25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Teriakan Pengarak Ogoh-Ogoh: Ekspresi Budaya atau Histeria?

Angga WijayabyAngga Wijaya
March 12, 2024
inEsai
Teriakan Pengarak Ogoh-Ogoh: Ekspresi Budaya atau Histeria?

Ogoh-ogoh Pemuda Cipakan | Foto: Komang Sujana

DI Bali, saat Pangrupukan, sehari menjelang Nyepi—ketika sandyakala, peralihan siang menuju malam, orang Bali melaksanakan prosesi mabuu-buu; menyalakan api dari daun kelapa kering yang diikat menjadi satu, membunyikan kentongan lalu mengelilingi pekarangan rumah bersama semua anggota keluarga—mengusir roh-roh jahat dan energi negatif di rumah, bersama doa dan harapan akan kedamaian hati, kebahagiaan, dan kesejahteraan keluarga serta dunia secara keseluruhan. Doa-doa yang tidak egois dan tidak bersifat individualistis.

Setelah itu, warga berbondong-bondong menyaksikan ogoh-ogoh, simbol Bhuta Kala, diarak keliling desa. Jalanan ramai; kini tak hanya orang Bali yang menonton, melainkan juga warga perantau yang tinggal di Bali.

Ogoh-ogoh punya kesan tersendiri bagi mereka, terutama bagi anak-anak dan remaja. Orang dewasa dan tua dengan antusias mengantar anak dan cucu mereka menyaksikan ogoh-ogoh. Berfoto, mengambil video—sebagai bentuk apresiasi terhadap keunikan dan kekayaan budaya di Bali.

Sejarah Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogoh, patung raksasa yang menyeramkan dengan berbagai bentuk dan warna, merupakan elemen ikonik dalam perayaan Hari Raya Nyepi di Bali. Di balik kemeriahan pawai ogoh-ogoh, terdapat sejarah panjang dan makna simbolis yang tertanam dalam budaya Hindu Bali.

Sejarah ogoh-ogoh tidak dapat dipisahkan dari ritual Nyepi yang bertujuan untuk memaknai keheningan dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian, empat pantangan yang tak boleh dilanggar; tidak menyalakan api/lampu, tidak bekerja, tidak melakukan kesenangan, dan tidak keluar rumah selama Nyepi berlangsung.

Kata “ogoh-ogoh” berasal dari bahasa Bali “ogah-ogah”, yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan. Awal mula ogoh-ogoh dapat ditelusuri kembali ke tradisi leluhur Bali yang membuat boneka jerami untuk menakut-nakuti hama di sawah. Seiring waktu, tradisi ini berkembang menjadi “onggokan” atau tumpukan jerami yang dibakar pada malam sebelum Nyepi.

Dilansir dari laman desasangeh.badungkab.go.id, ada beberapa pandangan mengenai sejarah ogoh-ogoh. Setidaknya ada tiga versi terkait sejarah ogoh-ogoh di Bali.

Pertama, versi yang menyebutkan bahwa ogoh-ogoh telah dimulai dari zaman Dalem Balingkang. Saat itu, ogoh-ogoh digunakan dalam upacara pitra yadnya. Kedua, ada juga pandangan yang menyatakan bahwa ogoh-ogoh berawal dari tradisi Ngusaba Ngong-Nging di desa Selat, Karangasem.

Ketiga, ada pula pendapat bahwa ogoh-ogoh muncul dari adanya barong landung yang merupakan wujud dari Raja Jaya Pangus dan Putri Kang Cing Wei. Tradisi berupa pengarakan dua buah ogoh-ogoh yang berwujud laki-laki dan perempuan sebagai visualisasi barong landung diyakini merupakan cikal bakal lahirnya ogoh-ogoh dalam ritual Nyepi.

Terlepas dari itu, ogoh-ogoh baru meluas sebagai rangkaian Nyepi di Bali sejak tahun 1980-an. Sejak itu, masyarakat di beberapa tempat di Denpasar mulai membuat perwujudan onggokan yang disebut ogoh-ogoh. Budaya baru ini juga semakin meluas saat ogoh-ogoh diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali XII.

Makna Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogoh melambangkan personifikasi Bhuta Kala, kekuatan negatif yang melambangkan hawa nafsu dan sifat-sifat jahat dalam diri manusia. Bentuknya yang menyeramkan dimaksudkan untuk menakut-nakuti dan mengusir kekuatan negatif tersebut. Pawai ogoh-ogoh pada malam Pengrupukan, sehari sebelum Nyepi, merupakan simbolisasi pertarungan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat.

Diiringi dengan suara gamelan yang meriah, ogoh-ogoh diarak keliling desa untuk kemudian dibakar pada akhir pawai. Pembakaran ini melambangkan penyucian diri dari segala sifat negatif dan menyambut Tahun Baru Saka yang penuh harapan.

Meskipun tradisi ogoh-ogoh telah berkembang pesat dengan semakin kreatifnya bentuk dan desainnya, makna simbolisnya tetap relevan di zaman modern. Dalam dunia yang penuh dengan kompleksitas dan tantangan, ogoh-ogoh menjadi pengingat bagi manusia untuk selalu waspada terhadap hawa nafsu dan sifat-sifat jahat.

