15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Penjajah” Baru Itu Bernama Lagu-Lagu Jawa

Yudi SetiawanbyYudi Setiawan
August 29, 2023
inEsai
“Penjajah” Baru Itu Bernama Lagu-Lagu Jawa

Ilustrasi diolah oleh tatkala.co

MESKI SEBAGAI orang Jawa yang tumbuh besar di Bali, tapi saya tak merasa benar-benar jauh dari Jawa. Entah dari budaya, bahasa, maupun makanannya. Sebab, di sini—di Singaraja—saya masih dapat menemukan “Jawa” itu sendiri. Misalnya, di rumah makan yang diberi nama daerah-daerah di Jawa, para pedagang di pasar, dan tentu saja di kontrakan, tempat tinggal saya yang notabene diisi orang-orang Jawa.

Menjadi orang Jawa di tanah rantau bagi saya tak begitu sulit untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi, meskipun tetap tak bisa mengubah gaya bahasa Indonesia saya yang masih medhok. Tapi tak apa, toh, saya memang orang Jawa, kan?

Saya akui, orang Jawa memang ada di mana-mana, bahkan di seluruh Indonesia. Hal tersebut, dalam konteks yang lebih gawat, ini bisa saja dianggap “penjajahan” secara halus atau kecil-kecilan. Bukan saja secara fisik, orang Jawa juga telah “menjajah” secara kebudayaan. Salah satunya adalah melalui lagu-lagu Jawa, khususnya lagu-lagu yang bagi sebagian orang dianggap sebagai dangdut modern.

Ya, ambil contoh saja di Kota Singaraja. Hampir sebagian besar masyarakat di Singaraja—setidaknya yang dekat dengan saya—sekarang tahu, bahkan hafal dengan lagu-lagu Jawa yang terkesan melankolia itu. Meskipun saya yakin, hanya ada sedikit orang Singaraja yang paham ari lagu berbahasa Jawa.

Banar. Setelah sempat beberapa tahun terakhir lagu-lagu bernuansa campursarian Didi Kempot menjamur dari kalangan muda dan tua, kini muncul pula penyanyi-penyanyi baru yang hadir dengan membawa nuansa Jawa modern, mencampurkan unsur pop, dangdut, keroncong, dan jazz dalam satu lagu.

Akibat dari meledaknya lagu-lagu dangdut Jawa yang mungkin sampai ke seluruh Indonesia itu, membuat adanya pergeseran selera musik di kalangan masyarakat. Bukan saja berpengaruh terhadap selera musik, tapi hal tersebut juga diiringi dengan lunturnya kreatifitas—maksudnya banyak musisi yang akhirnya ikut-ikutan tren tersebut.

Seperti di Singaraja, misalnya. Belum lama ini muncul satu sosok penyanyi pendatang baru bernama Bagus Wirata, yang terkenal dengan hok a hok e nya. Penyanyi yang terkenal sejak tahun 2021 itu memang sedang naik daun dengan gaya dangdut ukulelenya. Dan bohong rasanya kalau penembang lagu Magelang Rindu dan Demen Pedidi itu tak meniru lagu-lagu koplo Jawa.

Ya, lagi-lagi dangdut koplo. Padahal, bukankah di Bali sudah ada gaya bermusik dengan nuansa Pop Balinya? Seperti misal, lagu Kamu sing Nawang milik Leeyonk Sinatra, atau lagu-lagu AA Raka Sidan dengan Song Brerong sebagai tembang hitsnya. Dan tentu masih banyak musisi Bali dengan khas Pop Balinya. Tapi entah alasan apa yang membuat Bagus Wirata memilih gaya bermusik yang sekilas mirip dengan gaya dari Denny Caknan Dkk.

Lalu, yang jadi pertanyaannya adalah, mungkinkah masyarakat Indonesia di luar Bali mengonsumsi lagu-lagu dangdut ukulele Bagus Wirata seperti lagu-lagu dangdut Jawa dari Denny Caknan Dkk? Oh maaf, untuk hal ini saya belum bisa menjawabnya.

Tetapi, terlepas dari itu semua, dunia musik kita seolah sedang menuju ke arah keseragaman genre, meski masih ada beberapa musisi yang menampilkan genre yang berbeda.

***

Sekarang, lagu-lagu Jawa menjadi trend tentu tidak bisa dipisahkan dengan peran media sosial. Sebab, media sosial memberikan ruang yang begitu luas untuk para Musisi mengenalkan karya-karya mereka dengan sangat mudah dan cepat.

Berbeda dengan musisi-musisi era 90-an yang harus masuk label musik tertentu agar bisa mendistribusikan karya-karyanya ke khalayak yang lebih luas. Jadi, mulai dari proses rekaman, kemudian advertising company, sampai pada tahap publishing company, musisi era 90-an tak bisa melakukannya sendiri.

Namun, sebaliknya, musisi zaman sekarang dapat melakukan hal tersebut hanya dengan seorang diri—dengan kecanggihan teknologi. Bahkan, untuk proses marketing pun, mereka sudah sangat mudah karena memiliki kanal YouTube–nya masing-masing.

Ledakan musik dangdut Jawa juga dipengaruhi oleh budaya kekinian para pengguna media sosial seperti Instagram maupun Tiktok. Sebab, konten-konten yang dihadirkan dari algoritma kedua media sosial ini biasanya menggunakan backsound lagu-lagu dangdut koplo Jawa.

