BANYAK desa di Bali memiliki tokoh silat yang sungguh disegani. Mereka bukan hanya mengajarkan bagaimana berkelahi secara sportif, melainkan juga mengajarkan laku hidup saling menghargai, baik kepada kawan maupun kepada lawan.
Di Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Buleleng hiduplah tokoh silat depok yang kedigjayaannya sebagai tokoh silat dikenang hingga kini. Ia adalah Gede Regeg, laki-laki kelahiran 1961.
Sejak tahun 1977 ia sudah belajar silat depok dan hingga kini dikenal sebagai orang yang setia melestarikan silat depok di Padangbulia dan sekitarnya.
Silat yang Berkembang di Bali
Silat adalah seni bela diri yang sudah ada sejak zaman dulu di Indonesia, juga di Bali.
Di Bali ada sekitar sepuluh aliran pencak silat, yakni Kertha Wisesa, Bhakti Negara, Perisai Diri, Gobleg, Sitembak, Mepantigan, Abusuja, Putra jenggala, Panca Bela, dan Dewa Kunta. Semua itu memiliki ciri khas dan kelebihan maupun kelemahan masing-masing.
Bahkan beberapa dari perguruan pencak silat itu masih sangat aktif sampai sekarang, bahkan masing memiliki ranting-ranting perguruan yang tersebar di Bali, seperti perguruan pencak silat Bhakti Negara, Perisai Diri, Sitembak dan juga Mempantigan.
Gede Regeg mempergakan jurus silat depok | Foto: Dedy
Di Bali juga terdapat sebuah aliran silat kuno yang kini sudah semakin dilupakan oleh generasi muda, padahal aliran silat ini sangat keren dan juga menakjubkan karena gerakangerakannya yang sangat efektif dalam melumpuhkan lawan dalam hitungan detik.
Teknik silat ini adalah merangsek musuh dengan berbagai pukulan dan tendangan yang tujuannya mematahkan tulang lawan, melumpuhkan otot, menyerang kepala dan mata, juga organ vital dari lawan, sehingga lawan bisa tumbang dalam hitungan detik.
Yang menarik, sepertinya tidak ada gerakan menghindar secara sia-sia dalam aliran ini. Artinya, jika berkelit, pesilat tak hanya berkelit menghindari serangan lawan tanpa disertai gerakan sambil menyerang lawan. Dalam silat ini, menghindar pun kita harus juga sambil menyerang.
Nama aliran silat ini adalah silat depok, silat jarak dekat yang tujuannya melumpuhkan lawan secara cepat.
Silat depok adalah jenis silat yang paling efektif untuk pertahanan diri dalam pertarungan jarak dekat. Ini bukan jenis seni bela yang aman dan indah untuk dikompetisikan, karena silat depok memang berbeda dengan jenis silat-silat lainnya.
Tokoh Silat Depok
Gede Regeg, tokoh silat depok dari Desa Padang Bulia ini sudah belajar silat depok sejak tahun 1977, juga belajar jenis silat lainnya.
Untuk silat depok, ia belajar dari beberapa guru, seperti Kaki Nedeng dari Desa Padangbulia. Kaki Nedeng sendiri adalah tamatan dari guru silat yang bernama Ida Tegteg yang berasal dari Desa Banjar.
Gede Regeg mempergakan jurus silat depok | Foto: Dedy
Setelah tamat belajar kepada Kaki Nedeng, Regeg melanjutkan belajar silat aliran Perisai Diri (PD) kepada Pak Manaf di daerah Kampung Kajanan Singaraja. Setelah tamat di sana, ia kembali lagi memperdalam ilmunya tentang silat depok, lalu ia berguru kepada dua orang guru sekaligus yang berada di Desa Pedawa, yaitu kepada Bapa Panti dan Bapa Samah.
Bapa Samah dan Bapa Panti adalah murid dari tokoh silat depok yang sangat terkenal yang berasal dari Desa Pengulon yang bernama Wak Jimin. Dan, Wak Jimin juga merupakan guru dari Ida Tegteg.
Gede Regeg belajar ke Pedawa bersama dua temanya, yaitu Gede Mara dan Ketut Yasa sampai tamat. Terakhir Regeg juga belajar dari Gusti Aji Tut De yang berasal dari Desa Padangbulia. Dari Gusti Aji ini Regeg belajar silat aliran sitembak.
Apa itu Silat Depok?
Gede Regeg menuturkan silat depok secara keseluruhan memiliki 36 jurus dan juga igel-igelan (gerakan tari). Igel-igelan adalah kombinasi dari beberapa jurus dan juga beberapa jurus yang khusus menggunakan senjata seperti pisau dan tongkat. Untuk di Padangbulia sendiri silat depok yang diajarkan oleh Kaki Nedeng adalah silat depok yang bisa di katakan silat depok khas Padangbulia. Silat depok khas Padangbulia adalah silat depok yang sudah dikombanisakan dengan beberapa silat-silat dari aliran lain, sehingga gerakan menjadi lebih sulit, beragam, dan memiliki ketahanan yang memang sangat sulit ditembus
Gede Regeg mempergakan jurus silat depok | Foto: Dedy
Apa yang menyebabkan Gede Regeg tertarik untuk lebih mendalami silat depok ketimbang silat-silat lainnya?
