30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Megawati, Bandara Internasional, dan Begitu Mudahnya Petani Bali Kehilangan Tanah

I Made SarjanabyI Made Sarjana
January 5, 2024
inEsai
Megawati, Bandara Internasional, dan Begitu Mudahnya Petani Bali Kehilangan Tanah

Foto ilustrasi: Maya Kurnia

KALA Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri menyatakan pihaknya menyetop ide pembangunan Bandara Internasional di Bali Utara, dalam hati kecil saya berguman, “Pas!”

Dan telintas di pikiran saya, “Oh masih ada tokoh nasional yang peduli terhadap masa depan Bali.”

Persetujuan saya ini bukan berarti saya anti pembangunan dan senang kawasan Bali Utara pariwisatanya tidak berkembang. Selaku peneliti di bidang pertanian dan pariwisata, belum lama ini saya sempat menjelajah potensi pariwisata di Bali Utara.

Temuan lapangan saya, sejak beberapa tahun ini, wisatawan yang datang ke Bali mengaku lebih senang menikmati aktivitas pariwisata di Bali Utara karena bebas macet, maka dengan begitu, pusat-pusat pertumbuhan pariwisata pun berkembang seperti di Desa Sudaji, Munduk, atau Lovina.

Batalnya pembangunan bandara dapat mengerem petani menjual tanahnya atau setidaknya tanah yang sudah berpindah tangan, tidak cepat-cepat dibangun fasilitas pariwisata. Lingkungan tetap asri, dan pemanasan global dapat ditunda. Pernyataan itu pun dapat dimaknai sebagai gong yang ditabuh membangkitkan semangat nindihin Bali.

Sejujurnya, sikap Megawati itu mengobati kerinduan saya terhadap figur atau sosok yang menjaga kepentingan masyarakat Bali terutama mereka yang hidup jauh dari ingar bingar pariwisata.  

Sikap membela kepentingan Bali sempat mengemuka di pertengahan tahun 1990, belakangan ini tertutup kabut. Banyak figur punya power atau relasi, hanya manut saja apa kata keluaran investasi dalam mengelola negeri. Terkadang rakyat kecil terpinggirkan, tidak banyak yang menyadari. Jamaknya pembangunan infrastruktur diikuti mudahnya petani kehilangan tanah, sehingga kehidupan petani pun tersandra. Mau terjun ke bisnis pariwisata tidak punya kapasitas, mau meneruskan hidup di sektor primer pasti keteteran karena tanah sudah dilepas.

Kepemilikan tanah pertanian di Bali menjadi fokus tulisan ini, karena aktivitas pertanian menjadi penyangga peradaban masyarakat Bali. Saya pribadi punya cerita bagaimana pahit getirnya petani memperjuangkan haknya selaku pemilik atas tanah di pulau surga ini.

Saya yang lahir dari keluarga petani mengikuti dan bahkan melakoni bagaimana kaum marhaen berjuang mendapatkan hak atas tanah sehingga memiliki sumber daya yang memadai untuk hidup jadi petani layak. Kendati lahir di Bali, saya kebetulah tidak hidup dari warisan nenek moyang secara turun temurun.

Orang tua saya tercatat sebagai “transmigran lokal” dari sekitar Kota Bangli yang terkena dampak kelaparan pasca Gunung Agung meletus tahun 1963, dan saya lahir di perbatasan Kabupaten Bangli dan Kabupaten Badung. Sebuah prestasi besar dari seorang pengelana biasa, berjuang merambah hutan belantara, hingga mendapatkan hak atas tanah untuk dikelola sebagai usaha tani. 

Perjuangan mendapatkan hak atas tanah garapan dilakoni ayah saya sekitar tahun 1980-1990, ayah saya mewakili sekitar 40 kepala keluarga petani, mengajukan surat permohonan ke berbagai lembaga baik kantor pertanahan, pemerintahan kabupaten atau provinsi serta kalangan legislatif dimintai bantuan agar turun kebijakan petani berhak menggarap tanah yang dibukanya dari hutan belantara itu.

Hingga tahun 2001, saat ayah saya berpulang harapan itu tidak terkabul. Setelah tahun 2005 kebijakan pemerintah mengijinkan petani yang membuka lahan mensertifikatkan tanahnya.

Tentu petani di wilayah Bali lainnya punya cerita yang berbeda namun tetap berdarah-darah untuk mendapatkan hak atas tanahnya. Cerita saya tulis untuk menunjukkan bahwa hidup seorang petani sangat butuh dengan tanah agar bisa menjalankan bisnis di bidang pertanian. Mereka harus mengeluarkan modal baik berupa uang, tenaga atau yang lainnya untuk memperoleh hak atas tanah.

