NTT | TATKALA.CO – Sebanyak 25 peserta mengikuti pelatihan pengelolaan kawasan konservasi yang dilaksanakan Pusat Unggulan Pembelajaran Terpadu Kawasan Konservasi Kepulauan Alor atau dikenal dengan Alor Marine Protected Area Center of Excellence (Alor MPA CoE) yang merupakan sebuah inisiatif kolaboratif antara WWF-Indonesia bersama Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur Wilayah Kabupaten Alor dan Universitas Tribuana, 21 Mei 2024.
Peserta itu berasal dari berbagai lokasi dari wilayah Sumba, Ende, Flores Timur, Lembata, Sika, Atambua, Belu, dan Timur Tengah Selatan yang mewakili pengelola kawasan konservasi laut Flores Timur dan TNP Laut Sawu.
Berbagai komunitas serta mitra pengelola kawasan konservasi juga ikut terlibat dalam pelatihan ini, seperti Plastic Free Ocean Network (PFON) Kabupaten Alor, Lembaga Adat Baranusa, Forum Komunikasi Kabola, Kelompok Budidaya Perikanan Mangalepang, Kelompok Perikanan Buton, Kelompok Cinta Persahabatan, Kelompok Tongke Lima, Mala Tours, Nautika Dive Alor, Thresher Shark Indonesia, Pemerintah Kabupaten Alor turut menjadi narasumber.
Dalam sambutannya, Penjabat Bupati Alor, Dr. Zet Sony Libing M.Si, mengatakan Tuhan menganugerahkan kita suatu keindahan alam, dan keindahan alam yang Tuhan anugerahkan ini harus kita jaga, pelihara, dan rawat sampai selama-lamanya. “Hal ini kita sebut dengan konsep konservasi, keberlanjutan atau sustainable,” katanya.
Pusat (unggulan) pembelajaran kawasan konservasi perairan ini terinspirasi dari upaya yang telah dilakukan oleh pengelola kawasan, praktisi, korporasi dan komunitas masyarakat yang ada di dalam kawasan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan para peserta dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan konservasi laut dan pesisir melalui pendekatan pembelajaran dengan model 70% praktik dan 30% teori.
Manajer Center of Excellence Alor, Jahved Ferianto Maro, mengatakan sebagus apapun sumber daya alam kita, jika tidak ditopang dengan sumber daya manusia yang berkualitas, pengelolaannya tidak akan berjalan. “Hal ini yang menjadi dasar mengapa harus ada Pusat Unggulan Pembelajaran Kawasan Alor. Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada mitra kami, WWF-Indonesia atas dukungannya dalam penyelenggaraan kegiatan ini,” katanya.
Salah satu fokus utama dari pelatihan ini adalah pelatihan di bidang korporasi, di mana peserta mempelajari etika ekowisata bahari serta keterampilan pemanduan snorkeling dan diving. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta dalam mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang menghargai keanekaragaman hayati laut. Selain itu, ada pula pelatihan di bidang tata kelola, yang membahas konsep-konsep seperti Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM), Ecosystem Approach to Aquaculture (EAA), serta Evaluasi Efektivitas Kawasan Konservasi (EVIKA).
Peserta pelatihan, Mansur Saleh dari Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Flores Timur, menuturkan kesan dan harapannya dari program pelatihan ini. “Kebetulan saya lulusan Perikanan Budidaya, secara praktis saya lebih banyak belajar budidaya dan masih banyak ilmu lainnya yang belum saya dapatkan. Ketika di pelatihan ini, luar biasa ilmu baru yang saya dapatkan, baik terkait budidaya maupun bidang lainnya. Harapannya, dengan pengetahuan baru ini, saya bisa mengaplikasikannya di lapangan dan membagikannya kepada rekan-rekan lainnya,” ujarnya.
Program pelatihan ini juga menawarkan pelatihan pengembangan kompetensi biodiversitas. Selamat pelatihan, peserta belajar tentang beragam ekosistem pesisir dan laut, hingga konsep dasar kawasan konservasi. Terakhir, ada pula pembelajaran di bidang komunitas yang mencakup topik-topik seperti pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat dan pariwisata bahari berbasis masyarakat. Pembuatan peta potensi desa juga menjadi salah satu aspek yang dipelajari oleh para peserta.
Kepala Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur di Wilayah Kabupaten Alor, Muhammad Saleh Goro, S.Pi, M.Pi, menyambut baik inisiatif kegiatan pelatihan ini sebagai langkah penting dalam meningkatkan kapasitas dan pengetahuan peserta tentang kawasan konservasi.
Dengan pelatihan ini, Saleh Goro berharap peserta akan mampu mengetahui lebih mendalam tentang Kawasan Konservasi, khususnya Kawasan Konservasi Taman Perairan Kepulauan Alor.
“Selain itu, dengan pelatihan ini, kedepannya CoE di Kawasan Konservasi ini diharapkan dapat menjadi model di Kawasan Konservasi sebagai pusat pembelajaran, training, serta pendampingan bagi lembaga pengelola, nelayan, swasta dan pemangku kepentingan dalam pengembangan sistem perikanan berkelanjutan/pariwisata bertanggungjawab dalam kerangka wilayah MPA,” katanya.
Pelaksanaan kegiatan Center of Excellence Alor MPA ini merupakan langkah positif dalam upaya pelestarian sumber daya kelautan dan perikanan di Indonesia. Dari hasil pelatihan ini, menunjukkan adanya peningkatan pemahaman peserta, yakni dari rata-rata 50 poin menjadi 70 poin.
Dengan adanya program pelatihan ini, diharapkan akan terciptanya generasi-generasi yang memiliki pemahaman mendalam serta keterampilan praktis dalam menjaga keberlanjutan lingkungan laut, sehingga dapat menjawab tantangan-tantangan masa depan dalam pengelolaan dan konservasi sumber daya kelautan.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, CoE Alor MPA diharapkan akan semakin berkembang. Tidak hanya menjadi pusat pembelajaran konservasi di tingkat nasional, tetapi juga sampai di level regional. Salah satunya, secara konsisten menyelenggarakan pelatihan secara rutin setiap 6 bulan sekali. [T][Rls/Ado]
Sumber: Rilis WWF-Indonesia
Editor: Adnyana Ole