14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Perpustakaan Sekolah dan Kekasihmu Sebelumnya | Cerpen Yoga Yolanda

Yoga YolandabyYoga Yolanda
August 12, 2023
inCerpen
Perpustakaan Sekolah dan Kekasihmu Sebelumnya | Cerpen Yoga Yolanda

Ilustrasi tatkala.co | Wiradinata

SABTU SIANG menjelang akhir tahun di sebuah kafe berornamen industrial. Muda-mudi berswafoto di sana-sini. Kebanyakan tampak di matamu sebagai sepasang kekasih. Beberapa lagi kau pastikan adalah keluarga kecil karena satu atau dua di antaranya adalah batita: bayi yang katamu lahir pada zaman yang tepat: tanpa kaget revolusi industri, tanpa trauma revolusi negeri, sebagaimana angkatanmu sendiri. Mereka tenang berlarian ke sana ke mari diawasi ibundanya. Keluarga kecil yang bagi matamu menyita: mengingatkanmu pada peluk keluargamu, mengenangkanmu pada suasana tenang di tempat asalmu, dan meyakinkanmu bahwa pulang adalah keputusan tepat dan tidak terburu-buru.

Kau sendiri datang bersama kekasihmu. Duduk terpisah sebuah meja kau memesan secangkir panas coffee latte dan ia sudah tenang dengan moccacino ice yang sejak sepuluh menit lalu tak berhenti dipotretnya. Tempat yang kata dia instagramable ini tentu sama sekali tak mencerminkan kepribadianmu, tapi ini adalah tempat kesukaannya, karenanya kau pun merasa harus selalu iya.

Sangat berbeda, dalam hatimu berkata. Jika kekasihmu yang sebelumnya adalah penyuka kesunyian, kekasihmu yang ini adalah sebaliknya. Katamu, tentu tak apa, mereka tetaplah sama: mencintaiku. Ah, mulai lagi, hatimu membanding-bandingkannya.

Tetapi begitulah, di mana pun tempatnya, kau masih sosok yang sama. Dengan siapa pun berada, kau pun tak berubah jadi berbeda, walaupun sekarang terbiasa dengan coffee latte dan tak canggung action di depan kamera.

Kau menjelma jadi anak kekinian, adaptasimu berjalan baik.  Meski begitu, idealismu terjaga, kegemaranmu bicara tentang isu-isu ketidakadilan negara tak pernah terganggu oleh muda-mudi yang menjalin cinta, oleh hiasan dinding dengan quote-quote berbahasa asing, atau oleh batitayang menangis karena terjatuh saat luput dari pengawasan ibundanya.

Itulah kehebatanmu, antusias kekasihmu pada topik itu adalah alasanmu bertahan. Cita-citamu untuk membuka matanya tentang sejarah yang penuh tangis dan kecewa; membuka telinganya tentang kesalahan di masa lalu serta harapan di masa depan; dan menghaluskan perasaan serta kepekaannya pada ketidakadilan membawamu berjalan jauh sampai sekarang.

Pada siang yang juga ramai dengan iringan musik pop ini kau pun merasa cukup. Cita-citamu itu kau rasakan tercapai. Kau akan menyudahinya. Memang kau yang meminta, tapi akhirnya menjadi keputusan berdua. Tak perlu ada sedih, tak perlu ada duka, katamu padanya. Ia mengangguk kecewa, tetapimerasa memang harus rela.

Mungkin karena penjelasanmu yang sangat perkasa, keputusan ini sama sekali tak ditentangnya. Kau bicara panjang lebar bahwa ini saatnya kembali ke tempat di mana kau seharusnya berada; tempat yang masih kau rindukan meski sepuluh tahun sudah kau meninggalkannya: sebuah perpustakaan sekolah negeri di kecamatan paling selatan sana.

