Kasanga Festival
DENPASAR saat sore menjelang malam Lapangan Puputan ramai dipenuhi pengunjung. Suara syurak siu riuh membahana ke sana kemari. Aroma sedap kuliner kriak-kriuk terdengar dalam goyangan lidah para pembeli.
Ternyata Kasanga Festival yang ke-2 berlangsung semarak dan riang gembira. Kesanga Festival berlangsung tanggal 1-3 Maret 2024.
Matahari mulai terbenam anggun kemerahan, sekelompok anak muda bergerombol memperbincangkan calon juara Bleganjur Ngarap. Mereka sedang mengamati, menganalisa dan berkomentar dengan cara membandingkan penampilan peserta lomba.
ST Widya Bhakti Pegok, sang juara lomba bleganjur ngarap di Kesanga Festival 2024 | Foto: Ist
Dalam perbincangan itu terdengar dengan lantang. “Peh, ne be ye. Jeg juang be piala (Nah, ini dia! Ambil saja pialanya),” ujar salah satu dari mereka setelah menyaksikan penampilan ST Widya Bhakti Banjar Pegok Sesetan.
Sementara itu di sebelah kanan panggung pertunjukan, sekumpulan bapak-bapak dengan usia di atas umur lima puluhan sedang mengomentari kehebatan bleganjur terkini yang sangat kompleks dan sulit dinikmati.
“Jeg jani pesu api, mekudus, misi mekecos, zigzag, kayang, gerak malpal, mekipekan, nyeledet hingga tekhnik cengceng ngumbang ngisep yang mengagetkan, byang, seperti Lomba Bleganjur PKB (Pesta Kesenian Bali) misalnya saat ini sangat rumit, cepat, penuh sensasi dan akrobatik,” ujar salah satu dari mereka.
Komentar para penggemar bleganjur itu merupakan fakta antusiasme masyarakat segala umur sebagai pecinta berat bleganjur. Dapat dikatakan bahwa bleganjur adalah kesenian paling favorit, bergengsi dan prestisius yang memiliki penggemar atau follower terbanyak saat ini.
Perkembangan Bleganjur
Ada yang menulis balaganjur, ada blaganjur, ada yang menulis bleganjur, ada baleganjur. Tapi intinya, apa pun tulisannya, orang di Bali, apalagi anak-anak muda pasti tahu gamelan atau musik apa yang dimaksud.
ST Widya Bhakti Pegok in action | Foto: Ist
Perkembangan seni bleganjur tidak diragukan lagi. Berkembang sangat pesat dalam inovasi, berani melakukan transformasi nada, instruments, tekhnik pukul (gegedig) yang briliant.
Dalam pengamatan saya, ada 4 jenis bleganjur yang berkembang yaitu Bleganjur Bebarongan, Bleganjur Melasti, Bleganjur PKB (Pesta Kesenian Bali) dan Bleganjur Ngarap.
Bleganjur bebarongan menggunakan komposisi gending bebarongan dengan instrumentasi klenang klentong.
Bleganjur melasti menggunakan pencon 7 nada terkadang penambahan suling yang memaniskan suasana.
Bleganjur PKB merupakan bleganjur bergengsi yang dilombakan dalam Pesta Kesenian Bali dengan gerak tari akrobatik dan nyentrik.
Terakhir adalah bleganjur ngarap, sebuah iringan gamelan bleganjur yang biasanya digunakan dalam upacara palebon atau ngaben.
Lomba Bleganjur Ngarap Antar Banjar
Bleganjur ngarap yang dilombakan dalam Kasanga Festival di Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung ini adalah bleganjur seni sebunan (penabuh satu banjar) yang diikuti sekaa truna banjar yang ada di Denpasar.
Bleganjur Ngarap sangat mengasyikkan. Asyik karena sangat baik meng-entertain publik. Mengadopsi humoristik, mengajak bersorak- sorai dengan komposisi gending easy listening (enak dinikmati).
Secara tekhnik para peserta bleganjur ngarap ini sangat mengagumkan dengan polaritme yang terkadang ekstrim dalam perubahan tempo dan dinamika, dan tetap menghasilkan karya seni yang diterima di masyarakat tanpa egoistik karya.
ST Widya Bhakti Pegok in action | Foto: Ist
Denpasar pantas disebut sebagai Kota Bleganjur. Kota ini memberi ruang dan waktu kepada generasi mudanya, mengayuh energi untuk membangkitkan kesadaran berkesenian dalam aliran tradisi hindu Bali yang harus tetap dilestarikan. Lapangan Puputan Badung (sekarang Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung) adalah saksi bisu perhelatan akbar Lomba Bleganjur tahun 90 an yang sangat dinanti penonton tahun tersebut.
Jangan pernah lupa bahwa Bleganjur Kuno, Kini dan Nanti adalah hasil cipta karya hebat seniman muda Bali. Kuno; yang tetap beraroma tradisi dan asasi. Kini; bersinergi dalam nada-nada terbarukan, berbeda dari biasanya, dan Nanti; tetap mengutamakan jajar pageh (uger uger) kawitan, pengawak, pengisep dan pengecet.
Kalau boleh saya kritisi, tetaplah rendah hati, jauhkan diri dari egoisme karya yang sering merasa super hebat dan mengagungkan “baratisme” (western). [T]
BACA artikel lain dari [penulis AGUS WARDANA