MUNGKIN saja malaikat maut hanya mampir ketika itu, hanya mengintip di tikungan. Lalu ia pergi lagi setelah melihat Rezza Kancil, pembalap yang terbungkus kostum tebal itu berguling-guling di Sirkuit Selagalas, Lombok, 2013 silam.
Malaikat itu sempat mendesis sebelum pergi—kesempatanmu kesekian kali, barangkali ia berkata seperti itu. Sebab keberuntungan “selamat” selalu menyertai laki-laki itu berkali-kali, di tikungan sirkuit yang, tentu saja, keras dan kasar. Tuhan telah memberkatinya sebagaimana memberkati sang idola, Mick Doohan tahun 1992 dan 1999.
“Tikungan itu menukik, miring ke kanan. Gas yang aku pegang ternyata terlepas, pegat, saat memiringkan badan hendak berbelok. Wah, itu rasanya nyawa seperti melayang di atasku ketika badanku terpental. Tapi syukur, nyawa itu kembali lagi,” kenang Rezza, mantan pembalap kondang asal Buleleng, pada Sabtu (6/6/2024) malam di Cafe Joglo Kartini.
Detik-detik Rezza sebelum terjatuh di Sirkuit Selagalas 2013 silam | Foto: Dok. Rezza
Rezza Kancil adalah pembalap motor Road Race asal Buleleng pilih tanding. Selain debutnya di daerah, ia juga pernah mewakili Bali di kancah nasional melalui Yamaha. Pada tahun 2005, di Semarang, ia bertengger di peringkat 9. Kemudian peringkat 11 di tahun 2006 di Sirkuit Kenjeran Surabaya. Kemudian peringkat yang sama juga telah diraihnya di Sirkuit Sentul Bogor pada tahun 2009.
Dari banyaknya kejuaraan yang pernah ia raih, beberapa kejuaran itulah yang masih ia ingat. Tentu masih banyak kejuaraan lainnya yang pernah ia torehkan. Tetapi, dan ini yang paling unik, Rezza tak pernah membawa piala-piala itu ke rumah. Ia memiliki kebiasaan—yang tak biasa—yakni memberikan piala tersebut kepada siapa saja yang mau. Mengapa? Nanti saya ceritakan di bawah.
Yang jelas, tak pernah sedikitpun ia mangkir dari rasa takut bernama kematian itu di tikungan. Keberanian, katanya, telah melekat di mentalnya sejak kecil.
Rezza Kancil, bernama Lengkap Muhammad Rezza Yunus saat bercerita masa mudanya | Foto: Son
“Waktu saya masih kecil, ya, sebelum masuk taman kanak-kanak (TK), saya sudah bisa naik sepeda roda dua dengan lancar, gesit—dan membawanya ke mana-mana,” kenang Rezza Kancil. “Dan ketika sudah masuk TK, ketika yang lain masuk diantar orang tuanya dengan motor, saya justru mengendarai sepeda sendiri.”
Pada saat nama Mick Doohan diperbincangkan di televisi sebagai pembalap motor terbaik di tahun 1994 sampai akhir 1999, Rezza semakin kegirangan dengan dunia balap. Gayanya berspeda semakin menjadi-jadi ketika sudah masuk ke Sekolah Dasar.
“Mick Doohan. Ya, Mick Doohan!” lelaki bernama lengkap Muhammad Rezza Yunus itu menyebut idolanya sewaktu kecil. “Bapak saya seringkali menonton Moto GP kala itu, dan secara tidak langsung saya terpengaruh oleh selera tontonan yang sama.” Ia mengatakan hal ini dengan sangat mengagumkan.
Tak hanya Valentino Rosi, sang raja kejuaraan dunia, rupanya Mick—sapaan akrab Michael Doohan itu, pula telah menginspirasi anak muda yang hidup di daerah di Bali Utara, daerah yang berjarak ribuan kilometer dari tanah kelahiran Mick. Anak muda kelahiran Singaraja, 27 Juni 1986 itu, berkat Mick, sampai juara di lokal dan nasional. Rezza sangat mengidolakan sosok Mick.
