10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Jalan Terjal Menuju Gelar Sarjana dan Aturan Baru Syarat Kelulusan Mahasiswa Akhir di Perguruan Tinggi

JaswantobyJaswanto
September 6, 2023
inLiputan Khusus
Jalan Terjal Menuju Gelar Sarjana dan Aturan Baru Syarat Kelulusan Mahasiswa Akhir di Perguruan Tinggi

Prosesi wisuda Undiksha | Foto: Dok. Jaswanto

DI KAMAR kontrakannya yang sepi dan pengap, Awan—tentu bukan nama asli—tertunduk lesu setelah mengetahui proposal skripsinya ditolak oleh dosen pembimbing dan pengujinya saat ujian proposal, Jumat (31/3/2023) yang lalu. Ia tak menyangka, penelitian yang susah payah dikerjakannya selama berminggu-minggu itu ternyata dinilai tak layak untuk dilanjutkan.

Pada saat itu ia hanya bisa pasrah. Mahasiswa angkatan 2019 itu tak bisa berkata apa-apa. Tenggorokannya tercekat, semacam ada benda yang menyumbatnya sehingga membuat dadanya terasa sesak. Pelupuk matanya tiba-tiba terasa panas.

“Katanya variabelnya bermasalah. Jenis penelitiannya juga disuruh ganti, dari kuantitatif ke kualitatif,” ujarnya, kepada tatkala.co, Senin (4/9/2023) sore.

Padahal, ia melanjutkan, pada awalnya pembimbing akademik-nya (PA) sudah menerima (meng-acc) proposal penelitiannya tanpa mempersoalkan apapun. Tetapi, entah kenapa, pada saat ujian proposal, alih-alih membela dan menguatkan, PA-nya justru setuju dengan penguji yang menolak proposal penelitiannya.

“Kenapa nggak dari awal aja ditolak? Atau setidaknya sudah dikasih tahu sejak awal bahwa variabel penelitian saya bermasalah,” keluhnya.

Akibat dari penolakan tersebut, mahasiswa yang berasal dari Lombok Barat, NTB, itu terpaksa harus mengulangi membuat proposal penelitiannya dari awal. Padahal, seandainya proposal penelitiannya diterima sejak itu, ia yakin bisa sidang bulan Agustus. “Kalau saya sidang di bulan Agustus, saya nggak bayar UKT lagi sekarang,” sesalnya.

Hingga pada bulan Juli 2023, ia melakukan ujian proposal ulang. “Alhamdulillah, saat itu langsung diterima—walau dengan revisi,” ungkapnya.

Saat ini, Awan sudah menginjak semester 9. Dan saat ditanya apa kendala selama mengerjakan skripsi, ia mengatakan, “Rasa malas sama dosennya aja, si. Dari dosen, misalnya. Saya naruh revisian hari ini, dua minggu lagi baru bisa saya ambil. Dan itu sebenarnya sangat menghambat. Tapi saya mengerti, pekerjaan dosen sepertinya memang banyak.”

Meski begitu, mahasiswa Fakultas Ekonomi di salah satu perguruan tinggi negeri di Singaraja itu tak mau mempersoalkannya. Ia sadar betul, yang harus dilakukannya saat ini hanyalah menuruti apa yang disarankan dan dianjurkan dosen pembimbing dan pengujinya. Ia tidak mau menambah persoalan. Yang penting baginya saat ini adalah fokus menyelesaikan revisian dan menyelesaikan bab selanjutnya.

Tentu, ia bukan satu-satunya mahasiswa yang mengalami kondisi demikian. Meski berbeda persoalan, Agung Ardiansyah juga sempat nyaris mengalami depresi saat ia mengetahui kenyataan bahwa pihak universitas mengusulkannya untuk pindah kampus—karena ia sudah menginjak semester 14 dan belum menyelesaikan tugas akhir. “Seketika itu saya lemes,” katanya, kepada tatkala.co, Selasa (5/9/2023) sore.

Mahasiswa perantauan dari Kota Sampit, Kalimantan Tengah, itu mengaku memilih menghabiskan semesternya karena ia sibuk menutup biaya hidup selama di Singaraja. Agung memutuskan untuk bekerja dan menghidupi dirinya sendiri sejak orang tuanya tidak lagi “mampu” membiayainya. Maka sejak saat itulah, perlahan-lahan ia lupa dengan tugas akhirnya. Padahal, katanya, semua mata kuliahnnya sudah habis sejak semester tujuh.

“Dulu itu, kalau saya mau, semester delapan sebenarnya sudah bisa mengerjakan skripsi, tapi karena saya sibuk bekerja, jadinya sampai terbengkalai,” imbuhnya.

Meski demikian, Agung tidak menyalahkan siapa-siapa. Dengan sadar ia mengatakan bahwa itu murni kelalaiannya sendiri.

Selain karena masalah finansial—masalah sejuta umat mahasiswa di Indonesia—Agung memilih menunda kelulusannya juga karena sejak menginjak semester delapan ia merasa telah salah memilih jurusan.

“Nggak tahu, ya. Semakin ke sini saya merasa salah jurusan. Dilematisnya, mau pindah jurusan sudah semester tua—sudah telat,” ujarnya, sembari tertawa.

Tetapi, terlepas dari kesibukannya bekerja dan perasaan salah jurusan, sebenarnya Agung pernah mengajukan proposal penelitian kepada pembimbing akademik (PA) di prodinya. Namun, proposal itu ditolak dengan alasan data yang digunakan nanti sulit didapatkan.

Menjadi mahasiswa semester 14 membuat Agung merasa agak kesepian. Kawan-kawan seangkatannya makin lama makin sedikit di kampus. Bahkan, pertengahan 2022, salah seorang sahabat karibnya telah diwisuda. Sementara ia lebih memilih mendiamkan judul skripsinya.

Agung sudah menjalani kehidupan mahasiswa selama tujuh tahun. Beberapa anggota keluarga dan kenalannya memang minta dia cepat lulus, tapi ia merasa tak ada yang harus dikejar. Ia belum tahu akan ke mana setelah lulus. Lahir jadi anak bungsu, menurut Agung, jadi salah penyebab sifat procrastinator-nya terpelihara subur.

Ia jadi lebih sering sendiri di kos, jadi jarang ke kampus. Pergaulannya menyempit. Kampus jadi semakin sunyi karena hampir semua kawan seangkatannya sudah lulus. Ia malas bergaul dengan juniornya di kampus bila tidak terpaksa.

Pada masa itu, seolah semua masalah menimpanya. Di tengah pikirannya yang cemas, bingung, kalut, ia malah sempat-sempatnya kena tipu. Motor satu-satunya yang ia punya di Singaraja—yang selama ini telah menjadi bagian hidupnya—dijual tapi tak dibayar oleh si makelar. Kasus ini sempat ia persoalkan, tapi karena Agung mengenal baik keluarga pelaku, akhirnya ia mengikhlaskannya saja.

“Pengen menyerah si pada waktu itu. Tapi, berkat dukungan dari banyak teman, senior, akhirnya saya bangkit. Sebab, selama masih hidup, saya tidak akan menyerah. Sebelum sampai pada titik penghabisan, jangan sampai patah semangat!” serunya.

Meskipun jalur yang dilaluinya berliku—bahkan sempat mau di DO—pada akhirnya Agung berhasil menyelesaikan tugas akhir dengan sebaik-baiknya. Saat ini ia tinggal menunggu jadwal wisuda.

Aturan Baru

Skripsi merupakan syarat kelulusan mahasiswa di perguruan tinggi yang menjadi momok “menakutkan” bagi mereka yang sudah menginjak semester akhir. Tak jarang mahasiswa di DO, depresi, bahkan sampai bunuh diri karena skripsi.

