TEPAT setelah kardus-kardus itu diletakkan di atas meja, dari arah timur—arah lampu merah Kampus Tengah Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali—terlihat puluhan orang tiba-tiba datang menyerbu. Sebagian dari mereka ada yang berlari, sebagian lagi berjalan mendekat dengan malu-malu. Meski tanpa aba-aba, mereka ibarat para pemain sepak bola yang sedang menggiring bola ke gawang lawan, untuk mencetak gol kemenangan.
Ini bukan demo. Bukan juga ultras garuda yang sedang merayakan kemenangan Timnas sepakbola Indonesia setelah membantai Vietnam dengan skor 1:0 pada leg pertama kemarin. Sekali lagi, bukan. Tapi, kehebohan yang terjadi di depan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Singaraja itu karena adanya bagi-bagi takjil gratis yang dibagikan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Singaraja di Jalan Udayana, Banyuasri, Kecamatan Buleleng, Minggu (24/3/2024) sore.
“Padahal, di pamfletnya, acara bagi-bagi takjilnya di lampu merah kampus tengah. Ternyata pindah,” ujar Muhammad Ruhan, salah satu mahasiswa yang datang untuk mengambil takjil sore itu.
Sebagai seorang mahasiswa perantauan dari Jawa Tengah, selama bulan Ramadan, bersama rekan-rekannya ia mengaku kerap berburu takjil gratis di seputaran Singaraja. “Kalau berburu takjil gratis, lumayan sering,” ujarnya. Sesaat setelah memberi jeda, ia menambahkan, “Lumayan, menghemat pengeluaran,” sambungnya malu-malu.
Benar. Fenomena berburu takjil—atau meminjam istilah yang sedang trend sekarang takjil war— bagi banyak orang, merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan, dan juga menjadi salah satu tradisi yang dinantikan saat bulan Ramadan tiba. Maka tak heran, jika di mana pun ada bagi-bagi takjil gratis, dengan cepat dan tanpa hitungan satu, dua, tiga, sekalipun, akan diserbu oleh masyarakat.
Suasana kadar HMI Cabang Singaraja saat berbagi takjil gratis | Foto: Dimas
Cuaca sore itu tak begitu panas. Cerah berawan. Namun, bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa, sore hari merupakan waktu yang tepat berburu takjil untuk berbuka puasa. Dengan demkian, tak mengherankan jika tiga kardus besar berisi ratusan cup es lumut yang dijajakan oleh HMI Cabang Singaraja, hanya dengan waktu kurang lebih 10 menit, ludes. Habis tak tersisa.
Menurut Wahyu Candra Kurniawan, Ketua Umum HMI Cabang Singaraja, kegiatan bagi-bagi takjil gratis merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan oleh HMI Cabang Singaraja setiap bulan Puasa. “Setiap bulan suci Ramadan, HMI Cabang Singaraja selalu mengadakan bagi-bagi takjil gratis di seputaran Kota Singaraja,” katanya.
Pemuda kelahiran Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, itu, menuturkan bahwa selama bulan suci Ramadan, selain mengadakan bagi-bagi takjil gratis, pihaknya juga akan melaksanakan santunan dan bakti sosial di wilayah Buleleng.
“Dalam waktu dekat ini, kami akan melakukan kegiatan bakti sosial, sekaligus memperingati HUT Kota Singaraja,” ujar pemuda berkalung selempang berlambang HMI yang disebut gordon itu.
Ya, jika berbicara tentang keaktifan organisasi mahasiswa di Singaraja, tidak lengkap rasanya kalau tidak menyebut organisasi yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1947 itu. Secara aktif, HMI Cabang Singaraja kerap terlibat di berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan di wilayah Buleleng.
Maka, apa yang dilakukan oleh HMI Cabang Singaraja sore itu, bukanlah suatu hal baru. Seperti yang disampaikan oleh Wahyu, kegiatan tersebut merupakan sebuah bentuk keistiqomahan dari kader HMI Cabang Singaraja untuk berbuat baik demi kemaslahatan umat.
Untuk itu, sebagai bentuk keistiqomahan tersebut, meski kegiatan itu bukan hal baru, kader-kader HMI Cabang Singaraja tetap antusias mengadakan kegiatan bagi-bagi takjil gratis di setiap bulan Ramadan.
“Kami bersama teman-teman dari Kohati—maksudnya Korps HMI Wati—mulai menyiapkan takjil dari jam satu siang sampai jam lima sore. Setelah jadi, langsung dibawa ke lokasi,” ujar Wahyu.
Wahyu mengaku, kegiatan bagi-bagi takjil gratis merupakan kegiatan yang tumbuh dari sisi kemanusiaan di setiap kader HMI Cabang Singaraja. Dengan mengandalkan uang kas, mereka tidak terlibat dan dibantu oleh pihak mana pun dalam kegiatan kali ini.
Suasana kadar HMI Cabang Singaraja saat berbagi takjil gratis | Foto: Dimas
“Kegiatan ini resmi dari seluruh kader HMI Cabang Singaraja. Tidak ada unsur lain yang terlibat,” jelasnya. Kemudian, ia kembali menambahkan, “Kali ini, kami membagikan es lumut dan es cincau sebanyak sekitar 200 cup.”
Benar. Es dengan tampilan hijau bertoping jeli itu, tampak sangat menyegarkan. Maka, tak membutuhkan tenaga lebih untuk menawarkannya kepada orang-orang yang sedang melintas pada sore hari itu. Cukup ditata di atas meja, dengan hitungan detik, pengendara maupun pejalan kaki akan menghampiri dengan sendirinya.
Ya, selama bulan Ramadan, umat Islam, selain sedang melaksanakan ibadah puasa—tak hanya sekadar menahan lapar dan hawa nafsu—di bulan ini, juga meyakini, pintu-pintu pahala sedang terbuka lebar bagi setiap manusia. Maka, dengan begitu, umat Islam saat ini sedang berlomba-lomba menebar kebaikan demi mendapat keberkahan bulan Puasa.
Sehingga, apa yang dilakukan oleh HMI Cabang Singaraja kali ini merupakan cerminan dari Islam yang rahmatan lil alamin—rahmat bagi alam semesta beserta isinya. Mereka, dengan ikhlas merawat rasa solidaritas dan kepedulian sosial di Singaraja tanpa membeda-bedakan suku, ras, dan agama.
“Sekali lagi, ini merupakan bentuk keistiqomahan dari HMI Cabang Singaraja—untuk kemaslahatan umat. Dan, tentu, ini juga merupakan upaya untuk memperkuat rasa solidaritas antarkader HMI Cabang Singaraja,” ujar Wahyu memungkasi wawancara sore itu.[T]
Reporter: Yudi Setiawan
Penulis: Yudi Setiawan
Editor: Jaswanto