Penulis: Gede Gina Adnyana
SETIAP enam bulan sekali, sesuai perhitungan kalender Bali, Desa Adat Penarukan di Kecamatan Buleleng, Bali, melaksanakan tradisi yang diwarisi dan dilaksanakan hingga kini. Yaitu tradisi mabuu-buu.
Tradisi yang telah diwariskan turun-temurun ini diperingati dengan serangkaian upacara piodalan di Pura Dalem Purwa yang menggugah semangat masyarakat untuk turut serta.
Tradisi mabuu-buu, yang memiliki sejarah panjang dalam kehidupan masyarakat Penarukan. Tardisi ini sebagai upaya mempertahankan kearifan lokal dengan banyak nilai penting terkandung di dalamnya.
Seperti pelaksanaan mebuu-buu yang diadakan pada hari Selasa, 22 Agustus 2023. Warga adat dari berbagai usia berkumpul di jaba sisi Pura Dalem Purwa untuk memulai rangkaian tradisi ini.
Pelaksanaan tradisi ini dimulai dengan ritual khusus yang melibatkan Krama Tri Datu di desa Adat Penarukan serta Jro Mangku yang memuput upacara piodalan. Kemudian, dilanjutkan dengan pelaksanaan tradisi mabuu-buu atau saling lempar api oleh masyarakat yang terlibat dalam tradisi ini.
Sisa sabut kelapa saat pelaksanaan tradisi yang nantinya diambil oleh para petani setempat | Foto: Ist
Kelian Pura Dalem Purwa Kelurahan Penarukan Dewa Made Adnyana dalam wawancara 30 November 2023 menekankan pentingnya melestarikan tradisi lokal ini.
“Tradisi Mabuu-buu adalah bagian penting dari identitas kami. Kami berusaha untuk menjaga warisan ini agar tetap hidup serta dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Efek daripada tradisi ini juga sangat kami percayai, oleh sebab itu mabuu-buu saat piodalan ini bukan hanya sekedar tradisi biasa, melainkan tradisi sacral,” katanya.
Sekilas jika diamati melalui penglihatan saja, tradisi ini mungkin dinilai hanya sebagai upaya pelestarian kearifan lokal saja. Namun ternyata terdapat kisah yang menarik di balik pelaksanaan tradisi ini.
Lebih lanjut Kelian Desa Adat Penarukan I Ketut Suberata menyampaikan bahwa tradisi mabuu-buu ini berkaitan dengan hama penyakit di sawah para petani. Sehingga abu sisa pelaksanaan tradisi nantinya diambil oleh beberapa petani untuk ditaruh di pengalapan sawah mereka.
Tradisi mabuu-buu menggunakan sarana sabut kelapa dengan pelaksanaan saling lempar api dari kedua sisi. Tradisi ini menarik perhatian wisatawan lokal yang ingin menikmati keunikan budaya daerah ini.
Keunikan inilah yang menjadi daya tarik mengenai tradisi mabuu-buu. Momen yang dipenuhi kegembiraan dan kebanggaan akan identitas budaya lokal, tradisi mabuu-buu di Penarukan menjadi momentum yang tak terlupakan, mengikat masyarakat dalam cinta dan kepedulian akan warisan budaya mereka.
Jika anda ingin menyaksikan tradisi ini, anda bisa datang ke Kelurahan Penarukan saat piodalan di Pura Dalem Purwa yaitu tepat pada Anggara Kasih wuku Medangsia. [T][***]
Catatan:
- Gede Gina Adnyana, mahasiswa STAHN Mpu Kuturan Singaraja
- Artikel ini adalah bagian dari tugas kuliah mahasiswa Prodi Komunikasi Hindu, STAHN Mpu Kuturan Singaraja