2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pesan Dewa Ruci dalam Pagelaran Seni Tri Hita Karana di Taman Bung Karno

Sonhaji AbdullahbySonhaji Abdullah
June 12, 2024
inKhas
Pesan Dewa Ruci dalam Pagelaran Seni Tri Hita Karana di Taman Bung Karno

Pertunjukan Dewa Ruci di Panggung Taman Bung Karno | Foto: Son

PENAMPILAN wayang kulit yang dikombinasikan dengan pertunjukan teater pada “Pagelaran Seni dan Olahraga, Tri Hita Karana: Karya Cipta Sukmawati Sukarnoputri”, secara konsep, seolah memberikan nuansa baru dalam dunia seni pertunjukan di Bali. Pertunjukan tersebut digelar di Taman Bung Karno, Desa Sukasada, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Kamis (06/06/2024) malam.

Sepertinya, malam itu, I Gusti Made Aryana yang mendalangi pertunjukan tersebut, telah berhasil mengocok perasaan sedih bercampur semangat kepada para penonton yang bertengger di tribune Taman Bung Karno.

Melihat wayang kulit di satu layar putih dengan latar cahaya gelap dan lampu tembak yang menyorot pada kain yang terbentang cukup besar di atas panggung, pertunjukan tersebut seketika menjelma seperti film yang sedang diputar di layar lebar.

Saat cerita di dalam layar dijeda oleh sang dalang, mucul dua aktor di panggung melanjutkan kisah. Hal itu membuat pertunjukan menjadi semakin menarik dan unik, tidak hambar. Tidak klise, seperti yang dikatakan Ida Bagus Parta Wijaya. Sebagai penonton sekaligus penikmat seni pertunjukan tradisional, ekspresi senang dan terpukau tergurat di wajahnya cukup lama.

“Tentu menghibur dan menyenangkan. Apalagi gerak tarinya manusia ini, memang seperti gerakan wayang kulit yang saya kenal. Menarinya indah. Tidak ngawur. Menarinya benar seperti penari. Tidak sekadar asal-asalan menari. Sesuailah dengan karakter wayangnya yang energik,” ucap lelaki paruh baya yang akrab dipanggil Captain itu.

Jro Dalang Sembroli bersama krunya di Taman Bung Karno | Foto: Son

Sebagai penonton, Parta Wijaya juga memberi pengakuan lain—bahwa tidak hanya perasaan yang terkocok sedih dan haru yang ia rasakan, tetapi perutnya pula tergelitik tawa oleh cerita humor dan tingkah lucu para pemain, baik aktor di panggung maupun wayang kulit yang dimainkan oleh Made Aryana.

Sampai di sini, secara konsep, Sukmawati Sukarnoputri membawa pertunjukan seni ini lebih pada pembaharuan. Selain wayang kulit yang dikombinasikan dengan pertunjukan teater, ia juga berkerja sama dengan seniman lain di Bali Utara untuk melahirkan konsep pembaharuan itu di atas panggung.

“Kemasannya ‘kan pembaruan daripada tarian Bali tradisional. Yang sama sekali tidak persis seperti yang biasa dilakukan di pura—jadi ada pembaruan. Dan juga saya tampilkan suatu kreasi kombinasi antara seni tari dengan olahraga itu. Karena fokusnya adalah seni gerak,” ujat Sukmawati saat memberi penjelasan pada wartawan seusai peertunjukan.

Adapun beberapa penampil yang ikut terlibat, di antaranya; Tari Pancasila, Seni Pencak silat Bakti Negara Desa Alasangker, Bahana Surya Dharma (Barongsai), Petinju Pertina Buleleng, Padekopan Dwi Mekar, dan Komunitas Pedalangan Sembroli.

Dari banyaknya penampilan yang telah dikonstruk berbeda itu, seketika malam di bulan Juni di Bali Utara menjadi malam yang sangat hidup dan berkesan. Kebersamaan para penonton saat menonton itu pula terasa lebih “nyata” daripada duduk berlama di dalam gedung bioskop ternama—yang mesti membeli tiket dan antre panjang untuk masuk ke sana.

