenal oleh  banyak orang walaupun tak juara. 

Namun setelah perlombaan Road Race tahun 2004 di Cargo Denpasar, event Kejorda Djarum, Rezza benar-benar memulainya secara sengit. “Peringkat 4,” ujar Rezza membanggakan diri.

Bukan main! Beberapa pembalap senior (seeded) tak bisa mengelak saat Rezza melewatinya dengan begitu cepat dari kejauhan. Kejuaraan yang seharusnya hanya jatuh kepada pembalap professional itu, mereka yang telah memiliki jam terbang tinggi, tetapi ini justru dicuri oleh pendatang baru dari Bali Utara, Rezza Kancil.

“Di tahun 2004 itulah abang salah satu pembalap yang asli Singaraja, dikenal masyarakat, dapat juara 1 di Sirkuit Dewi Sartika Singaraja, wah heboh di Buleleng saat itu. Lawan abang cukup jauh tertinggal, over lap saat itu. Dan di situlah nama “Kancil” itu disebut. Sampai dinyanyiin lagunya: si kancil anak nakal suka mencuri timun… karena abang start paling belakang,” jelasnya.

Penonton bersorak, komentator heboh menyebutnya “Kancil”—dan dari sanalah bagaimana julukan kancil itu tersemat di belakang namanya, hingga sekarang. Apalagi, ia adalah satu-satunya pembalap asal Buleleng yang lahir dari rahim Singaraja, asli.

Ini sangat jarang, katanya, dulu di event kejuaraan daerah itu biasanya pemainnya tidak benar-benar asli dari asal daerah sendiri, bisa dari daerah yang lain tapi atas nama Buleleng, misalnya. Karena dulu mudah memanipuasi data tempat tinggal untuk daftar, untuk menjadi delegasi.

Tim Yamaha (pusat), tahun 2005 meliriknya kemudian dan mengkontraknya untuk bermain sebagai tim, untuk bermain di kancah nasional mewakili Bali. Ia benar-benar petarung jalanan yang liar—yang menjadi hebat. Kota ini, Singaraja, sebagai kota petarung, akhirnya bukan omong kosong dengan melahirkan petarungnya yang resmi di kancah bergengsi itu.

Rezza Kancil bersama Tim Yamaha | Foto: Dok. Rezza

Menariknya, sempat kembali terjungkal keras di pertengahan tahun 2006 di Sirkuit Kargo Denpasar, Rezza kembali gegar otak. Cidera itu cukup lama, sampai satu tahun, sehingga kontraknya diputus oleh Yamaha—agar bisa pulih kembali. Sejak itu juga performanya sedikit menurun beberapa waktu.

Di tahun 2007, ia kembali ke arena balapan seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa terhadap tubuhnya. Melihat performa yang cukup bagus di Yamaha Cup Race 2007 di Jembrana, Reza Kancil ditarik kembali oleh perusahaan tempatnya menyokong materil dahulu—setelah menjadi juara 3 pada kelas Underbone 4 Tak 110 CC Terbuka itu.

Sampai di sini, hanya beberapa saja kejuaraan yang ia ingat sedari tahun 2004-2014. Bahkan, piala penghargaan miliknya tak pernah disimpannya di rumah—dan dilirik pun tidak. Ia selalu membagi pialanya setelah turun dari podium kepada orang yang menginginkan itu sebagai pajangan bagus di etalase rumah.

Benar-benar perolehan yang berdarah-darah itu seperti bungkus kacang tak berharga. Lantas, apa yang membuatnya berharga setelah turun dari podium juara itu?

Rezza Kancil bersama motornya di sela-sela waktu istirahat | Foto: Dok. Rezza

Ia percaya, katanya lagi, dengan tidak menyimpannya di rumah dan melihat pencapaian setelah juara, dapat membangkitkan semangatnya secara berkepanjangan di lomba-lomba berikutnya. Sebab ia tak ingin dirinya merasa puas atas pencapaiannya itu.

“Nah, untuk masalah piala, abang gak pernah nyimpen sama sekali. Walaupun ada, itu hanya ada beberapa saja yang sempat terbawa pulang. Jadi, karena pribadi zaman dulu tuh, bahwa juara itu bagi abang akan bisa digantikan sama seseorang, jadi abang gak pernah megang,” ujarnya eteng saja.

