15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Jawan, Film Angry Young Man?

JaswantobyJaswanto
March 19, 2024
inUlas Film
Jawan, Film Angry Young Man?

Shah Rukh Khan sebagai Azad dalam film Jawan

I

PADA kisaran tahun ’70-an hingga pertengahan ‘90-an, India dijejali dengan film bergenre  Angry Young Man, yang—menyitir Mahfud Ikhwan—“berciri tokoh utama berusia muda, (biasanya) miskin, anti kemapanan, baik hati, penuh cinta tapi juga penuh dendam, menghabiskan hidupnya hanya untuk menikahkan adiknya, menyelamatkan kehormatan ibunya, atau merebut kekasihnya dari si ayah yang serakah, atau ketiga-tiganya sekaligus.”

Tetapi, genre yang identik dengan film India tersebut seketika lenyap tersapu hilang entah kemana. “Beberapa hal bisa jadi hilang untuk selama-lamanya. Beberapa yang lain harus mengaso dan menepi untuk waktu yang lama.” Begitu tulis Cak Mahfud.

Sebab lenyapnya Angry Young Man tak lain dan tak bukan adalah banjirnya—atau air bah—film-film cengeng Karan Johar pada akhir ’90-an. Saat Kuch Kuch Hota Hai dirilis pada tahun 1998, dan dengan cepat menyebar ke penjuru dunia, saat itu pula India telah kehilangan sosok Inspektur Vijay dan Tuan Takur.

Menurut Cak Mahfud, Kuch Kuch Hota Hai juga bisa dipastikan jadi penanda munculnya seorang penguasa baru Bollywood usai memudarnya pamor Amitabh Bachchan. Dialah Shah Rukh Khan, alias King Khan. Dan Khan, harus diakui, membawa pesona India menyebar lintas benua—hal yang Bachchan tak bisa berikan.

Khan mekar bersama Khan lain: Aamir, Salman, Saif Ali, dan yang telat tumbuh, Fardeen bin Feroz Khan. Berbeda dengan Aamir, Salman, Saif Ali, dan Fardeen, yang lahir dari keluarga selebriti—Saif malah lahir dari oplosan bintang olahraga dengan permata indah sinema India. Ayahnya adalah Kapten Tim Kriket India, Mansoor Ali Khan Pataudi dan sang ibu, Sharmila Tagore, salah satu bintang ayu dalam film Bollywood—Shah Rukh hanya seorang putra keluarga kelas menengah di Delhi yang memulai karirnya dari teater kampus.

Sebelum menjelma menjadi pemuda cengeng, manis, dan pandai menangis—ia memiliki gaya sendiri dalam hal ini: alis melengkung, suara terbata-bata, dan gestur tangannya—Khan merupakan bajingan gila yang bagus dalam beberapa film—bahkan peran ini telah memberinya tempat di panggung Bollywod.

Dalam Baazigar (1993) ia membunuh sana-sini. Dan Darr (1993) menjadikan Khan sebagai Rahul, pemuda pengecut yang tak sanggup mengungkapkan cintanya. Lalu Anjaam (1994) yang membuat Madhuri Dixit (orang ini cantiknya melegenda) menderita. (Sebelum membuat jutaan perempuan di dunia menangis, Shah Rukh sudah lebih dulu membuat perempuan-perempuan cantik di film India menangis karena ulahnya.)

Tapi Kuch Kuch Hota Hai merenggutnya, kata Cak Mahkfud. Karan Johar memermaknya menjadi pemuda cengeng, manis, kaya, bintang kampus, dan disukai wanita. Ia berubah menjadi romantis, alih-alih bengis. Mulutnya lebih pandai mencocokkan lirik lagu yang ditembangkan Udit Rarayan daripada para Khan yang lainnya. Saat itu ia berani bersaing dengan dinasti perfilman India: Kapoor, Bhatt, Dutt, Shetty, Akhtar, Chopra, Johar, Mukherji, Deol, Roshan, dan klan Bachchan.

Tahun 1995, Shah Rukh menemukan penunjuk arah ke mana karirnya akan menuju melalui Raj, pemuda tampan, tulus, manis, dan pandai menangis, dengan mandolin di punggungnya, yang keluyuran di kota-kota Eropa mengejar cinta Simran (Kajol) dalam Dilwale Dulhania Le Jayenge. Khan dan Kajol, setelah Kuch Kuch Hota Hai, semakin terlihat kokoh sebagai pasangan yang klop.

Kabhi Khusi Kabhie Gham (2001), My Name Is Khan (2010), dan Dilwale (2015) menjadikan chemistry Shah Rukh dan Kajol semakin kuat. Jadilah Shah Rukh neredupkan—atau justru menenggelamkan—dominasi para pahlawan perkasa (angry young man) yang menghajar para penjahat atau polisi korup dengan busungan dada dan bentangan tanggannya saat bernyanyi.

