ZAMAN sekarang banyak masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari menggunakan dua bahasa atau lebih yang biasa disebut dengan mutilingual.
Apalagi stigma masyarakat sekarang anak-anak mereka harus bisa menguasai bahasa asing, contohnya bahasa Inggris agar mudah mendapatkan pekerjaaan nantinya. Berbeda dengan zaman dahulu untuk menyekolahkan anak-anaknya sangatlah sulit. Sehingga penguasaan bahasa yang begitu banyak tidaklah menjadi penting.
Perkembangan zaman dan perkembangan teknologi yang semakin pesat mengubah pola pikir masyarakat untuk berpacu dalam pendidikan khususnya penguasaan bahasa Asing. Tak disadari penggunaan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia semakin terancam. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa tidak terlalu penting menjaga kemurnian bahasa yang sesuai norma-norma bahasa tersebut.
Dalam artikel ini, saya ingin menyampaikan banyak sekali terjadi interferensi berbahasa Indonesia. Masyarakat sebagai penutur baik dari kalangan dewasa maupun anak-anak tidak dapat menghindari interferensi dalam berbahasa. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan bahasanya sendiri. Baik bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Bali (bahasa daerah), bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa asing (bahasa Inggris), dan lain sebagainya.
Perlu kita ketahui apa itu interferensi? Interferensi merupakan kekeliruan atau penyimpangan dalam berbahasa yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Jadi, kita bisa simpulkan bahwa interferensi dapat menghilangkan kemurnian suatu bahasa atau juga dapat mengubah bahasa menjadi lebih bervariasi. Apakah interferensi bahasa itu berbahaya dalam penggunaan bahasa?.
Ada dampak positif dan dampak negatif dari interferensi bahasa itu sendiri. Dampak positifnya adalah kita memiliki wawasan bahasa yang luas sehingga mempermudah kita mendapat relasi dengan orang lain, sedangkan dampak negatifnya adalah dapat menghilangkan dan mengacaukan kemurnian bahasa, menimbulkan bentuk-bentuk baru, dan menjadi saingan terhadap bentuk yang sudah lama dan mapan dalam bahasa Indonesia.
Kehilangan kemurnian bahasa tersebut bisa dilihat dari sudut pandang para sastrawan yang menjunjung tinggi kemurnian dalam berbahasa.
Saya akan memberikan contoh interferensi bahasa Bali dan bahasa Asing (bahasa Inngris) terhadap bahasa Indonesia yang saya amati saat proses pembelajaran P5 di SMP N 4 Sukawati saat 15 menit sebelum berakhirnya jam ke-7 akan ada kegiatan bersih-bersih kelas, ada salah satu siswa berkata, “Boleh nyapu sekarang, Buk?”.
Kata “nyapu” dalam kalimat tersebut merupakan kata dalam padanan bahasa Bali yaitu berasal dari kata dasar “sapu” mendapatkan awalan N- jika dalam padanan Bahasa Indonesia kata dasar “sapu” mendapatkan awalan meN- menjadi “menyapu” sehingga kalimat yang benar adalah “Boleh menyapu sekarang, Buk?”.
Saya contohkan interferensi bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia yang juga tidak sengaja diucapkan oleh guru saat pembelajaran P5, seperti “Anak-anak bisa langsung searching di google ya!”. Kata “searching” dalam bahasa Inggris lebih sering digunakan dibandingkan dengan kata “mencari”.
Dari apa yang dibahas di atas, menurut saya interferensi berbahasa tidaklah berbahaya yang dalam artian mengancam dan memiliki sisi negatif yang dapat merusak suatu bahasa. Walau semakin pesatnya peradaban interferensi akan selalu ada.
Kita juga dapat melihat pada zaman dahulu banyak bahasa Asing baik bahasa Inggris atau juga bahasa Belanda yang dulu kita anggap sebagai tindakan interferensi bahasa namun sekarang terintegrasi menjadi bahasa serapan dan menjadi bagian dari KBBI. Maka kita ambil saja dampak positif dari interferensi yaitu menambah wawasan kita dan memperkaya kosa kata kita dalam berbahasa Indonesia. [T]
Catatan: Tulisan ini merupakan pemenuhan tugas mata kuliah Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta mata kuliah Sosiolinguistik, mahasiswa semester V (lima), Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia.