PROSES KREATIF seorang dalang di Bali merupakan suatu kegiata yang menarik, sangat khas dan mendalam. Dalang ialah seorang seniman yang memainkan peran penting dalam seni pewayangan dan memimpin serta bertanggung jawab atas segala aspek dari pertunjukan pewayangan tersebut.
Jika menelisik proses kreatif seorang dalang, khususnya di Bali, kita bagaikan memasuki hutan belantara nan indah.
Kreativitas seorang dalang muncul disebabkan oleh imajinasinya yang luar biasa—yang menjadi pemantik yang digunakan untuk melahirkan sebuah karya seni pewayangan.
Imajinasi adalah suatu daya, dan karenanya, imajinasi itu berkaitan langsung dengan manusia yang memiliki daya tersebut (Tedjoworo, 2001: 21).
Saya akan uraikan secara “mendasar” proses kreatif seorang dalang di Bali melalui pengalaman serta kebiasaan yang saya lakukan dan jalankan selama ini.
Pemilihan Cerita (Lakon)
Proses kreatif dalam pembuatan cerita ini merupakan perpaduan magis antara imajinasi, melihat perkembangan zaman untuk merefleksikan situasi, kondisi, dan jiwa zamannya. Biasanya dalam proses ini dimulai dengan ide-ide yang timbul dari pemikiran kreatif sang dalang.
Setelah itu, ide-ide ini mengalami inkubasi melalui improvisasi, dan eksperimen di mana konsep-konsep abstrak akan menjadi karakter, plot, dan dialog yang hidup sehingga formulasi tersebut akan membentuk sebuah narasi yang kuat. Istilah “inkubasi” saya ambil dari salah satu istilah dalam teori kreativitas Wallas yang juga sama dengan yang saya alami.
Selama proses ini, sang dalang menggali emosi, pengalaman, dan menggali isu situasi ditempat pertunjukan untuk menghasilkan sebuah sajian yang berkait dan terkait dengan masyarakat di tempat pentasnya wayang tersebut. Hal ini bertujuan untuk merangsang serta memprovokasi pemikiran penonton.
Saya rasa ini merupakan proses kreatif yang dinamis, penuh tantangan, dan penuh keajaiban untuk menciptakan karya seni wayang yang unik dan tak terlupakan bagi penikmatnya.
Menghadirkan Karakter Baru
Tidak sedikit dalang di Bali—dengan kreativitasnya—menghadirkan tokoh-tokoh atau figure baru selain tokoh utama dalam cerita pokok yang dibawakan. Tokoh pendukung ini biasanya sebagai masyarakat biasa atau dalam wayang Bali dikenal dengan istilah “bondres”—untuk mengadirkan lelucon (jokes) kekinian.
Selain bondres, tak jarang dalang di Bali juga membuat karakter baru untuk mendukung dramatik dalam cerita sebagai tokoh protagonis atau antagonis.
Proses kreatif seorang dalang dalam pembuatan karakter dalam pewayangan Bali merupakan proses perpaduan yang mendalam antara pemahaman cerita, penelitian karakter, dan eksekusi kreatif.
Dalam proses pemahaman yang mendalam terhadap cerita, para dalang mendalaminya untuk menggali informasi tentang latar belakang, tujuan yang akan dituangkan dalam perasaan karakter wayang.
Kemudian, mereka melakukan penelitian mendalam untuk merasakan karakter tersebut, termasuk aspek-aspek seperti latar belakang budaya, serta mengembangkan karakteristik fisik dan vokal yang unik.
Selama proses ini, dalang juga menggabungkan unsur-unsur psikologis dan fisik untuk menciptakan karakter yang hidup dan meyakinkan dalam pementasan wayangnya.
Dalang Adalah Sutradara
Proses kreatif seorang dalang di Bali dalam menyutradarai sebuah pertunjukan wayang merupakan perjalanan artistik yang kompleks yang melibatkan visi kreatif, komunikasi yang produktif, dan kolaborasi yang efektif.
Saya melihat, seorang dalang di Bali memimpin seluruh produksi pertunjukan wayangnya, mulai dari pemilihan cerita, merencanakan jalannya pertunjukan, memformulasi urutan adegan, karakter yang akan muncul, dan bagaimana pesan dan filosofi dalam cerita akan disampaikan.
Dalang juga memilih musik iringan “gamelan” yang akan mengiringi pertunjukannya, biasanya hingga tahap pementasan akhir. Dalang juga memandu pengaturan panggung, perancangan kelir (layar), mengatur ukuran dan posisi pencahayaan, serta memastikan bahwa semua elemen produksi bekerja bersama secara harmonis untuk menghasilkan pertunjukan yang koheren dan mendalam.
Proses ini juga melibatkan komunikasi yang kuat dengan ketekong (sebutan untuk tim kreatif kepercayaan dalang) dan mengambil keputusan kreatif yang mempengaruhi bentuk akhir pertunjukan.
Improvisasi
Meskipun banyak bagian dari pertunjukan wayang adalah tetap dan dihafal, dalang juga memiliki kebebasan untuk melakukan improvisasi. Mereka dapat menambahkan lelucon/bebanyolan atau mengomentari peristiwa terkini untuk menghibur penontonnya dan menjaga pertunjukan wayang agar tetap relevan.
Improvisasi dalam pertujukan Wayang Bali adalah seni spontanitas dan kreativitas seorang dalang, di mana sang dalang bekerja untuk membuat adegan dan dialog tanpa skenario tertulis atau direncanakan sebelumnya. Proses ini memerlukan intuisi yang kuat, kemampuan kepekaan yang cermat, respons kreatif yang cepat, dan kepercayaan diri.
Improvisasi mendorong para dalang untuk merespons situasi dengan cepat, beradaptasi dengan perubahan, dan mengambil risiko kreatif. Ini bukan hanya alat penting yang harus dimiliki seorang dalang, tetapi juga dapat menghasilkan momen-momen pertunjukan wayang nan unik serta menghibur yang tercipta secara spontan. Sehingga, hal Ini akan menciptakan hubungan yang kuat antara dalang dan penonton.
Penjabaran awal yang sederhana mengenai proses kreatif seorang dalang, saya akhiri dengan kesimpulan bahwa proses kreatif dari seorang dalang di Bali merupakan pondasi utama nan kuat dalam pertunjukan pewayangan di Bali.
Kreativitas seorang dalang termanifestasi dalam banyak aspek, mulai dari permainan bayangan dan suara, penentuan dan menjalankan alur cerita, hingga improvisasi saat berinteraksi dengan penonton.
Seorang dalang tidak hanya menjalankan peran sebagai pengendali karakter wayang, tetapi juga sebagai pencipta, pengatur, dan penyaji cerita. Kemampuan kreatifnya mengubah kulit yang ditatah yang disebut wayang menjadi tokoh-tokoh hidup dengan karakter, suara, dan kepribadian unik.
Dalam proses kreatifnya, seorang dalang di Bali biasanya akan meresapi dan merespon dinamika penontonnya serta mengimprovisasi saat diperlukan, menciptakan pengalaman estetik yang unik setiap kali pertunjukan wayang digelar.
Oleh karena itu, proses kreatif seorang dalang bukan kegiatan biasa, namun lebih pada sebuah kegiatan yang berharga untuk menjaga kesinambungan dan relevansi seni wayang dalam masyarakat yang terus berubah.[T]