Banyak influencer media sosial kerap menggunakan backsound lagu jawa pada setiap kontennya. Seperti Nopek Novian dan Agus Kotak, misalnya, yang kerap membagikan konten-kontennya dengan berisikan lagu-lagu Jawa pada akhir videonya. Karena hal tersebutlah, menjadikan lagu dangdut Jawa cepat menjadi populer di kalangan anak muda zaman sekarang, di seluruh Indonesia.

Salah satu musisi dangdut Jawa yang terkenal ialah Denny Setiawan atau lebih terkenal dengan nama panggung Denny Caknan. Penyanyi yang karier bermusiknya melejit lewat single lagu yang berjudul Kartonyono Medot Janji itu hadir dengan membawa nuansa perubahan gaya musik dangdut Jawa yang tampak lebih modern.

Sebab, lagu-lagu yang ia hidangkan bak memberi angin segar kepada penikmat lagu-lagu Jawa setelah kehilangan alm. Didi Kempot—atau yang lebih di kenal sebagai The Godfather of Broken Heart, sang maestro campursari itu.

Oh, tunggu, saya lupa. Dari tadi saya menyebut “dangdut Jawa” padahal apa yang dibawakan Denny Caknan dkk—apalagi Bagus Wirata—itu bukan dangdut.

Hal tersebut pernah disampaikan oleh Mahfud Ikhwan dalam esainya yang berjudul Pop Cengeng, Didi Kempor, dan Para Penerusnya (Jawa Pos (28/08/23). Kata Mahdud,karena kecintaan Denny Caknan Dkk kepada Didi Kempot, itu justru malah menjauhkannya dari pakem dangdut yang dibawakan Rhoma Irama, Evie Tamala, atau Hamdan ATT. Bahkan, Denny dkk, justru terkesan lebih condong kepada lagu-lagu pop cengeng Rinto dan Obbie, atau Arie dan Yongky. Saya sepakat dengan pendapat ini.

***

Tetapi, terlepas dari itu semua, sekali lagi, lagu-lagu Jawa memang telah menjadi semacam virus yang menjalar begitu cepat. Penggunaan lirik sederhana dan kosakata sehari-hari, membuat lagu-lagu Denny Caknan, Guyonwaton, NdarboyGeng, Happy Asmara dan penyanyi Jawa lainnya, dengan cepat menjadi familiar di telinga para pendengar.

Sebab, merayakan kegundahan hati dengan lagu-lagu Jawa dan lirik yang mudah dipahami, akan menjadi sebuah perayaan sakit hati yang sangat totalitas dan menyesakkan.

Banyak teman yang saya temui di media sosial sedang memutar atau menggunakan lagu-lagu Jawa hits kekinian sebagai musik latar video atau foto mereka. Seperti teman di Pulau Kangean yang memberi kabar kepada saya bahwa lagu Guyonwaton yang berjudul Dumes enak untuk didengar. Lantas dengan sedikit mengejek saya bertanya kepadanya, “Emang kamu paham artinya?” Jawabannya sudah dapat ditebak: “Jelas tidak dong!”

Tampaknya untuk menikmati lagu-lagu Jawa tak melulu harus paham artinya dahulu—untuk bisa membuat badan bergoyang di setiap alunannya. Toh tahun lalu, waktu HUT RI Ke-77 ketika Farel, penyanyi cilik asal Banyuwangi itu, berhasil menggoyang Istana dengan tembang Ojo Dibanding-bandingke. Seolah-olah pada saat itu semua masalah negara terselesaikan dengan irama musik dangdut koplo Jawa.

Bahkan kemarin, saat acara pelepasan wisuda Universitas Pendidikan Ganesha, Gedung Auditorium bergoyang heboh ketika seorang wisudawan menyanyikan lagu Rungkad di hadapan Rektor, jajaran senat Undiksha dan calon wisudawaan lainnya. Namun, sepertinya tetap sama—seperti teman saya yang berasal dari Kangean tadi—mereka sama-sama tidak paham betul arti dari lirik lagu tersebut. Barangkali efek “penjajahan” itu nyata adanya.

Akhirnya, sudah 7 tahun saya hidup di Singaraja. Dalam kurun waktu yang tak bisa dibilang sebentar itu, justru jiwa kejawaan saya malah menjadi-jadi. Sebab, semakin saya jauh dari tanah kelahiran, saya malah menemukan Jawa tumbuh subur di sini.

Pada saat saya mulai menulis tulisan ini pun, seorang tetangga sedang memutar lagu Denny Caknan yang berjudul Sanes, lagu ciptaan Andry Priyanta itu. Dan, tentu saja, sambil menulis saya juga menggoyang-goyangkan jempol kaki secara perlahan, supaya tidak ketahuan teman yang sedang bekerja…. Asoyyy.[T]

Musik Pop dan Cita-cita Kami
Dandi dan Dangdut | Cerita Duta Bali pada Liga Dangdut Indosiar 2021

Dangdut Koplo atau Kupu-kupu yang Lucu? – Sekilas Cerita tentang Lagu Anak
Gitaris Muda, Gitar Ibanez, dan Dangdut
Tags: dangdutjawamusikmusik pop balimusik pop indonesia
Previous Post

Melukis Cerita, Mereka-reka Dunia Lempad

Next Post

Cak Air “GanggaRam”: Seni Pertunjukan Baru di Air Terjun

Yudi Setiawan

Yudi Setiawan

Kontributor tatkala.co

Next Post
Cak Air “GanggaRam”: Seni Pertunjukan Baru di Air Terjun

Cak Air "GanggaRam": Seni Pertunjukan Baru di Air Terjun

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co