Sedang di sana, di TBK (Taman Bung Karno), semua yang hadir justru menyatu begitu harmonis tanpa beban seperti ritual tadi. Dan yang paling penting, tidak ada perbedaan kelas yang kontras malam itu. Sehingga ruang terbuka menjadi sangat ramah dan nyaman ketika seseorang bersama sanak keluarganya hadir dan duduk bersama menikmati—tanpa gangguan komersil.

Barangkali karena dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno, adalah salah satu sebab mengapa kehangatan secara kolektif itu ada di sana.

Ya, bulan Juni adalah Bulan Bung Karno. Setidaknya ada beberapa hal penting yang diperingati di bulan Juni ini. Seperti tanggal kelahiran Bung Karno pada 6 Juni 1901, sekaligus tanggal wafatnya pada 21 Juni 1970. Dan pula sebagai tanggal lahir Pancasila pada 1 Juni 1945.

Ir. Soekarno atau Bung Karno sendiri adalah salah satu Founding Father Indonesia, yang telah ikut serta mencetuskan Pancasila selain Muhammad Yamin dan Soepomo.

Suasana Pagelaran Seni dan Olahraga Tri Hita Karana di Taman Bung Karno | Foto: Son

Untuk mengingat jasa-jasanya, salah satu putrinya, Sukmawati Sukarnoputri, menginisasi acara itu bersama beberapa seniman Bali Utara—untuk mengenang bapaknya. Dan tentunya, sebagai momen penting untuk kembali merenungkan apa yang telah dilakukan Bung Karno untuk bangsa ini semasa ia hidup, dan juga untuk kembali merenungkan nilai-nilai Tri Hita Karana di Bali.

“Senang sekali. Berbahagia sekali. Karena bisa terlaksana dengan baik. Ini untuk merayakan Bulan Bung Karno, juga hari lahirnya Pancasila dan hari lahirnya Bung Karno. Dan ibu berbahagia sekali, cuaca juga sangat mendukung,” tutur Sukamwati Sukarnoputri saat memberikan kesannya setelah acara selesai.

Made Aryana, selaku seniman yang digandeng Soekmawati, merasa berhasil membuat para penonton merenung sangat serius. Terutama dalam merenungi nasib bangsa ini ke depan dan lebih-lebih nasib Bali ke depan.

“Terkait cerita, ibu (Sukmawati Sukarnoputri) yang menyuruh saya untuk menceritakan Dewa Ruci, perjalanan Bima untuk mencari jati diri,” jelas Made Aryana yang akrab dipanggil Dalang Sembroli itu.

Kisah Dewa Ruci dan Tri Hita Karana

Kepiawaian dalam memainkan wayang kulit dan membuat skenario cerita yang hidup, barangkali itulah keistimewaan Dalang Sembroli sebagai seniman (dalang). Apalagi setelah perannya dalam film Jayaprana Layonsari (2023) yang berhasil ditayangkan di beberapa bioskop di Indonesia, telah menunjukan Dalang Sembroli sebagai seniman senior.

“Ketika ibu (Sukmawati) menyuruh saya untuk memakai cerita Dewa Ruci, mulailah saya pakai di wayang tradisi dulu. Jadi, sejenis membuat embrio karyanya di sana,” terang Jro Sembroli.

Sekitar tiga bulanan sang dalang dan timnya menggarap cerita tersebut dengan segala macam kesulitannya, terutama dalam mengemas cerita panjang menjadi lebih padat. Menceritakan Dewa Ruci—dewa kerdil yang dijumpai Bima dalam perjalanannya mencari air kehidupan (tirta amerta)—termasuk cerita tua dalam khazanah pewayangan Jawa.

Secara moral, cerita Dewa Ruci memberi pesan sangat berarti. Bagaimana kepatuhan murid kepada guru, kemandirian bertindak dan perjuangan dalam menemukan jati diri tercitrakan dalam cerita.

Bima sebagai murid yang benar-benar taat dan serius dalam mencari arti sesungguhnya dalam hidup, benar-benar pergi ke hutan atas perintah gurunya itu—Resi Drona, yang padahal, di balik itu semua adalah rencana “busuk” gurunya dalam mencelakakan Bima.