Seperti penasaran, kekasihmu bertanya: mengapa kau pergi dari sana jika menurutmu di sanalah kau harusnya berada? Dengan redaksimu yang lugas seperti biasa, kau menjawabnya: seorang siswa mendatangiku, dikunjungan ketiganya ia menyatakan cinta, di kunjungan ke empatnya diam-diam membawaku pergi, aku juga suka padanya, tentu aku tak menolaknya. Ya, dialah orangnya, kekasihku sebelummu, kau mengenalnya. Ia menunduk lesu, hanya mata kameranya yang tetap tegak menyorot sesekali padamu dan segelas moccachino di meja. Tampak berat di raut wajahnya, tapi tegar adalah cara yang ia pilih untuk menerima.

Seperti yang kau ajarkan padanya, caranya lari dari kesedihan adalah dengan terus bertanya. Bertanya juga langkah politis yang efektif untuk lebih lama bersama. Seruputanmu pun tak kau buru-buru pada minuman berbahasa inggris yang kini hilang sudah panasnya.

Meski kau tahu kekasihmu hanya mengulur-ulur waktu, kau menjawab satu per satu pertanyaannya seperti seorang guru. Kau selalu mengingatkan, kau harus segera kembali ke sana, tempat itu adalah rumah, meski kenyataannya kau hanya bekerja, yang tugasnya membantu siswa: para syuhada yang kau anggap keluarga.

“Pekerjaan macam apa? mengapa aku tidak pernah mendengarnya?”

Kekasihmu yang kau yakini sebenarnya tahu semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya sendiri itu memasang muka curiga. Kau pun dengan gayamu saat berdeklamasi di pentas-pentas seni, atau saat berorasi di depan pagar duri, perlahan menjelaskan bahwa pekerjaan itu datang demi keadilan, demi terhapusnya penindasan, juga pembodohan.”

“Jika sepenting itu tujuan kau dipekerjakan, mengapa perpustakaan, di antara banyak tempat, banyak ruang?”

“Ya, benar. Memang perpustakaan bukan tempat yang digemari. Tepat sekali. Tapi, perpustakaan, meski letaknya seringkali sebuah ruang kecil atau ruang sisa di pojok-pojokan, yang bahkan dikatai sering menjadi tempat bersarangnya setan, adalah ujung tombak, mata panah, atau garda terdepan sekolah, ia adalah tempat di mana siswa bisa kulihat akan menjadi apa nantinya, ia adalah ibu yang melahirkan pemikir-pemikir yang menyelamatkan negeri di mana sekolah itu berada.”

Kekasihmu tercenung. Memang tak ada yang bisa dilakukannya selain menurut pada keinginanmu. Apa kau sudah selesai, tanyamu sembari kau kecup bibir cangkir di hadapanmu.

“Aku perlu tahu bagaimana caraku membuatmu bisa kembali ke sana. Aku sanggup mengambilmu, tetapi tidak dengan mengembalikanmu,” nadanya bergetar, “Pertanyaan ini serius, bukan karena aku tak ingin kau pergi.”

Meski tangannya masih lincah menjepret sana-sini. Nada itu tak kuasa sembunyikan sembulan air matanya.

Kekasihmu yang satu ini memang mengambilmu diam-diam dari kekasihmu sebelumnya, ia tak menampiknya, dan saat itu kau juga tertarik padanya: seseorang dengan perspektif luar biasa mengenai politik dan kemanusiaan. Kau pun tak kuasa menolak untuk pergi dengannya.

Dengan kejelianmu kauungkap strategi untuk bisa kembali ke asalmu. Kekasihmu, meski kecewa dengan kematangan idemu, memahaminya dengan baik. Namun, kekasih lamamu yang sering kau singgung dalam strategimu mengundang tanya baru.

“Kuharap ini adalah pertanyaan terakhir dariku, mengapa kau mau diajaknya pergi dari sana?” cemburu menguasai hatinya.