Mengenai hal tersebut, pada 2019 Tirto pernah menerbitkan sebuah indepth berjudul Skripsi, Depresi, dan Bunuh Diri: “Everybody Hurts”. Artikel yang ditulis oleh Aulia Adam itu melaporkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa akhir yang mengalami depresi karena skripsinya tak kunjung selesai.

Tak hanya itu, Aulia juga menyampaikan beberapa penelitian terkait, seperti riset Benny Prawira Siauw, seorang ahli kajian bunuh diri (suicidolog) sekaligus kepala Koordinator Into the Light; dan riset Karl Peltzer, Supa Pengpid, dan Siyan Yi.

Dalam risetnya, dari 284 responden mahasiswa di Jakarta dengan rentang umur 18-24 tahun, Benny menemukan 34,5 persen mahasiswa mempunyai pikiran suicidal thought—perasaan, pikiran, dan keinginan untuk bunuh diri sebagai satu-satunya cara mengatasi masalah dalam hidup—dalam satu tahun terakhir. Angka itu melebihi persentase mahasiswa di Yogyakarta.

Sedangkan hasil riset Karl Peltzer, Supa Pengpid, dan Siyan Yi, mengungkapkan bahwa pemikiran suicidal kerap berkaitan dengan pengalaman pelecehan seksual saat masih kecil, gejala depresi, terlibat perkelahian fisik, masalah akademis, dan masalah sosial-lingkungan.

Masih dari sumber yang sama, menurut Benny, tren depresi di kalangan muda—rentang usia mahasiswa—sudah terbaca di banyak negara.

Kepala Koordinator Into the Light—komunitas pemerhati pencegahan bunuh diri yang terbentuk pada 2013—ini mencontohkan Inggris, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia sebagai negara dengan angka bunuh diri yang tinggi.

Setidaknya ada 95 mahasiswa di kampus Inggris yang memilih bunuh diri sepanjang 2016-2017. Di Jepang, ada 250 anak dan remaja yang tewas sepanjang rentang tahun yang sama.

Di Indonesia, sejak Mei 2016 sampai Desember 2018 saja, riset Tirto dari beragam pemberitaan online mencatat ada 20 kasus bunuh diri mahasiswa. Sebagian besar diduga karena tugas dan skripsi.

Penelitian yang sama pernah dikerjakan oleh Karl Peltzer, Supa Pengpid, dan Siyan Yi pada 2017 yang dirilis Journal of Psychiarty. Survei ini dilakukan pada 4.675 mahasiswa S1 dari Kamboja, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Indonesia, dengan rentang umur responden 18-23 tahun.

Sebanyak 231 respondennya adalah mahasiswa Yogyakarta. Hasilnya, 6,9 persen mahasiswa Yogyakarta punya pemikiran bunuh diri, salah satu terkecil di kawasan ASEAN.

Namun, aturan baru mengenai syarat kelulusan mahasiswa di perguruan tinggi resmi dicetuskan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim melalui kanal YouTube Kemendikbudristek, Selasa (29/8/2023).

Melalui unggahan tersebut, Nadiem menyampaikan bahwa persyaratan kelulusan mahasiswa di perguruan tinggi bagi jenjang S1 dan D4 kini tidak lagi diharuskan menyusun skripsi. Menurutnya, penyesuaian ini akan memudahkan perguruan tinggi menjadi lebih fleksibel dalam menyesuaikan pembelajaran secara relevan dengan dunia luar kampus.

Ketentuan mengenai syarat kelulusan tersebut tertuang dalam Permendikbudristek Nomor 53 tahun 2023 tentang penjaminan mutu pendidikan tinggi. Adanya perubahan syarat ini akan sangat membantu mahasiswa dan perguruan tinggi dalam merancang proses bentuk pembelajaran dan keilmuan yang sudah diampu selama di  perguruan tinggi menjadi tidak kaku.

Isu tentang skripsi atau tugas akhir perkuliahan telah menjadi bola panas di kalangan insan kampus dan masyarakat awam. Sebagian dosen dan mahasiswa di Indonesia setuju skripsi tidak lagi menjadi syarat wajib lulus.