Pertunjukan Dewa Ruci di Panggung Taman Bung Karno | Foto: Son

Tidak ada Tirta Amerta (air kehidupan) di gunung atau di hutan yang ditujukan oleh gurunya sebagai tugas—selain rintangan kematian. Tetapi, dengan teguh dan kesungguhan Bima dalam mendapatkan ilmu “sangkan paraning dumadi”, ia lalui semua rintangan itu dengan jiwa ksatria.

“Sebenarnya, cerita ini sangat panjang. Kami coba-coba, nah, ketemulah adegan yang tadi itu. Hanoman yang memberi saran kepada Bima agar tidak pergi ke tengah hutan mencari tirta amerta. Namun, karena keteguhannya Bima untuk mencari ilmu sangkan parang dumadi, semua yang menghalangi ia hiraukan—ia jalan terus gitu. Lalu dia bertemu dengan Rukmala dan Rukmakala. Ia lawan,” tutur Dalang Sembroli menjelaskan.

Sangkan paraning dumadi adalah sebuah falsafah hidup, bagaimana manusia belajar untuk mengenali dirinya sendiri. Atau mengenal dari mana ia berasal dan bagaimana hubungan ia dengan Sang Pencipta.

Dan pesan moral yang dapat diambil dari cerita itu, manusia sudah semestinya tidak merasa angkuh dan sombong, pula dalam merasa diri berkuasa atas kehidupan ini. Sebab, dalam hidup, masih ada yang Maha Hidup, yaitu Tuhan.

Adapaun dalam Tri Hita Karana, ajaran demikian termaktub sangat jelas. Bagaimana hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam adalah ajaran masyarakat Bali untuk kehidupan. Dan membawakan cerita tentang Dewa Ruci melalui wayang kulit, tentu menjadi sebuah pembahasan yang sangat serius.

Maksudnya, tidak cukup untuk dibahas di panggung kesenian semata—sebagai hiburan, terutama kalangan pemerintah yang hadir dan menonton—sudah seharusnya melihat “kritik sosial” yang dipertunjukan Made Aryana sebagai pesan yang berarti pula, yang lebih konkret.

Melalui pertunjukan ini, dalam setiap kebijakan pemerintah yang hendak dibuat, harus lebih berpihak pada masyarakat dan alam Bali. Dan tingkah lakunya pula sebagai tokoh, harus layak ditiru sebagaimana Soekarno memperlakukan bangsa ini.

“Kebetulank cerita ini juga ada sangkut-pautnya dengan itu (alam). Jadi, adalah sedikit kritik sosial terhadap lingkungan, terhadap alam semesta. Bagaimana rusak dan bagusnya alam atau lingkungan (Buana Agung) itu ada pada manusianya sendiri (Buana Alit),” ujar Dalang Sembroli.

Sesaat setelah mengatakan hal tersebut, Dalang Sembroli juga menegaskan, bahwa jika kita tidak bisa membangun alam atau lingkungan dengan terbarukan, misalnya, cukup merawat saja. “Itu juga jauh lebih penting. Sebab merawat juga adalah membangun,” ujarnya.[T]

Reporter: Sonhaji Abdullah
Penulis: Sonhaji Abdullah
Editor: Jaswanto

Sembroli Mabuk di “Buleleng Festival” – Bentuk Baru Teater Wayang
Membaca Ekosistem Pertunjukan Wayang Kulit di Buleleng
Benang Merah Wayang dan Realita | Antara Pesan dan Lelucon yang Dikehendaki
Mengintip Proses Teater Legenda Rasa Kopi Banyuatis | Catatan Penulis Naskah dan Sutradara
Tags: Dalang SembroliDewa RuciTeaterwayangwayang kulit
Previous Post

Putu Shinta Aiswarya, Pecinta Kucing, Calon Pendidik, Lulus Cumlaude

Next Post

Manajemen Pengembangan Pariwisata di Daerah

Sonhaji Abdullah

Sonhaji Abdullah

Kontributor tatkala.co

Next Post
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

Manajemen Pengembangan Pariwisata di Daerah

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more

Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

by Made Chandra
June 1, 2025
0
Study of Mechanical Reproduction: Melihat Kembali Peran Fotografi Sebagai Karya Seni yang Terbebas dari Konvensi Klasik

PERNAHKAH kita berpikir apa yang membuat sebuah foto begitu bermakna, jika hari ini kita bisa mereproduksi sebuah foto berulang kali...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co