Mick Doohan adalah pembalap legendaris asal Australia—juga seorang legenda balap motor dunia. Pembalap kelahiran tahun 1965 itu telah menyabet banyak kejuaraan bergengsi, misalnya Grand Prix 500 cc lima kali berturut-turut sejak tahun 1994-1999. Namun, ia mesti pensiun dini di tahun 1999—setelah cidera parah di bagian kaki kanan pada saat mencoba Sirkuit Assen di Belanda.
Rezza saat angkat piala | Foto: Dok. Rezza
Walaupun sebelumnya, Mick juga telah mengalami pengalaman maut pada tahun 1992, dan setelah dua tahun kemudian itulah ia menyabet juara tadi tanpa jeda—hingga diakui kehebatannya sebagai pembalap, yang cilakanya berkali-kali.
Terinspirasi dari pembalap asal Negara Kanguru itu, balap liar menjadi bahan percobaan Rezza untuk bertarung di awal-awal karirnya. Ketika itu, katanya terus mengingat, SD kelas lima, motor Supra menjadi kuda besi pertama yang ia pacu di arena balap liar—jalanan. “Sekadar untuk bersenang-senang,” ucapnya lirih. “Semua teman saya ajak balap—kecepatan.”
Romantisme kisah Mick Doohan di sirkuit yang cenderung sebentar dalam berkarir itu, menjadi ingatan paling mengesankan bagi Rezza. Bahkan, telah menjadi inspirasinya pula dalam meniti karir di dunia balap: liar maupun resmi.
Bagaimana seorang legenda itu pensiun dengan memboyong juara walaupun badan sudah banyak yang rusak, terbayang hebat di kepala Rezza terus-menerus. Dan sepertinya, lelaki yang pernah menyelesaikan kuliahnya selama tujuh tahun itu terpantik untuk menjadi seorang pembalap seperti Mick.
Rezza Kancil saat balapan di sirkuit | Foto: Dok. Rezza
Hingga satu waktu di kelas 3 SMP—tahun 2000, Rezza menyambung cerita, taman bunga di Jalan Udayana depan Universitas Pendidikan Ganesha (dulu Lab) membangunkan mimpinya yang khayali itu—cukup keras. Lebih-lebih menghilangkan memori kisah Mick dari kepalanya beberapa waktu ke depan, akibat kecelakaan tunggal.
Rezza mengalami gegar otak setelah kepalanya terbentur ke beton pembatas di sana. Insiden itu pun nyaris mendekatkannya pada kematian, dan inilah kali pertama malaikat menemuinya barangkali. Supra oleng tak karuan dan tak ada yang tahu bagaimana tragedi itu terjadi secara kronologis. Masih menyimpan misteri, sebutnya.
“Kepala bagian kiri pecah—retak! Abang tak ingat apa-apa setelah itu,” sebutnya enteng sambil menunjukan bekas jahitan di kepala bagian kiri. “Sampai sekarang Abang tak ingat bagaimana dan karena apa kecelakaan tunggal itu terjadi.”
Darah mengocor deras, dari kepala merambah ke mana-mana. “Untung seorang teman keburu datang. Akhirnya bisa selamat. Aku dibawa ke rumah sakit segera oleh dia,” lanjutnya.
Melihat sang anak memiliki mimpi yang kuat, dan kemauan yang keras terhadap kecepatan di jalanan sebagai pembalap motor, bapaknya, Rezza memanggilnya Abah, mulai membuka diri setelah tragedi tersebut.