Hanya saja, seiring dengan berkembangnya pariwisata yang sangat pesat di Bali, ada anomali yang muncul yakni petani begitu mudah “kehilangan” tanah. Sebagian petani, terpaksa melepas tanahnya karena tekanan dari investor, atau terkena jalur pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan, perkantoran, pelabuhan, atau yang lainnya.

Sebagian ada yang sukarela dengan mudah melepas/menjual tanahnya karena alasan ekonomi atau family. Alasan ekonomi, petani jual tanah untuk bayar hutang atau mengumpulkan modal untuk berusaha di bidang lain. Kalau alasan family, ada kalanya petani yang hanya memiliki anak perempuan menjual tanahnya untuk biaya pendidikan putri-putri sampai perguruan tinggi. Alasannya, jika tanahnya dibiarkan tidak dicairkan untuk biaya sekolah, nanti dinikmati keluarga inti lain yang tidak iklas putrinya mencari sentana dan menguasai tanah yang akan diwariskan itu.

Sekilas alasan-alasan itu logis dan dapat dipahami, jika masyarakat Bali ingin mempertahankan keberlajutan pembangunan dan peradabannya, tentu harus berpikir ulang sejuta kali untuk melepas tanah pertanian.

Banyak penelitian dan pendapat ahli menunjukkan bahwa aktivitas bertani menjadi penyangga dan pelestari budaya Bali. Jika petani begitu mudah melepas tanahnya tentu lambat laun masyarakat Bali akan “tercerabut” akar budayanya.

Alasan lain, petani harus mempertahankan tanah sekuat tenaga terkait dengan implementasi pembangunan berkelanjutan. Selain menjaga lahan pertaniannya tidak beralihfungsi, petani juga harus memastikan bahwa sumber daya yang dimiliki sekarang titipan dari generasi pendahulunya kepada generasi penerusnya.

Dalam pengertian pembangunan berkelanjutan ditegaskan bahwa generasi saat ini memiliki kesempatan yang sama dengan anak cucunya memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Sederhananya, jika sast ini petani memanfaatkan hasil pertanian untuk menopang hidupnya dari tanah yang dikuasai, anak cucunya harus juga punya kesempatan menikmati hasil tanahnya.

Dalam konteks kekinian, dimana sebagian besar dari masyarakat yang “silau” dari gemerlap pariwisata, fenomena petani dengan mudah melepas tanahnya semakin menjadi-jadi. Entah itu menjual, atau mengontrakkan. Jika tanah yang dikontrakkan tetap difungsikan sebagai lahan pertanian, tentu dapat dimaklumi karena generasi berikutnya tetap punya peluang menikmati hasilnya.

Hal itulah yang menjadi inti kekhawatiran Ibu Megawati Soekarnoputri jika mega proyek Bandara Internsional di Bali Utara dilaksanakan. Petani-petani di perdesaan Bali banyak kehilangan tanah sebagai dampak ikutan pembangunan bandara tersebut.

Sejatinya, kekhawatiran akan “tergerusnya” tanah Bali untuk difungsikan bukan hal baru. Saya selaku pegiat pers mahasiswa tahun 1990-an punya pengalaman nyata bagaimana mendengarkan keluhan masyarakat yang dipaksa melepaskan tanahnya untuk pembangunan fasiltas pariwisata di Bali Selatan. 

Hasil observasi lapangan saya di beberapa sudut Bali yang menjadi destinasi wisata yang hype, banyak petani yang menawarkan tanahnya agar dibeli investor baik warga setempat maupun orang luar terutama bule. Karena mereka tidak memiliki pengetahuan berinvestasi dan mengelola bisnis pariwisata, tanahnya dilepas agar kecipratan manisnya kue pariwisata.

Selain itu, alih fungsi lahan pertanian yang masif telah mengubah wajah sudut wilayah Bali. Kawasan yang dulu dengan daya tarik kaldera berupa danau dan gunung yang indah, kini sudah sulit dikenali. Ada sensasi Italia, Amerika, Spanyol atau yang lainnya. Apa ini yang dimaksud destinasi wisata kelas dunia. Entahlah! [T]

Aktivis, Petani, dan Pencarian Jati Diri Orang Bali
Melihat Nasib Petani di Bali dalam Gemerlap Pembangunan
Berdamai Dengan Perubahan di Bali (dan dari Bali)
Tags: balibandara bali utaraMegawati Soekarno Putripertanian
Previous Post

Membaca Masa Depan Koster

Next Post

Menggapai Kedamaian dan Kebahagiaan di Tahun 2024

I Made Sarjana

I Made Sarjana

Dr. I Made Sarjana, SP., M.Sc., lahir di Desa Mengani, Bangli. Ketua Lab. Subak dan Agrowisata, Prodi Agribisnis FP Unud

Next Post
Puasa, Kebutuhan dan Hari Kelahiran

Menggapai Kedamaian dan Kebahagiaan di Tahun 2024

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co