12 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Menyuarakan Isu Lingkungan melalui Tari Kontemporer “Sambil Menyelam Minum Plastik”

Arif WibowobyArif Wibowo
July 30, 2023
inUlas Pentas
Menyuarakan Isu Lingkungan melalui Tari Kontemporer “Sambil Menyelam Minum Plastik”

Tari Kontemporer “Sambil Menyelam Minum Plastik” | Foto: Ist

PANGGUNG PERTUNJUKAN diawali dengan eksperimen musik yang menarik, mengawinkan unsur-unsur bebunyian musik elektrik dan gamelan Bali. Sesuai dengan judulnya, bebunyian plastik juga tak luput menjadi eksplorasi komposisi musik untuk mengiringi tari kontemporer “Sambil Menyelam Minum Plastik” ini. Judul yang cukup provakatif dan mengundang keinginantahuan penonton di panggung amphiteater Kalangan Ayodya kompleks Taman Budaya Bali, Rabu (26/7/23) pada rangkaian Festival Bali Jani yang ke-5.

Sebagai koreografer muda, I Gede Rudiana Putra, alumnus ISI (Intititut Seni Indonesia) Yogyakarta yang saat ini juga mengajar di ISI Denpasar itu mencoba memberanikan diri menggarap tari kontemporer dengan kekuatan narasi dan isu-isu kontekstual di sekitarnya. “Sambil Menyelam Minum Plastik” ini adalah salah satu dari beberapa karyanya yang mengangkat realitas kekinian.

”Untuk saat ini saya memang ingin memfokuskan diri untuk menggarap tari-tari kontemporer yang bersumber dari fenomena keseharian di sekitar, terutama isu-isu kekinian yang perlu disampaikan kepada publik dengan menguatkan unsur narasi maupun eksplorasi gerak tari itu sendiri atau kita sebut Lyrical Dance,” ujarnya. Ia juga menambahkan, tak semua tarian di Bali harus ditampilkan dalam format tradisi.

Pertunjukan tari ini secara garis besar menampilkan dua babak bagian. