9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Megawati, Bandara Internasional, dan Begitu Mudahnya Petani Bali Kehilangan Tanah

I Made SarjanabyI Made Sarjana
January 5, 2024
inEsai
Megawati, Bandara Internasional, dan Begitu Mudahnya Petani Bali Kehilangan Tanah

Foto ilustrasi: Maya Kurnia

KALA Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri menyatakan pihaknya menyetop ide pembangunan Bandara Internasional di Bali Utara, dalam hati kecil saya berguman, “Pas!”

Dan telintas di pikiran saya, “Oh masih ada tokoh nasional yang peduli terhadap masa depan Bali.”

Persetujuan saya ini bukan berarti saya anti pembangunan dan senang kawasan Bali Utara pariwisatanya tidak berkembang. Selaku peneliti di bidang pertanian dan pariwisata, belum lama ini saya sempat menjelajah potensi pariwisata di Bali Utara.

Temuan lapangan saya, sejak beberapa tahun ini, wisatawan yang datang ke Bali mengaku lebih senang menikmati aktivitas pariwisata di Bali Utara karena bebas macet, maka dengan begitu, pusat-pusat pertumbuhan pariwisata pun berkembang seperti di Desa Sudaji, Munduk, atau Lovina.

Batalnya pembangunan bandara dapat mengerem petani menjual tanahnya atau setidaknya tanah yang sudah berpindah tangan, tidak cepat-cepat dibangun fasilitas pariwisata. Lingkungan tetap asri, dan pemanasan global dapat ditunda. Pernyataan itu pun dapat dimaknai sebagai gong yang ditabuh membangkitkan semangat nindihin Bali.

Sejujurnya, sikap Megawati itu mengobati kerinduan saya terhadap figur atau sosok yang menjaga kepentingan masyarakat Bali terutama mereka yang hidup jauh dari ingar bingar pariwisata.  

Sikap membela kepentingan Bali sempat mengemuka di pertengahan tahun 1990, belakangan ini tertutup kabut. Banyak figur punya power atau relasi, hanya manut saja apa kata keluaran investasi dalam mengelola negeri. Terkadang rakyat kecil terpinggirkan, tidak banyak yang menyadari. Jamaknya pembangunan infrastruktur diikuti mudahnya petani kehilangan tanah, sehingga kehidupan petani pun tersandra. Mau terjun ke bisnis pariwisata tidak punya kapasitas, mau meneruskan hidup di sektor primer pasti keteteran karena tanah sudah dilepas.

Kepemilikan tanah pertanian di Bali menjadi fokus tulisan ini, karena aktivitas pertanian menjadi penyangga peradaban masyarakat Bali. Saya pribadi punya cerita bagaimana pahit getirnya petani memperjuangkan haknya selaku pemilik atas tanah di pulau surga ini.

Saya yang lahir dari keluarga petani mengikuti dan bahkan melakoni bagaimana kaum marhaen berjuang mendapatkan hak atas tanah sehingga memiliki sumber daya yang memadai untuk hidup jadi petani layak. Kendati lahir di Bali, saya kebetulah tidak hidup dari warisan nenek moyang secara turun temurun.

Orang tua saya tercatat sebagai “transmigran lokal” dari sekitar Kota Bangli yang terkena dampak kelaparan pasca Gunung Agung meletus tahun 1963, dan saya lahir di perbatasan Kabupaten Bangli dan Kabupaten Badung. Sebuah prestasi besar dari seorang pengelana biasa, berjuang merambah hutan belantara, hingga mendapatkan hak atas tanah untuk dikelola sebagai usaha tani. 

Perjuangan mendapatkan hak atas tanah garapan dilakoni ayah saya sekitar tahun 1980-1990, ayah saya mewakili sekitar 40 kepala keluarga petani, mengajukan surat permohonan ke berbagai lembaga baik kantor pertanahan, pemerintahan kabupaten atau provinsi serta kalangan legislatif dimintai bantuan agar turun kebijakan petani berhak menggarap tanah yang dibukanya dari hutan belantara itu.

Hingga tahun 2001, saat ayah saya berpulang harapan itu tidak terkabul. Setelah tahun 2005 kebijakan pemerintah mengijinkan petani yang membuka lahan mensertifikatkan tanahnya.

Tentu petani di wilayah Bali lainnya punya cerita yang berbeda namun tetap berdarah-darah untuk mendapatkan hak atas tanahnya. Cerita saya tulis untuk menunjukkan bahwa hidup seorang petani sangat butuh dengan tanah agar bisa menjalankan bisnis di bidang pertanian. Mereka harus mengeluarkan modal baik berupa uang, tenaga atau yang lainnya untuk memperoleh hak atas tanah.