Yang menjadi motivasinya Rezza tidak pernah merasa puas, karena ia tidak melihat hasil pencapaiannya. Pada saat juara pun, ia tidak pernah menaruh piala, sama sekali, di rumahnya. “Jadi, kalau abang dapet piala, aku selalu bertanya, siapa yang mau piala ini? Nanti tak kasih minta. Jadi abang cuma merasa diri abang adalah pembalap yang gak pernah juara. Jadi itu untuk memotivasi diri, agar gak merasa puas, gitu aja.”

Kini, di rumahnya, hanya tersisa beberapa saja penghargaan yang sempat ia bawa pulang. Di nukil dari koran Bali Tribune terbitan tahun 2012, berikut adalah beberapa prestasi selama tahun 2012 yang pernah ia dan timnya sabet, antara lain: Juara 4 Mp3 Motoprix Seri 1 Region 3 Lombok (NTB), Juara 4 Mp4 Motoprix Seri 1 Region 3 Lombok (NTB).

Rezza Kancil saat memberi ahan kepada anak asuhnya tahun 2023 lalu | Foto: Dok. Rezza

Juara 3 Mp4 Motoprix Seri 2 Region 3 Bali; Juara 5 Mp3 Kejurda Bali Road Reace Seri 1 2012, Seri 3 Region 3 Lombok (NTB); Juara 3 MP3 Motoprix seri 4 Region 3 Kupang (NTT); Juara 1 Mp4 Lokal Buleleng dan Open.

Setelah pensiun pada tahun 2014, kini, selain menjadi seorang suami dan mengurus tiga anak, di selasar pensiunnya juga, ia sesekali melatih para pembalap junior yang hendak berlomba. Dua tahun yang lalu, tahun 2022 tepatnya, ia sempat dipanggil oleh IMI (Ikatan Motor Indonesia) untuk melatih di Porprov Bali di Negara, Jembarana.

Dalam kesempatannya itu ia mengakui begitu susahnya mencari calon pembalap—yang mengerti tentang cara membaca RPM pada motor bebek, karena kebanyakan para calon itu lebih cenderung pada metik. Mencarilah ia kemudian ke desa-desa, yang biasa menggunakan motor bebek dan biasa dengan tikungan tajam dan jalan terjal. Akhirnya ia mendapatkan seleranya itu.

Kadek Dwi Surya Putra, anak asuh Rezza Kancil (pojok paling kiri), meraih perak pada Porprov Bali tahun 2022 di Jembrana | Foto: Dok. Rezza

Dalam kurun waktu 4 bulan untuk mencetak pembalap, dengan caranya melatih yang friendly, akhirnya ia mengantarkan anak asuhnya bernama Kadek Dwi Surya Putra meraih perak pada Porprov Bali 2022. Mantap. Selain menjadi pelatih balap, hari ini Rezza juga berjualan emas di Pasar Anyar Buleleng.[T]

Reporter: Sonhaji Abdullah
Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Jaswanto

Berkah Hari Raya Idul Adha, Gede Sedia, Lelaki 70 Tahun Itu Jajakan Koran Bekas dengan Suka Cita
Nenek Kaiyah, Kini 73 Tahun, Kerja Naik Pohon Sejak Usia 15 Tahun
Puji Hartono, Menggantung Hidup kepada Sadel Motor
Suka Duka Pembaca Water Meter PDAM: Diprotes Pelanggan, Digigit Anjing, sampai Bertemu Ular pun Sudah Biasa
Tags: pembalapRezza KancilRoad RaceYamaha
Previous Post

Mengelola Pertanian di Sela Riuh Pariwisata — Catatan Perjuangan dari SMKN 1 Petang

Next Post

Literasi Digital dan Praktik Jahat AIDA sebagai Strategi Penipuan Efektif

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
Literasi Digital dan Praktik Jahat AIDA sebagai Strategi Penipuan Efektif

Literasi Digital dan Praktik Jahat AIDA sebagai Strategi Penipuan Efektif

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co