Rezza Kancil saat balapan di sirkuit | Foto: Dok. Rezza
Sang bapak mengizinkan Rezza untuk menjadi seorang pembalap yang sah, resmi, kemudian, dengan catatan bapaknya harus selalu mengikutinya pada saat pertandingan. “Itu adalah balapan resmi,” kata sang bapak setelah anaknya benar-benar sembuh. “Bukan balap liar, ya. Yang kalo balap itu, tanpa tujuan yang jelas. Harus serius setelah ini jika memang pengen jadi pembalap beneran—di sirkuit,” ucap sang bapak, dulu—persis seperti yang diceritakannya.
Sampai di sini, barulah pada tahun 2003, ia mengawal karirnya kemudian. Lomba-lomba yang jaraknya dekat dengan kota tempatnya tinggal, mulai diikutinya dengan modal seadanya. Pula sejak itu ia mulai dikenal oleh banyak orang walaupun tak juara.
Namun setelah perlombaan Road Race tahun 2004 di Cargo Denpasar, event Kejorda Djarum, Rezza benar-benar memulainya secara sengit. “Peringkat 4,” ujar Rezza membanggakan diri.
Bukan main! Beberapa pembalap senior (seeded) tak bisa mengelak saat Rezza melewatinya dengan begitu cepat dari kejauhan. Kejuaraan yang seharusnya hanya jatuh kepada pembalap professional itu, mereka yang telah memiliki jam terbang tinggi, tetapi ini justru dicuri oleh pendatang baru dari Bali Utara, Rezza Kancil.
“Di tahun 2004 itulah abang salah satu pembalap yang asli Singaraja, dikenal masyarakat, dapat juara 1 di Sirkuit Dewi Sartika Singaraja, wah heboh di Buleleng saat itu. Lawan abang cukup jauh tertinggal, over lap saat itu. Dan di situlah nama “Kancil” itu disebut. Sampai dinyanyiin lagunya: si kancil anak nakal suka mencuri timun… karena abang start paling belakang,” jelasnya.
Penonton bersorak, komentator heboh menyebutnya “Kancil”—dan dari sanalah bagaimana julukan kancil itu tersemat di belakang namanya, hingga sekarang. Apalagi, ia adalah satu-satunya pembalap asal Buleleng yang lahir dari rahim Singaraja, asli.
Ini sangat jarang, katanya, dulu di event kejuaraan daerah itu biasanya pemainnya tidak benar-benar asli dari asal daerah sendiri, bisa dari daerah yang lain tapi atas nama Buleleng, misalnya. Karena dulu mudah memanipuasi data tempat tinggal untuk daftar, untuk menjadi delegasi.
Tim Yamaha (pusat), tahun 2005 meliriknya kemudian dan mengkontraknya untuk bermain sebagai tim, untuk bermain di kancah nasional mewakili Bali. Ia benar-benar petarung jalanan yang liar—yang menjadi hebat. Kota ini, Singaraja, sebagai kota petarung, akhirnya bukan omong kosong dengan melahirkan petarungnya yang resmi di kancah bergengsi itu.
Rezza Kancil bersama Tim Yamaha | Foto: Dok. Rezza
Menariknya, sempat kembali terjungkal keras di pertengahan tahun 2006 di Sirkuit Kargo Denpasar, Rezza kembali gegar otak. Cidera itu cukup lama, sampai satu tahun, sehingga kontraknya diputus oleh Yamaha—agar bisa pulih kembali. Sejak itu juga performanya sedikit menurun beberapa waktu.
Di tahun 2007, ia kembali ke arena balapan seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa terhadap tubuhnya. Melihat performa yang cukup bagus di Yamaha Cup Race 2007 di Jembrana, Reza Kancil ditarik kembali oleh perusahaan tempatnya menyokong materil dahulu—setelah menjadi juara 3 pada kelas Underbone 4 Tak 110 CC Terbuka itu.
Sampai di sini, hanya beberapa saja kejuaraan yang ia ingat sedari tahun 2004-2014. Bahkan, piala penghargaan miliknya tak pernah disimpannya di rumah—dan dilirik pun tidak. Ia selalu membagi pialanya setelah turun dari podium kepada orang yang menginginkan itu sebagai pajangan bagus di etalase rumah.