Khan menjadi raja di industri film India, sebagaimana namanya memang diambil dari nama sultan Dinasti Timuriyah yang berkuasa di kawasan Transoxiana selama 42 tahun (1404-1447).

II

Angry young man awalnya adalah istilah yang dipakai untuk menyebut sebuah gerakan seni (meliputi sastra, teater, dan film) di Britania Raya antara tahun ’50–’60-an. Mungkin karena dianggap memiliki ciri dan tema yang sama (muda, anti kemapanan, menggambarkan perjuangan kelas/masyarakat tertindas), istilah ini diadopsi oleh para wartawan India untuk menyebut film-film dan—terutama secara khusus—sosok Amitabh Bachchan sendiri.

Namun, istilah ini juga biasa dikenakan untuk jenis film yang memakai pakem Zanjeer dan aktor-aktor lain yang dibesarkan oleh film semacam itu di waktu-waktu yang lebih kemudian, seperti Mithun Chakraborty, Jacky Shroff, Sunny Deol, Anil Kapoor, Sanjay Dutt, hingga Ajay Devgan dan Aamir Khan untuk menyebut yang paling belakangan. Paragraf ini dan satu di atasnya saya ambil dari tulisan Cak Mahfud: Minggir, Inspektur Vijay Telah Kembali!

Saya sudah lama tidak menonton film-film sosok pahlawan muda (kadang dari desa) yang mampu mengganyang tikus-tikus korup di kantor-kantor pemerintahan atau menumbangkan dinasti mafia skala kota kecil yang bengis. Saya menonton Jai Ho (2014), tapi belum untuk Dabangg yang rilis empat tahun lebih dulu. Belakangan saya lebih banyak menonton film India yang menjadikan perempuan sebagai sosok pahlawannya.

Saya menonton Raatchasi (2019). Mengisahkan Geetha Rani (yang diperankan Jyothika), kepala sekolah pemerintah yang harus menghadapi murid bermasalah, staf pengajar yang malas, dan kerutinan yang bisa dibilang tak ada. Selagi menghadapi kesulitan ini, dia memperbaiki sistem edukasi dan masyarakat di sekitar. Lalu Gangubai Kathiawadi (2022), film biopic pelacur yang berjuang menuntut hak-haknya sebagai warga negara. Juga Mrs. Chatterjee vs Norway (2023). Dan Bhakshak (2024), reporter perempuan yang mengungkap kasus pelecehan seksual terhadap anak di penampungan berkedok panti asuhan.

Dan tahun ini, setelah Pathaan (2023), akhirnya saya kembali menonton film Bollywood berjudul Jawan (2023) yang dibintangi Shah Rukh Khan, Nayanthara, Deepika Padukone, dan lainnya. Singat saya, setidaknya ada empat film yang dibintangi Shah Rukh dan Deepika yang saya tonton: Om Shanti Om (2007), Happy New Year (2014), Pathaan (2023), dan Jawan (2023). Di film-film tersebut mereka selalu berpasangan—walaupun di Jawan, Deepika bukan yang utama.

III  

Jawan bercerita tentang seorang polisi bernama Azad Rathore (Shah Rukh), sipir penjara perempuan di Mumbai, yang diam-diam melakukan aksi di luar logika (mendekati utopis) dalam membalaskan dendam kedua orangtuanya. Selain itu, ia juga merupakan pahlawan bagi mereka—para perempuan yang dipenjara—yang juga memiliki dendam pada orang yang sama: Kaliee Gaikwad (yang diperankan Vijay Sethupathi), bajingan pemilik perusahaan senjata yang kongkalikong dengan para pejabat India.

Azad Rathore tumbuh menjadi “angry young man” yang lahir di balik jeruji besi ibunya, Aishwarya Rathore (Deepika Padukone), yang masuk penjara karena meledakkan dua kepala polisi suruhan Kaliee yang mencoba membunuh suaminya, Vikram Rathore, seorang tentara khusus yang menjadi mimpi buruk usaha abal-abal Kaliee Gaikwad.

Vikram melapor bahwa senjata buatan Kaliee tak berfungsi saat di lapangan—Kaliee menjual senjata setengah rusak—dan itu membuat pasukan India yang dikirim dalam memberantas teroris di perbatasan mati sia-sia, termasuk pasukan yang dipimpin Vikram. Jadilah Kaliee menanam dendam kepada Vikram dan keluarganya.

Kaliee melemparkan Vikram dari helikopter setelah membenamkan lima timah panas di tubuhnya, dan menjebloskan Aishwarya ke penjara dan dijatuhi hukuman gantung—Aishwarya dieksekusi setelah melahirkan dan membesarkan putranya, Azad Rathore, selama lima tahun di penjara. Sebelum kaku di tiang gantung, Aishwarya memercikkan dendam di hati dan pikiran Azad dan menitipkannya kepada cameo sipir perempuan yang baik hati.

