DI LAPANGAN panahan di Pidada, nyaris setiap hari terlihat tak pernah sepi. Di sana, orang tua, dewasa, sampai anak-anak, berseliweran dengan busur di tangan masing-masing. Tentu saja juga ada anak panah, pelindung jari (thum ring), pelindung lengan (arm guarde), alat peredam getaran, teropong, kantong panah (quiver), sampai target bidikan. Di antara semua orang dan alat-alat panahan itu, ada seorang anak yang ikut serta.
Namanya Barraq Lanang Budiman, atlet panahan yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama di SMPN I Singaraja. Ia mulai latihan memanah sejak masih belum cakap menyeberang jalan. “Kelas dua menjelang naik kelas tiga SD,” katanya singkat saat diwawancarai di rumahnya di Kelurahan Kampung Kajanan—salah satu wilayah di Kabupaten Buleleng yang memiliki banyak penduduk beragama Islam.
Malam itu, bocah itu duduk di kursi putar di ruang tamu. Sebagaimana seorang bocah, ia duduk tak jenak, berputar-putar sambil sesekali meremas jari-jari sendiri. Ia tampak malu-malu saat bercerita tentang perjalanannya menjadi atlet panahan. Kadang ia tertawa, dan tak jarang melihat langit-langit rumahnya—barangkali ia lebih mudah menemukan jawaban dengan bertingkah seperti itu.
Barraq saat memanah | Foto: Dok. Shinta
Barraq berkisah, selain memanah, pada saat masih menjadi siswa di MI Terpadu Mardhatilah, Barraq juga tercatat sebagai perenang yang beberapa kali pernah mewakili sekolahnya dalam berbagai ajang perlombaan. Berenang adalah salah satu hobinya.
Namun, daripada renang, sepertinya memanah adalah jiwanya yang sesungguhnya. Meskipun, katanya, ia sering lupa teknik yang diajarkan pelatihnya. Tapi dasar bakat, meski sering lupa, dalam ajang perlombaan, Barraq termasuk pemanah pilih tanding di usia angkatannya. Bidikannya nyaris tak pernah meleset.
“Dulu sempat ikut latihan renang. Tapi nggak tahu kenapa, setelah ditawarin papa untuk ikut latihan memanah, aku mau—karena di sana juga ada temen. Daripada di rumah aja,” ujar Barraq dengan polos dan lugu.
Sekadar informasi, di Indonesia organisasi panahan resmi terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas prakarsa Sri Paku Alam VIII dengan nama Perpani (Persatuan Panahan Indonesia). Pada tahun 1959, untuk pertama kalinya, Perpani mengadakan kejuaraan nasional sebagai perlombaan yang terorganisir.
Medali dan penghargaan Barraq sebagai atlet panahan buleleng terbaik putra | Foto: Dok. Shinta
Setelah Perpani terbentuk, pada tahun 1959 Indonesia diterima sebagai anggota FITA (Federation International de Tir A L’arc) dalam konggres di Oslo, Norwegia. Dengan diterimanya Perpani menjadi anggota FITA, maka terbukalah kesempatan untuk mengambil bagian dalam kejuaraan-kejuaraan panahan di kancah internasional.
Di Buleleng sendiri, terlepas sering meraih kejuaraan atau tidak, olahraga panahan cukup diminati. Di Sekolah-sekolah, dari SD sampai SMA, di kampus, cabang ini selalu ada. Banyak atlet yang sudah profesional dan wara-wiri di kejuaraan nasional. Seperti enam tahun yang lalu, misalnya, Buleleng berhasil meraih tiga medali emas di kejuaraan panahan Grand Indonesia Open Archery Championship (GIOAC) 2018.
***
Bagi pemanah pemula, pertama-tama harus mengetahui cara memasang tali yang baik dan benar pada busur. Hal ini bertujuan supaya busur tidak patah dan nocking point berada pada posisi yang benar.
Secara umum, ada dua metode memasang tali pada busur, yaitu dorong tarik (push pull) dan tindak langkah (step-through). Tapi Barraq sudah melewati fase ini. Ia belajar memasang tali sejak kelas dua sekolah dasar.
Meski usianya masih tigabelas tahun, tapi penguasaan teknik-teknik memanah seperti cara berdiri, memasang ekor panah, set up, menarik tali, penjangkaran, holding, membidik, sampai melesatkan anak panah, tak bisa diragukan. Remaja kelahiran Singaraja, 11 Desember 2010, itu melesatkan anak panah sama baiknya dengan memainkan game online di gawainya.