Menurut Gede Regeg, silat depok memiliki kelebihan pada kuda-kudanya yang tekek dan berat di muka. Maksudnya, gerakannya agak condong ke depan ketika memasang kuda-kuda. Dengan gerakan itu, hampir tidak mudah untuk ditumbangkan dengan sapuan kaki, sebab sebagian besar tenaga kita bertumpu maksimal pada kekuatan kaki.
“Gerakannya juga fleksibel dan sangat cocok untuk pertarungan jarak dekat,” kata Gede Regeg.
Ia tidak begitu rinci menjelaskan tetang masing-masing jurus dari 36 jurus silat depok itu. Ia hanya menjelaskan sebagiannya saja, sebab kalau itu semua dijelaskan secara teori maupun praktek, bisa menghabiskan waktu semalaman.
Gede Regeg mengatakan, nanti siapapun yang ingin belajar silat depok ia akan dengan senang hati untuk mewariskan semua pengetahuanya tentang silat depok yang sudah ia kuasai.
“Langkah awal belajar silat depok adalah belajar tentang refleksivitas, sebab kita ditekankan untuk selalu menguasai kesadaran diri yang terus menerus atas kemungkinan adanya gerakan mendadak dari luar diri kita, agar dapat meminimalkan segala sesuatu yang bisa mengancam keselamatan kita,” kata Gede Regeg.
Regeg juga menjelaskan bagaimana proses kelulusan ketika ia sudah selesai belajar silat depok oleh gurunya di Desa Pedawa. Prosesnya itu sangat sacral, sebab menggunakan banten pejatian, juga jaje kukus, dan juga ayam yang dicincang seperti sayap, kaki dan juga kepala ayam.
Ia kemudian diminta oleh sang guru untuk membuka jurus. Sambil membuka jurus, ia diminta meraih salah satu prasarana banten, dan prasarana apa pun yang bisa diambil, itulah yang harus dimakan.
Saat itu, Gede Regeg secara tak sadar mengambil sayap ayam yang itu dimaknai oleh gurunya, kelak Gede Regeg akan lebih reflek menggunakan tangan, baik itu memukul, melipat, maupun menebas.
Setelah itu Gede Regeg diminta untuk membasuh tanganya mengunakan wewangian. Maknanya agar nanti dengan kemampuan silatnya ia selalu dapat berbuat baik dan selalu mengharumkan nama silat depok.
Dan menariknya lagi, setiap akan belajar atau membuka jurus, sebelumnya para murid diminta agar selalu menyebutkan nama Wak Jimin sebagai guru besarnya silat depok agar selalu diberi anugerah dan cepat bisa menangkap pelajaran yang diberikan
Gede Regeg bercerita tentang serunya belajar silat hingga ia menjadi seorang yang punya nama di dunia persilatan pada masa itu, sekitar tahun 90-an. Ia sangat sering didatangi ke rumahnya bahkan didatangi ke kebunnya oleh orang-orang dari luar desa yang mendengar namanya hanya sekedar untuk bisa ngadungang atau bertanding duel persahabatan. Meski pertandingan persahabatan, bertandingnya tetap serius tanpa ada gerakan pukulan ataupun tenaga yang ditahan-tahan. Artinya proses duelnya itu serius sampai kadang berdarah-darah atau bahkan sampai keseleo dan cedera ringan.
Mereka yang datang bukan hanya dari kalangan pesilat depok, tapi juga dari mereka mereka yang belajar dari perguruan lain tujuanya agar bisa menjajal kemampuan silat depok, juga sebagai ajang untuk pembuktian aliran silat apa yang paling bagus atau dari perguruan mana silatnya paling bagus.
Gede Regeg mempergakan jurus silat depok | Foto: Dedy
Begitulah cerita singkat tentang silat depok yang saat ini sudah sangat jarang terdengar dan juga jarang orang yang mempelajarinya, bahkan cenderung dihilangkan dan diganti dengan seni bela diri dari negara lain.
Itu mungkin sangat wajar, sebab seni bela diri yang dari luar negeri itu adalah bela diri yang bisa dikompetisikan dalam kejuaraan-kejuaraan bergengsi, dengan gerakan gerakan ataupun peragaan jurus yang indah dilihat. Tentu itu sangat berbeda dengan silat depok, yakni seni bela diri yang tanpa diindah-indahkan. Ia murni sebagai gerakan yang tujuannya melumpuhkan lawan bukan sekedar untuk keren-kerenan gerak.
Barangkali kalau silat depok dipaksakan agar bisa diikutkan dalam ajang kompetisi sudah sangat pasti itu akan membunuh silat depok itu sendiri, sebab sebagian besar gerakannya pasti akan dihilangkan, karena tentu tujuannya untuk keselamatan petarung lain.
Gede Regeg berharap agar silat depok ini tidak hilang ditelan jaman, digempur dari berbagai arah oleh seni-seni bela diri dari luar. Untuk itu, siapapun yang membaca tulisan ini, yang berkenan ingin mempelajari silat depok atau ingin tahu lebih dalam tentang silat depok, datang saja langsung ke rumah Gede Regeg di Desa Padangbulia. Gede Regeg sangat siap untuk mengajarkan silat depok kepada siapapun yang tertarik. [T]
Reporter: Gede Dedy Arya Sandy
Penulis: Gede Dedy Arya Sandy
Editor: Made Adnyana