Benar-benar perolehan yang berdarah-darah itu seperti bungkus kacang tak berharga. Lantas, apa yang membuatnya berharga setelah turun dari podium juara itu?
Rezza Kancil bersama motornya di sela-sela waktu istirahat | Foto: Dok. Rezza
Ia percaya, katanya lagi, dengan tidak menyimpannya di rumah dan melihat pencapaian setelah juara, dapat membangkitkan semangatnya secara berkepanjangan di lomba-lomba berikutnya. Sebab ia tak ingin dirinya merasa puas atas pencapaiannya itu.
“Nah, untuk masalah piala, abang gak pernah nyimpen sama sekali. Walaupun ada, itu hanya ada beberapa saja yang sempat terbawa pulang. Jadi, karena pribadi zaman dulu tuh, bahwa juara itu bagi abang akan bisa digantikan sama seseorang, jadi abang gak pernah megang,” ujarnya eteng saja.
Yang menjadi motivasinya Rezza tidak pernah merasa puas, karena ia tidak melihat hasil pencapaiannya. Pada saat juara pun, ia tidak pernah menaruh piala, sama sekali, di rumahnya. “Jadi, kalau abang dapet piala, aku selalu bertanya, siapa yang mau piala ini? Nanti tak kasih minta. Jadi abang cuma merasa diri abang adalah pembalap yang gak pernah juara. Jadi itu untuk memotivasi diri, agar gak merasa puas, gitu aja.”
Kini, di rumahnya, hanya tersisa beberapa saja penghargaan yang sempat ia bawa pulang. Di nukil dari koran Bali Tribune terbitan tahun 2012, berikut adalah beberapa prestasi selama tahun 2012 yang pernah ia dan timnya sabet, antara lain: Juara 4 Mp3 Motoprix Seri 1 Region 3 Lombok (NTB), Juara 4 Mp4 Motoprix Seri 1 Region 3 Lombok (NTB).
Rezza Kancil saat memberi ahan kepada anak asuhnya tahun 2023 lalu | Foto: Dok. Rezza
Juara 3 Mp4 Motoprix Seri 2 Region 3 Bali; Juara 5 Mp3 Kejurda Bali Road Reace Seri 1 2012, Seri 3 Region 3 Lombok (NTB); Juara 3 MP3 Motoprix seri 4 Region 3 Kupang (NTT); Juara 1 Mp4 Lokal Buleleng dan Open.
Setelah pensiun pada tahun 2014, kini, selain menjadi seorang suami dan mengurus tiga anak, di selasar pensiunnya juga, ia sesekali melatih para pembalap junior yang hendak berlomba. Dua tahun yang lalu, tahun 2022 tepatnya, ia sempat dipanggil oleh IMI (Ikatan Motor Indonesia) untuk melatih di Porprov Bali di Negara, Jembarana.
Dalam kesempatannya itu ia mengakui begitu susahnya mencari calon pembalap—yang mengerti tentang cara membaca RPM pada motor bebek, karena kebanyakan para calon itu lebih cenderung pada metik. Mencarilah ia kemudian ke desa-desa, yang biasa menggunakan motor bebek dan biasa dengan tikungan tajam dan jalan terjal. Akhirnya ia mendapatkan seleranya itu.
Kadek Dwi Surya Putra, anak asuh Rezza Kancil (pojok paling kiri), meraih perak pada Porprov Bali tahun 2022 di Jembrana | Foto: Dok. Rezza
Dalam kurun waktu 4 bulan untuk mencetak pembalap, dengan caranya melatih yang friendly, akhirnya ia mengantarkan anak asuhnya bernama Kadek Dwi Surya Putra meraih perak pada Porprov Bali 2022. Mantap. Selain menjadi pelatih balap, hari ini Rezza juga berjualan emas di Pasar Anyar Buleleng.[T]
Reporter: Sonhaji Abdullah
Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Jaswanto