TIDAK ADA satupun manusia yang lahir memiliki keinginan atau cita-cita menjadi orang tidak baik, tapi kadang tanpa kita sadari lingkunganlah yang membuat kita berubah. Kesibukan kita, misalnya, membuat kita menjadi orang yang kurang peka, karena terlalu sibuk dan banyak tugas yang menumpuk maka akan membuat kita jadi tidak sabaran, mudah marah dan emosian—karena ambisi kadang membuat kita menjadi individu yang egois, mau menang sendiri dan kurang bisa berempati.
Padahal, sebagai manusia, harusnya kita tidak boleh hanya mengisi ego kita dengan pencapaian dan kesuksesan, tapi harusnya juga mengisi hati kita dengan kebaikan. Dan untuk menjadi baik, tidak perlu sesuatu hal yang besar, tapi dari hal yang sederhana saja sudah bisa. Misalnya memberikan senyuman diwajah orang lain itu juga sudah baik.
Jadi orang baik dengan tidak nyinyir dan tidak menghujat. Jadi orang baik dengan lebih sabar, lebih peka dan lebih peduli. Jadi orang baik dengan bersikap ramah, memberikan perhatian, menjadi pendengar yang baik bagi sahabat yang sedang kesulitan. Mendahulukan seseorang yang sedang mengantre di belakangmu, memberi jalan pada kendaraan yang mungkin sedang terburu-buru, dan begitu banyak contoh sederhana lainnya.
Sangat banyak yang bisa kita rasakan ketika kita berbuat baik kepada siapa saja, seperti misalnya akan memperkuat hubungan sosial di antara manusia—bahkan dikatakan, dengan berbuat baik akan berpengaruh positif terhadap kesehatan diri kita. Ada keyakinan di mana kebaikan yang kita lakukan akan kembali ke kita, walaupun melalui cara dan bentuk yang beda.
Dalam ilmu pengetahuan, perbuatan baik tersebut dinamakan sebagai perilaku altruistik. Studi menunjukan, perilaku altruistik berkorelasi dengan risiko kematian dini yang lebih rendah (24%), lebih jarang mengalami gula darah tinggi, serta peradangan yang berkaitan dengan penyakit jantung yang lebih rendah, juga lebih jarang dirawat di rumah sakit.
Dari salah satu penelitian hasil laboratorium didapatkan, kadar kolesterolnya lebih rendah, penanda inflamasi seperti interleukin 6 yang lebih rendah—kadar penanda inflamasi menjadi prediktor kuat untuk kesehatan kardiovaskular, serta berperan penting pada infeksi virus.
Juga tampak gen leukosit yang lebih rendah, ini dikaitkan dengan peradangan kronis, yang berhubungan dengan kondisi seperti rheumatoid arthritis, kanker, penyakit jantung,dan diabetes.
Dan ketika dilakukan pemeriksaan otak dengan alat fungcional magnetic resonance imaging (f MRI), sambil meminta orang itu melakukan perbuatan altruistik, didapat perubahan dalam cara otak bereaksi terhadap rasa sakit.
***
Setiap hari adalah kesempatan kita menjadi berkat bagi orang lain. Coba diingat kembali, di dalam hidup kita pasti pernah mendapatkan kebaikan, baik itu dari orang yang dikenal maupun orang yang tidak dikenal. Baik itu bantuan yang diminta, maupun yang datang tidak terduga. Lalu apa yang sudah kita lakukan dengan kebaikan itu?
Kebaikan itu bukan untuk dibalas, tapi untuk diteruskan kepada orang berikutnya—diteruskan ke siapa saja. Memang semua itu bukan sesuatu yang harus kita lakukan, karena itu bukan kewajiban tapi itu adalah kesempatan untuk kita melakukan kebaikan.
Ada cerita dialog antara orang dengan Tuhannya (Brahman). Orang itu bertanya: “Ya Tuhan, apa yang membuat Tuhan senang dari apa yang saya lakukan? Tiap hari saya sudah berdoa, sembahyang, meditasi, berjapa, puasa… apakah itu sudah cukup membuat Tuhan senang?”
Tuhan menjawab: “Apa yang kamu lakukan semua itu sudah baik, tapi baik hanya untuk diri kamu sendiri. Dan yang membuat Aku senang ketika kamu peduli, mau memberi, dan membantu sesamamu ketika sesamamu membutuhkan. Perbuatan itulah yang membuat Aku senang.”
Dalam cerita Mahabarata, dikisahkan saat Kresna melepaskan Cakra Sudarsana untuk menghentikan si Supala—karena sudah kelewatan menghina, membuli, memfitnah Kresna. Dan setelah melepaskan Cakra tersebut, terlihat telunjuk Kresna luka.
Saat itulah Drupadi langsung merobek selendangnya untuk menutupi luka telunjuk Kresna, dan Kresna berkata, “Wahai Drupadi, kamu sudah membantu saat Aku membutuhkannya, dan nanti sudah pasti saat engkau membutuhkan, disitulah Tuhan akan membantumu juga.”
Dan benar, saat Drupadi ingin dipermalukan atau ditelanjangi Kurawa dengan menarik pakaian sarinya—dan saat itu tidak ada satupun yang bisa membantu—bersamaan dengan itu Tuhan menunjukkan keajaibannya. Kain sari itu tidak habis-habis ketika ditarik, hingga Kurawa kelelahan dan Drupadi terselamatkan.
Tuhan memberikan kita hidup bukan karena kita membutuhkannya, tapi karena ada orang-orang lain yang membutuhkan kita. Satu hal sederhana yang kita lakukan, bisa berarti segalanya bagi dia yang membutuhkan.
Sebuah uluran tangan bisa menjadi penyambung kehidupan. Selain itu, kita juga tidak perlu bilang bahwa kita orang baik, karena dari sikapmu saja sudah menunjukkan siapa dirimu. Tindakan itu akan melebihi kata-kata.
Ada pepatah yang mengatakan: “Jika kamu ingin bahagia satu jam, maka tidurlah. Jika ingin bahagia sehari, maka pergilah memancing. Jika ingin bahagia sebulan, maka menikahlah. Jika ingin bahagia setahun, maka warisilah harta. Dan jika ingin bahagia seumur hidup, maka berbuat baiklah.”
Pepatah itu ada benarnya. Ketika kita berbuat baik ke orang lain, sebenarnya kebaikan itu pada akhirnya untuk kita juga. Dan saya sangat percaya, meskipun setiap kebaikan yang kita lakukan tidak mengharapkan balasan, tapi Tuhan akan membalasnya.
The more you bless others, the more god will bless you. Ketika kita berbuat baik kepada orang yang membutuhkan, maka Tuhan akan mengirim orang baik kepada kita ketika kita membutuhkan.
Jadi, harus selalu diingat, hari ini, tahun ini, selain menjadi orang hebat yang kita cita-citakan, jang lupa untuk tetap jadi orang baik dengan selalu berbuat baik—karena sejatinya kebaikan kita akan selalu kembali ke kita, itu masalah waktu.. maka tetaplah berbuat baik.
Tidaklah berlebihan kalau saya katakan bahwa berbuat baik itu adalah kebutuhan kita. Dan jadikanlah lingkungan kita, orang-orang yang ada di sekitar kita sebagai ladang untuk berbuat baik.[T]
- BACA artikel lain dari penulisDOKTER CAPUTatauDR. DR. KETUT PUTRA SEDANA, SP.OG