SESEORANG DALAM PUISI
Seseorang dalam puisi
Adalah tualang sunyi
Telah dilupakannya bahasa lampu kota
Telah ditinggalkannya irama dansa pesta
Ia terjemahkan waktu stasiun kereta
Jeda pendek antara fana dan baka
Sumenep, 2022
INCUNABULA WAKTU
Kita tatap teka-teki waktu di ranting matahari, tak jenuh menitikkan tempias penuh kerisauan, mengalirkan karang rancam hingga tersesak di alif lam mim doamu. Adakah kita temukan waktu menelanjangkan rahasia di tubuhnya? Seperti keengganan matahari tuk terbit dari barat, kita tafsir awan di urat mata waktu, tiada kepastian. Masa depan selalu merangkak di lorong gelap untuk menghindari kita.
Di belakang kita bayangan lalu senantiasa menggapai-gapai hendak menenggelamkan kita dalam sesal. Seperti katamu, “perihal lampau selalu mengandung sesal di rahimnya, dan dia akan menggapai kita, biar kita jadi inang tempat sesal itu menikam kita dengan detik jam yang meruncing.” Tapi tetap kugapai juga bayangan lalu, biar ia jadi kitabku untuk belajar dari reruntuhan cahaya.
Baiknya kita belajar dari incunabula waktu, buku sejarah tanpa aksara dari sejak Adam hingga kita. Lalu ceritakanlah padaku akhir dari kebajikan dan kelaliman. Bisakah kau temukan jurang di sana?
Sumenep, 2019
MALAM PERTAMA
Malam merah marjan
Rembulan rebah di ranjang
Bunga mawar yang ditaburkan
Jadi pecut
Ledakkan chrysanthemum di perut
Lalu sebuah nyanyian
Merobek suara jangkrik
Di luar jendela
Dan jam dimatikan
Untuk mengabadikan
Kupu-kupu yang bakal beterbangan
Sumenep, 2023
PERPISAHAN PERTAMA
;Habibie Ainun
ketika almanak mengetok palu perpisahan
belum ada kerlip bayang wanita
di poster sepanjang jalan kota
yang berdetak di hembus nafasmu
ke Eropa, dadamu gaung mesin
dipacu gairah dalam diri
berusaha mengkhatamkan
jarak antara harap yang panjang
dengan hakikat setajam pedang
dan semuanya belum bermula
belum ada kerlip bayangnya
belum ada burung memberikan tanda
musim semi di pelupuk mata
dan membangun sarang di jiwa
Sumenep, 2022
EPISODE TERAS RUMAH BESARI
;Habibie Ainun
di teras rumah, musim semi tiba
sebagai bunga-bunga kama
semerbak seantero jiwa
tulang rusuk yang sekian lama
tercuri dari dada
membangun angan purwa
dan pada mata Ainun
apa yang hilang itu lirih berbisik
“aku tahun yang hilang
dari tubuhmu
aku doa yang terselip
dalam sujudmu”
segala impresi penantian
malam kedinginan
doa bimbang
tanda tanya kokoh menjulang
rihlah dari akar kepalamu
membawa seluruh gundah
lalu angin pegunungan
melarung ragu yang tersisa
ke luas segara
di teras rumah, itu pertemuan
barangkali sudah direncanakan
oleh kitab dalam tubuhmu dan Ainun
membiarkan tangan Tuhan bekerja setelahnya
menyimpul bahasa dalam tubuh kalian
dengan lawai dari zigot angka-angka
yang mengintip di sela rimbun rambut kepala
Sumenep, 2022