BERWISATA untuk sebagian besar orang adalah melakukan perjalanan ke suatu destinasi menikmati alam, menyaksikan pertunjukan seni budaya, dan mencicipi kuliner. Intinya, berwisata adalah rekreasi yang menghibur di tengah keindahan dan kesejukan.
Begitu besar antusias orang untuk berwisata, sehingga banyak pihak yang mengharap berkah dari sektor pariwisata. Nyaris tidak ada satu daerah pun di Indonesia yang tidak mengembangkan pariwisata. Alasannya sangat sederhana. Pariwisata dianggap mampu menyumbang pendapatan asli daerah serta dapat mengentaskan kemiskinan.
Namun apa jadinya, jika berwisata bukan menikmati alam yang indah; namun justru menyaksikan kemiskinan dan tempat-tempat kumuh. Sepintas tak masuk akal. Tetapi itulah faktanya. Wisata kemiskinan dijadikan produk wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Peminatnya pun tidak sedikit.
Adalah Jakarta Hidden Tour, yang menjual nestapa kemiskinan warga kota Jakarta kepada wisatawan mancanegara. Menurut Ronny Poluan, penggagas Jakarta Hidden Tour kepada Viva.co.id (6 September 2019), kemiskinan merupakan sesuatu yang seksi.
Kemiskinan di Jakarta sangat tegas batasnya. Jumlah orang miskin begitu banyak. Sedangkan orang yang kaya begitu sangat kaya. Orang kaya bisa memiliki mobil Ferrari, kapal pesiar, dan helikopter. Sementara orang miskin tinggal di kolong jembatan, dekat bantalan rel kereta api, dan di pinggiran sungai.
Destinasi wisata kemiskinan yang dijual adalah tempat-tempat kumuh di Jakarta yang dihuni masyarakat miskin. Harga paket wisata ini lumayan mahal, berkisar antara 250.000 hingga 750.000 rupiah. Target sasarannya adalah wisatawan mancanegara, bukan wisatawan domestik.
Biaya paket wisata kemiskinan itu bukan hanya masuk saku Jakarta Hidden Tour. Transportasi umum seperti bus kota dan becak juga kecipratan rejeki dari wisata kemiskinan, karena dua moda transportasi itu yang digunakan untuk mengantar wisatawan. Termasuk warga setempat yang berinteraksi dengan wisatawan, akan mendapatkan donasi.
Karenanya, wisata kemiskinan bukan semata menjual nestapa orang miskin kepada wisatawan, tetapi lebih mengutamakan komunikasi interkultur antara wisatawan dengan warga miskin. Wisatawan dapat berinteraksi, mengobrol, dan bercanda dengan masyarakat di pemukiman kumuh.
Dilematis
Wisata kemiskinan atau wisata kumuh pada hakikatnya adalah salah satu bentuk wisata alternatif dengan mengunjungi daerah-daerah miskin dan kumuh di suatu kota atau negara. Beberapa destinasi wisata kemiskinan yang populer misalnya, wisata kemiskinan di Manila (Filipina), Mumbai (India), dan Rio de Janeiro (Brasil).
Wisata kemiskinan banyak yang diminati wisatawan, karena merupakan salah satu bentuk wisata petualangan. Selain itu juga dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran tentang kemiskinan. Namun di lain sisi dianggap kontroversial, karena mempertontonkan nestapa orang miskin.
Dari perspektif pariwisata , wisata kemiskinan memang dilematis, karena bertentangan dengan konsep berwisata yang menyenangkan, menghibur, dan nyaman. Mempertontonkan kemiskinan kepada wisatawan dianggap tidak etis, karena itu bentuk eksploitasi dan komodifikasi kemiskinan sebagai masalah sosial ekonomi menjadi tontonan bagi wisatawan.
Bukan hanya kemiskinan yang dipertontonkan; dalam wisata kemiskinan ada pula destinasi lain yang dikunjungi, yaitu lokalisasi prostitusi serta daerah-daerah yang rawan kriminalitas. Dalam kajian pariwisata tentu ini tidak elok, karena sangat berbahaya bagi wisatawan. Keamanan dan keselamatan wisatawan dipertaruhkan.
Wisata kemiskinan itu sendiri lahir karena adanya ketimpangan dalam pembangunan dan perkembangan suatu kota; di mana ada wilayah yang begitu maju dan ada wilayah yang sangat terbelakang. Ketimpangan itu menjadi pemandangan yang menarik bagi wisatawan untuk dikunjungi.
Komunitas kritis di kota juga mendorong terbentuknya wisata kemiskinan yang bekerjasama dengan biro perjalanan untuk menjual paket wisata ini. Kebutuhan akan empati terhadap warga miskin turut pula mendorong tumbuhnya wisata kemiskinan. Diharapkan tumbuh empati, baik dari wisatawan maupun pemerintah untuk membantu mengatasi kemiskinan di suatu daerah.
Citra Buruk
Wisata kemiskinan sangat berpengaruh buruk bagi citra suatu kota atau negara. Sebab dengan adanya wisata kemiskinan, suatu kota atau negara dianggap gagal membangun dan mengentaskan kemiskinan. Kota atau negara juga dianggap abai terhadap warganya.
Secara politis, wisata kemiskinan juga akan menjadi pukulan berat bagi seorang pemimpin di satu kota atau negara. Kredibilitas pemimpin menjadi terpuruk akibat wisata kemiskinan. Tidak heran jika Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta merasa geram dengan aksi Jakarta Hidden Tour yang menjual paket wisata kemiskinan. Wisata semacam itu dianggap mencoreng citra Jakarta di mata dunia.
Secara legal wisata kemiskinan di Indonesia juga tidak diatur oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Karena kebijakan pariwisata Indonesia lebih mengarah pada pengembangan alam dan kebudayaan. Tentu saja kemunculan Jakarta Hidden Tour ini menimbulkan pro dan kontra terkait etika mempertontonkan kemiskinan pada wisatawan.
Memang ada dampak baik dan buruk dari wisata kemiskinan. Dampak positifnya, komunitas yang menawarkan paket wisata kemiskinan dianggap sebagai kelompok kritis dan melakukan satire kemiskinan di Ibukota. Diharapkan dengan munculnya wisata kemiskinan, pemerintah akan lebih serius melakukan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat.
Dampak negatifnya tentu saja Indonesia dapat dianggap sebagai negara yang gagal. Hal ini akan berpengaruh terhadap citra Indonesia di mata internasional. Lebih jauh, akan berdampak pada hubungan baik antarnegara dengan Indonesia.
Wisata kemiskinan adalah kritik simbolik atas gemerlap pembangunan. Bahwa di balik megahnya pariwisata, ada sebagian masyarakat miskin yang tak dapat mencicipi manisnya kue pariwisata. [T]
BACA artikel lain dari penulisCHUSMERU