“Layaknya barang ilegal yang tak bisa beredar di pasaran, sebuah aturan tak mengizinkan aku untuk berkeliaran. Karena itu, akulah yang memaksa dibawanya pergi diam-diam. Tapi, ketahuilah, perasaanku padanya sama seperti perasaanku padamu. Kini, dia sudah jadi apa yg kuinginkan, kau pun demikian. Kita sudah khatam. Maka, keputusan yang tepat untukku adalah pulang,” kau kini menatapnya tajam, “Banyak orang menganggapku memuakkan, tapi, tidak demikian denganmu. Maka, kembalikan aku diam-diam. Biarkan aku menua di sana atau bertemu dengan orang-orang sepertimu berikutnya.”

Puisi berjudul 12 Mei, 1998 dan Doa-Doa Orang Kubangan adalah cerita penutup yang ia ingin untuk kau narasikan lagi. Jepretan terakhir pada wajahmu yang bersanding dengan seperempat gelas moccacino ice menjadi kenangan yang akan dipandanginya selepas ini. Titik-titik air pada dinding gelas yang di antaranya telah mengalir membasahi sampulmu tak membuat risih sama sekali.

Kalian pun bergegas. Sebuah angkot biru mengangkut hingga terminal Baruga. Seonggok bus tak layak jalan dengan kepulan asap hitam mengantar sampai ke alun-alun kecamatan paling tenggara. Ojek online menurunkan tepat di depan gerbang sekolah yang dicinta. Strategi berjalan lancar meski pelan. Kau pun berhasil menyelinap kembali ke sela-sela buku tua seusia, yang sebagian telah terepro sampulnya, yang debunya terasa sama meski setelah sepuluh tahun lamanya. Tak seklasifikasi memang, tapi terselip di antara Nyanyian Akar Rumput dan Orang-Orang Persimpangan Kiri Jalan membuatkau merasa bahagia: merekalah keluarga. Rak usang, bernonor, yang pincang karena tak lurus lagi kaki-kakinya tak sedikit pun membuatmu berduka.

Berminggu-minggu di sana kau tak terjamah, kalah dengan majalah di rak muka, yang sebenarnya adalah kertas-kertas lebar agar dikatakan membaca, padahal menutupi gawai untuk menikmati wifi berkecepatan seribu kuda. Usia tuamu pun kini terasa, debu-debu tak hanya membuatmu batuk, tetapi juga menyamarkan judulmu yang sangat Indonesia. Hingga pada sebuah Selasa, kau mendengar suara.

“MAJOI,”katanya pada petugas di belakang meja.

“MA …. Apa?”

“Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia!”

“Oh, Taufiq Ismail?”

“Yap!”

Dengan arahan petugas itu ia melangkah tegas ke arahmu, menggapaimu, lalu menyemburkan udara dengan mulutnya, debu-debu menyingkir segera, membuka harapanmu padanya. Ia memulai pada halaman pertama, lalu membaca kata pengantar Kuntowijoyo yang dengan kacamata tebalnya menyoroti tubuhmu yang terpapar imaji visual dan konseptual tentang tragedi-tragedi kelam pascamerdeka. Ia tersenyum tenang, laki-laki ini, si penyuka kesunyian, memelukmu erat, membawamu pulang diam-diam, menaruhmu pada rak putih di sudut kamarnya, bersama buku-buku bersih dan tebal lainnya. [T]

[][][]

  • BACA cerpen-cerpen lain
Senja di Akhir Luka | Cerpen Ni Wayan Sumiasih
    Komang | Cerpen Putu Arya Nugraha
    Cinta dan Ilusi | Cerpen Ikrom F.
    Tags: Cerpen
    Previous Post

    Puisi-puisi Andy Sri Wahyudi | Jejak Api, Melihat Ingatan

    Next Post

    Berbekal Nasi Kuning ke Kahyangan | Cerita Hari Kuningan Gde Aryantha Soethama

    Yoga Yolanda

    Yoga Yolanda

    Dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Jember

    Next Post
    Berbekal Nasi Kuning ke Kahyangan | Cerita Hari Kuningan Gde Aryantha Soethama