Ketika dewasa, Azad menjadi sipir manis, berprestasi, sekaligus brangasan dan ugal-ugalan. Tindak-tanduk sang sipir memantik kemarahan Kaliee Gaikwad, musuh sang ayah. Azad ingin menghancurkan Kaliee dengan bekerja sama dengan beberapa perempuan penghuni penjara yang terlatih berperang—jawan: prajurit. Banyak plot yang tidak terduga dalam film ini. Atlee Kumar menyimpan beberapa adegannya sebagai kunci—walaupun kadang porsinya terlalu banyak. Ia memberi waktu yang panjang untuk Deepika, cameo manis dalam film ini.

Atlee membuat Azad berbicara mewakili masyarakat umum (sebagai pahlawan dengan cara yang radikal) dan berperilaku tidak menentu, melakukan tarian kecil yang dikocok dengan lembut di gerbong kereta di tengah para penumpang yang ketakutan. Dia dengan bangga dan susah payah menjelaskan bahwa dia sebenarnya orang baik yang melawan musuh sebenarnya: pegawai negeri yang tidak mengabdi pada negara.

Dalam Jawan, Shah Rukh memerankan dua sosok: Azad (sebagai anak dan sipir penjara), dan Vikram (sebagai ayah, tentara, dan musuh Kaliee). Dan ini bukan yang pertama. Memerankan dua sosok sekaligus sudah dilakukan Shah Rukh dalam beberapa film sebelumnya. Pada tahun 1998, Khan berperan ganda dalam Duplicate. Lalu Don (2006), Om Shanti Om (2007), Rab Ne Bana Di Jodi (2008), Ra One (2011), dan Fan (2016). Tampaknya, berperan ganda adalah salah satu kelebihan Shah Rukh Khan.

Jawan bersifat Pan-India. Penata aksi Tamil yang sedang naik daun, Atlee Kumar, mengimpor karakteristik kegaduhan dan kesadaran sosial sinema India Selatan dalam film yang berdurasi nyaris tiga jam itu. Dan tampaknya Atlee mencoba membawa Hollywood ke dalam aksi-aksi Bollywood. Ya, Jawan sangat dekat dengan visual film-film aksi Amerika. Selain aktor, tempat, bahasa, dan nyanyi-nari, ledakan, perang, tak ubahnya film-film  Christopher Nolan.

Sebagaimana Don 1 & 2, dengan lagu-lagu pesta yang buruk, helikopter, letupan tembakan, ledakan besar, mobil terjungkal, membuat film ini tampak bukan film India seperti biasanya, tapi film India yang mau jadi film Amerika. Saya tak peduli jika film ini menampilkan visual effect-nya. Bagi saya, Jawan terlalu bernafsu untuk menjadi Neo, sehingga Shah Rukh memaksa dirinya menyerupai Keanu Charles Reeves.

Namun, terlepas dari itu semua, barangkali, Jawan dengan sengaja menautkan diri dengan tradisi film-film angry young man di sinema India. Walaupun tokoh utamanya bukan seorang inspektur polisi, tapi tetap saja Azad seorang sipir penjara dengan seragam coklat mudanya.

Tapi, seperti kata Cak Mahfud untuk film Dabangg, ciri yang paling kuat tentu saja adalah formula yang dipakainya. Aparat jujur yang seorang diri berhadapan dengan sistem yang korup, pemuda baik hati melawan penjahat keji, penegakan hukum yang dicampurkan dengan pembalasan dendam, adalah resep yang telah dipakai hampir 50 tahun yang lalu, saat tokoh Inspektur Vijay menyeruak ke perfilman India lewat Zanjeer, dan diulang puluhan atau ratusan kali di film-film sejenis pada dekade ‘80-an.[T]

Mrs. Chatterjee vs Norway: Melodrama Seorang Ibu India dan Penipu-Penipu Norwegia
Society of the Snow (2023): Kisah Mengerikan dari Pegunungan Andes
In the Forest One Thing Can Look Like Another (2023): Yang Tampak dan yang Tak Tampak
Tags: Angry Young ManBollywoodfilm IndiaJawanShah Rukh KhanUlas Film
Previous Post

Hari Pertama Mahima March March March 2024: Catatan dari Dapur

Next Post

Pj Bupati Buleleng Inginkan Pameran dan Lomba Bonsai Jadi Agenda Rutin Tahunan

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Pj Bupati Buleleng Inginkan Pameran dan Lomba Bonsai Jadi Agenda Rutin Tahunan

Pj Bupati Buleleng Inginkan Pameran dan Lomba Bonsai Jadi Agenda Rutin Tahunan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co