Barraq bersama pelatihnya, Kadek Arry Anderzen | Foto: Dok. Shinta
Selain teknik memanah yang tepat dan benar, peran pelatih juga sangat menunjang pencapaian prestasi seorang atlet memanah. Dengan dikuasainya teknik memanah dan pelatih yang tepat, akan memungkinkan keajegan (consistency) gerakan memanah si atlet, baik dalam latihan maupun kompetisi. Dan itu dibuktikan sendiri oleh Barraq.
Barraq pernah dilatih oleh Kadek Arry Anderzen—atlet panahan yang pernah mewakili Bali di PON XIX 2016 di Jawa Barat. Bersama Arry, Barraq merasa tepat mendapat pelatih. Mereka berdua seperti memiliki chemistry. Banyak prestasi yang ia peroleh.
Tapi Arry tentu bukan satu-satunya pelatih. Setelah Arry dilantik menjadi Ketua Umum Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Buleleng, Barraq berlatih memanah dengan Komang Jenika Puspayoni—peraih medali emas individual divisi FITA Compound Umum Putri IPB Archery Open Online 2021.
Selama debutnya menjadi atlet panahan, Barraq Lanang Budiman sudah banyak menorehkan prestasi. Belum setahun berlatih, ia sudah meraih Juara II pada kejuaraan panahan Buleleng Archery Cup III 2018 se-Kabupaten Buleleng. Setahun kemudian, nama Barraq tercatat sebagai peraih Juara I Divisi Nasional SD-A Putra pada seleksi olahraga pelajar cabang olahraga panahan tingkat Buleleng.
Barraq bersama pelatihnya, Komang Jenika Puspayoni | Foto: Dok. Shinta
Selain itu, di tahun yang sama, bocah yang kini duduk di bangku kelas VII SMPN I Singaraja itu mendapat Juara 2 beregu SD-A putra di Denpasar dalam kejuaraan panahan terbuka HUT ke-62 Kodam IX/Udayana.
Pada 2020, ia merain Juara I Divisi Standard Bow Tingkat SD-B Putra Total Scorw pada Kejuaraan Panahan Siraja (Singa Ambara Raja Archery) Virtual Cup 2020. Tahun 2021, Barraq menempati peringkat 16 besar Kualifikasi Nasional U-12 Putra pada Sirkuit Nasional; dan Juara I Kualifikasi Divisi Standard Bow SD-B Putra Pada Kejuaraan Panahan Buleleng Arvhery Cup V di tahun yang sama.
“Karena sering ikut kejuaraan dan juga sering menang, aku bisa masuk ke SMPN I Singaraja,” ujarnya malu-malu. Katanya, ini adalah momen yang tidak akan pernah ia lupakan. Bahkan ia tidak menyangka, kalau panahan dapat membawa namanya sampai sejauh ini.
Atlet cilik yang berada di Divisi Standard Bow dan Divisi BareBow SMP Putra itu, mengaku akan terus melanjutkan kariernya di dunia panahan. Sepertinya itu bukan sebuah angan-angan seorang bocah tiga belas tahun, itu harapan dan cita-cita yang sangat mungkin terwujud. Pasalnya, selain berbakat, keluarganya juga ringan tangan mendukungnya.
Kedua orang tuanya tak pernah menyesal anaknya menjadi seorang atlet panahan. Begitu juga dengan kakaknya, Lovely Shira Aurelia, yang juga seorang atlet menembak Arm Women Youth—salah satu atlet menembak berbakat yang dimiliki Buleleng saat ini.
Dalam waktu dekat ini, kata Barraq, bersama teman-teman dan pelatihnya, ia sedang mempersiapkan untuk kejuaraan panahan di Pekan Olahraga dan Seni Pelajar (Porsenijar) Provinsi Bali 2024. Ia mulai giat berlatih. Mengasah teknik, menjaga fisik, dan memupuk mental. Barraq, pemanah cilik dengan segudang prestasi itu, siap membawa nama Buleleng ke kancah nasional—bahkan internasional.[T]
Baca juga artikel terkait TOKOH atau tulisan menarik lainnya JASWANTO
Reporter: Jaswanto
Penulis: Jaswanto
Editor: Made Adnyana