    Berbekal Nasi Kuning ke Kahyangan | Cerita Hari Kuningan Gde Aryantha Soethama

    Please login to join discussion

    ADVERTISEMENT

    POPULER

    • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

      Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

      0 shares
      Share 0 Tweet 0
    • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

      0 shares
      Share 0 Tweet 0

    KRITIK & OPINI

    • All
    • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik

    Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

    by Pandu Adithama Wisnuputra
    May 13, 2025
    0
    Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

    PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

    Read more

    Refleksi Visual Made Sudana

    by Hartanto
    May 12, 2025
    0
    Refleksi Visual Made Sudana

    JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

    Read more

    Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

    by Sonhaji Abdullah
    May 12, 2025
    0
    Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

    DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

    Read more
    Selengkapnya

    BERITA

    • All
    • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
    Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

    Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

    May 13, 2025
    “Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

    “Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

    May 8, 2025
    Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

    Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

    May 7, 2025
    Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

    Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

    April 27, 2025
    Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

    Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

    April 23, 2025
    Selengkapnya

    FEATURE

    • All
    • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
    Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
    Khas

    Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

    PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

    by I Nyoman Tingkat
    May 12, 2025
    Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
    Pameran

    Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

    JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

    by Nyoman Budarsana
    May 11, 2025
    Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
    Pameran

    Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

    INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

    by Nyoman Budarsana
    May 10, 2025
    Selengkapnya

    FIKSI

    • All
    • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
    Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

    Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

    May 11, 2025
    Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

    Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

    May 11, 2025
    Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

    Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

    May 11, 2025
    Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

    Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

    May 10, 2025
    Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

    Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

    May 10, 2025
    Selengkapnya

    LIPUTAN KHUSUS

    • All
    • Liputan Khusus
    Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
    Liputan Khusus

    Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

    SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

    by Jaswanto
    February 28, 2025
    Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
    Liputan Khusus

    Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

    SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

    by Made Adnyana Ole
    February 13, 2025
    Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
    Liputan Khusus

    Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

    BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

    by Jaswanto
    February 10, 2025
    Selengkapnya

    ENGLISH COLUMN

    • All
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
    Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

    Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

    March 8, 2025
    Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

    Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

    November 30, 2024
    The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

    The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

    September 10, 2024
    The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

    The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

    July 21, 2024
    Bali, the Island of the Gods

    Bali, the Island of the Gods

    May 19, 2024

    TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

    • Penulis
    • Tentang & Redaksi
    • Kirim Naskah
    • Pedoman Media Siber
    • Kebijakan Privasi
    • Desclaimer

    Copyright © 2016-2024, tatkala.co

    Welcome Back!

    Login to your account below

    Forgotten Password?

    Retrieve your password

    Please enter your username or email address to reset your password.

    Log In
    No Result
    View All Result
    • Beranda
    • Feature
      • Khas
      • Tualang
      • Persona
      • Historia
      • Milenial
      • Kuliner
      • Pop
      • Gaya
      • Pameran
      • Panggung
    • Berita
      • Ekonomi
      • Pariwisata
      • Pemerintahan
      • Budaya
      • Hiburan
      • Politik
      • Hukum
      • Kesehatan
      • Olahraga
      • Pendidikan
      • Pertanian
      • Lingkungan
      • Liputan Khusus
    • Kritik & Opini
      • Esai
      • Opini
      • Ulas Buku
      • Ulas Film
      • Ulas Rupa
      • Ulas Pentas
      • Kritik Sastra
      • Kritik Seni
      • Bahasa
      • Ulas Musik
    • Fiksi
      • Cerpen
      • Puisi
      • Dongeng
    • English Column
      • Essay
      • Fiction
      • Poetry
      • Features
    • Penulis

    Copyright © 2016-2024, tatkala.co