Pawai ogoh-ogoh juga menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengekspresikan kreativitas dan melestarikan budaya Bali. Tradisi ini mampu menyatukan masyarakat dan memperkuat rasa kebersamaan dalam menyambut Tahun Baru Saka Di era digital ini, ogoh-ogoh telah menjadi ikon budaya Bali yang mendunia. Kepopulerannya menarik perhatian wisatawan dan menjadi salah satu daya tarik utama pariwisata Bali.

Bahkan, di Kota Denpasar, pawai ogoh-ogoh berlangsung hingga lewat tengah malam dan memasuki dini hari. Di media sosial, dapat kita lihat dan tonton antusiasme warga menyambut gelaran budaya satu tahun sekali ini. Diiringi suara gamelan yang menggema, para pengarak ogoh-ogoh bergerak dengan penuh energi, tak jarang mengeluarkan teriakan dan seruan yang membahana.

Histeria(?)

Namun, di balik teriakan dan seruan tersebut, muncul pertanyaan: Apakah perilaku ini merupakan ekspresi budaya yang semata-mata, ataukah dapat dikategorikan sebagai histeria dalam kajian psikologi?

Histeria adalah sebuah gangguan mental yang ditandai dengan luapan emosi yang intens dan tidak terkendali, often accompanied by physical symptoms like seizures, fainting, or paralysis.

Menilai teriakan pengarak ogoh-ogoh sebagai histeria memerlukan analisis mendalam, mempertimbangkan beberapa faktor:, antara lain: 1) Konteks budaya: pawai ogoh-ogoh merupakan ritual simbolis dalam budaya Bali. Teriakan dan seruan mungkin menjadi bagian dari ekspresi budaya dan tradisi, bukan semata-mata luapan emosi yang tidak terkendali.

2) Tingkat intensitas dan kontrol: jika teriakan dan seruan disertai dengan perilaku tak terkendali seperti kejang, pingsan, atau agresivitas, kemungkinan histeria lebih tinggi.; 3) Motivasi dan tujuan: apakah teriakan dan seruan merupakan luapan emosi spontan, atau bagian dari ritual dan pertunjukan yang terencana; 4) Kondisi psikologis pengarak: riwayat trauma atau gangguan mental pada pengarak dapat meningkatkan kemungkinan histeria.

Teriakan dan seruan pengarak ogoh-ogoh tidak selalu dapat dikategorikan sebagai histeria. Perlu dikaji konteks budaya, intensitas dan kontrol, motivasi dan tujuan, serta kondisi psikologis pengarak untuk menentukan apakah perilaku tersebut tergolong histeria.

Terlepas dari kategorisasi histeria, teriakan dan seruan pengarak ogoh-ogoh dapat dilihat sebagai ekspresi katarsis, yakni pelepasan emosi dan energi yang terpendam, sebagai bagian dari ritual penyucian diri dan menyambut Tahun Baru Saka.

Juga, sebagai simbolisasi kekuatan; teriakan dan seruan melambangkan perlawanan terhadap kekuatan negatif yang diwakili oleh ogoh-ogoh. Selain itu, penyatuan komunitas; pawai ogoh-ogoh menjadi momen kebersamaan dan rasa persatuan dalam menyambut Tahun Baru Saka.

Diperlukan penelitian dan kajian lebih lanjut untuk memahami secara mendalam makna dan dampak teriakan dan seruan pengarak ogoh-ogoh. Kajian interdisipliner yang melibatkan psikologi, antropologi, dan budaya dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang fenomena ini.[T]

Referensi:

  1. “Ogoh-ogoh di Bali: Sejarah, Makna, dan Kaitannya dengan Hari Raya Nyepi”: https://www.detik.com/bali/budaya/d-6609031/ogoh-ogoh-di-bali-sejarah-makna-dan-kaitannya-dengan-hari-raya-nyepi
  2. Histeria: https://en.wikipedia.org/wiki/Histeria
  3. Gangguan Konversi: https://id.scribd.com/doc/308053876/Gangguan-konversi
  4. Histeria: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan:https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/219872
Wajah Nyepi, Relasi Agama dan Budaya untuk Harmoni
Di Nusa Penida, Nyepi Tanpa Bantal Bleleng seperti Nggak Nyepi
Gempita Fragmen Tari Bawi Srenggi Dadia Pudeh, Begini Awal Mula Ogoh-Ogoh di Tajun
Yowana Desa Adat Padangtegal Gagas Pawai Ogoh-Ogoh dengan Tema “Bhuta Rupa”
Tags: Hari Raya NyepiNyepi 2024ogoh-ogoh
Previous Post

Writing Academic Essay

Next Post

Ogoh-Ogoh, Arena Kreativitas Kolektif Anak Muda Bali : Inovasi dari Tahun ke Tahun

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
Ogoh-Ogoh, Arena Kreativitas Kolektif Anak Muda Bali : Inovasi dari Tahun ke Tahun

Ogoh-Ogoh, Arena Kreativitas Kolektif Anak Muda Bali : Inovasi dari Tahun ke Tahun

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co