Hanya saja, seiring dengan berkembangnya pariwisata yang sangat pesat di Bali, ada anomali yang muncul yakni petani begitu mudah “kehilangan” tanah. Sebagian petani, terpaksa melepas tanahnya karena tekanan dari investor, atau terkena jalur pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan, perkantoran, pelabuhan, atau yang lainnya.

Sebagian ada yang sukarela dengan mudah melepas/menjual tanahnya karena alasan ekonomi atau family. Alasan ekonomi, petani jual tanah untuk bayar hutang atau mengumpulkan modal untuk berusaha di bidang lain. Kalau alasan family, ada kalanya petani yang hanya memiliki anak perempuan menjual tanahnya untuk biaya pendidikan putri-putri sampai perguruan tinggi. Alasannya, jika tanahnya dibiarkan tidak dicairkan untuk biaya sekolah, nanti dinikmati keluarga inti lain yang tidak iklas putrinya mencari sentana dan menguasai tanah yang akan diwariskan itu.

Sekilas alasan-alasan itu logis dan dapat dipahami, jika masyarakat Bali ingin mempertahankan keberlajutan pembangunan dan peradabannya, tentu harus berpikir ulang sejuta kali untuk melepas tanah pertanian.

Banyak penelitian dan pendapat ahli menunjukkan bahwa aktivitas bertani menjadi penyangga dan pelestari budaya Bali. Jika petani begitu mudah melepas tanahnya tentu lambat laun masyarakat Bali akan “tercerabut” akar budayanya.

Alasan lain, petani harus mempertahankan tanah sekuat tenaga terkait dengan implementasi pembangunan berkelanjutan. Selain menjaga lahan pertaniannya tidak beralihfungsi, petani juga harus memastikan bahwa sumber daya yang dimiliki sekarang titipan dari generasi pendahulunya kepada generasi penerusnya.

Dalam pengertian pembangunan berkelanjutan ditegaskan bahwa generasi saat ini memiliki kesempatan yang sama dengan anak cucunya memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Sederhananya, jika sast ini petani memanfaatkan hasil pertanian untuk menopang hidupnya dari tanah yang dikuasai, anak cucunya harus juga punya kesempatan menikmati hasil tanahnya.

Dalam konteks kekinian, dimana sebagian besar dari masyarakat yang “silau” dari gemerlap pariwisata, fenomena petani dengan mudah melepas tanahnya semakin menjadi-jadi. Entah itu menjual, atau mengontrakkan. Jika tanah yang dikontrakkan tetap difungsikan sebagai lahan pertanian, tentu dapat dimaklumi karena generasi berikutnya tetap punya peluang menikmati hasilnya.

Hal itulah yang menjadi inti kekhawatiran Ibu Megawati Soekarnoputri jika mega proyek Bandara Internsional di Bali Utara dilaksanakan. Petani-petani di perdesaan Bali banyak kehilangan tanah sebagai dampak ikutan pembangunan bandara tersebut.

Sejatinya, kekhawatiran akan “tergerusnya” tanah Bali untuk difungsikan bukan hal baru. Saya selaku pegiat pers mahasiswa tahun 1990-an punya pengalaman nyata bagaimana mendengarkan keluhan masyarakat yang dipaksa melepaskan tanahnya untuk pembangunan fasiltas pariwisata di Bali Selatan. 

Hasil observasi lapangan saya di beberapa sudut Bali yang menjadi destinasi wisata yang hype, banyak petani yang menawarkan tanahnya agar dibeli investor baik warga setempat maupun orang luar terutama bule. Karena mereka tidak memiliki pengetahuan berinvestasi dan mengelola bisnis pariwisata, tanahnya dilepas agar kecipratan manisnya kue pariwisata.

Selain itu, alih fungsi lahan pertanian yang masif telah mengubah wajah sudut wilayah Bali. Kawasan yang dulu dengan daya tarik kaldera berupa danau dan gunung yang indah, kini sudah sulit dikenali. Ada sensasi Italia, Amerika, Spanyol atau yang lainnya. Apa ini yang dimaksud destinasi wisata kelas dunia. Entahlah! [T]

Aktivis, Petani, dan Pencarian Jati Diri Orang Bali
Melihat Nasib Petani di Bali dalam Gemerlap Pembangunan
Berdamai Dengan Perubahan di Bali (dan dari Bali)
Tags: balibandara bali utaraMegawati Soekarno Putripertanian
Previous Post

Membaca Masa Depan Koster

Next Post

Menggapai Kedamaian dan Kebahagiaan di Tahun 2024

I Made Sarjana

I Made Sarjana

Dr. I Made Sarjana, SP., M.Sc., lahir di Desa Mengani, Bangli. Ketua Lab. Subak dan Agrowisata, Prodi Agribisnis FP Unud

Next Post
Puasa, Kebutuhan dan Hari Kelahiran

Menggapai Kedamaian dan Kebahagiaan di Tahun 2024

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co