Menurut I Putu Ardiyasa, S.Sn, M.Sn, Kaprodi Pendidikan Seni dan Budaya Keagamaan Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja, apa yang disampaikan oleh Mendikbudristek—tentang skripsi tidak lagi wajib sebagai syarat kelulusan mahasiswa akhir di perguruan tinggi—harus  dilihat dari dua sudut pandang atau dua sisi.

“Kalau kita pandang dari sisi efektivitas sebuah ilmu pengetahuan yang nantinya akan segera dimanfaatkan di masyarakat, saya sangat setuju skripsi tidak diwajibkan. Malah lebih bagus kalau ada mahasiswa yang bisa membuat produk atau riset pengembangan—Research & Development (R&D)—yang hasilnya nanti digunakan masyarakat. Itu malah lebih besar nilainya,” tegas akademisi sekaligus seniman dalang itu, kepada tatkala.co, Selasa (5/9/2023) sore.

Dosen muda lulusan ISI Yogyakarta itu menambahkan, hanya saja, di balik semua itu tentu ada harga yang harus dibayar. Pihak universitas harus benar-benar serius dalam mendukung dan memfasilitasi model penelitian pengembangan yang dilakukan mahasiswa dengan menyediakan laboratorium atau sebuah inkubator sekaligus SDM-nya. “Itu PR buat kampus,” ujarnya, tegas.

Sementara itu, imbuh Ardi, jika dilihat dari sudut pandang penguasaan metode penelitian atau masalah epistemologi, skripsi menjadi penting bagi mahasiswa. Sebab, melalui skripsi, mahasiswa dapat mengerti—dan paham—dan bisa melakukan proses penelitian dengan baik.

“Dalam artian, mahasiswa akan tahu aturan-aturan penelitian dan penulisan ilmiah. Ini penting bagi mahasiswa yang nantinya memiliki keinginan untuk menjadi seorang peneliti,” terangnya.

Tak hanya akan mengerti proses penelitian saja, menurut Ardi, skripsi juga dapat membuat mahasiswa mengerti hubungan antara teori-teori yang telah dipelajari di kelas dengan kehidupan sehari-hari. “Jadi, tinggal dari mana kita memandangnya. Toh, keputusan itu juga ada di tangan kampus,” pungkasnya.

Sedangkan, salah seorang akademisi Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, saat diminta untuk menanggapi hal yang sama, sampai artikel ini diterbitkan, belum juga ada jawaban.

Di pihak lain, saat dimintai pendapat mengenai skripsi tidak diwajibkan,  Agung Ardiansyah, mahasiswa Fakultas Ekonomi, Undiksha, menuturkan bahwa sebenarnya itu tidak masalah. Toh, masih banyak pilihan lain yang bisa dikerjakan mahasiswa.

“Sebetulnya tidak ada yang lebih susah atau lebih gampang. Jika itu semua digarap secara serius, konsisten, dan tidak melupakan tujuan awal kita kuliah, saya rasa itu tidak ada masalah,” terangnya.

Namun, Agung menambahkan, skripsi itu administrasinya terlalu ribet. “Tapi, biar bagaimanapun, menurut saya, administrasi itu hadir untuk melatih mahasiswa dalam menaati aturan,” jelasnya.[T]  

Baca juga artikel terkait LIPUTAN KHUSUS atau tulisan menarik lainnya JASWANTO

Reporter: Jaswanto
Penulis: Jaswanto
Editor: Made Adnyana

Tags: kampusmahasiswaSarjanauniversitas
Previous Post

Fungsi Komunikasi dalam Tradisi

Next Post

Mahasiswa Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan “Ngejot” Untuk Lansia di Desa Sekitar Kampus

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
Mahasiswa Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan “Ngejot” Untuk Lansia di Desa Sekitar Kampus

Mahasiswa Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan “Ngejot” Untuk Lansia di Desa Sekitar Kampus

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co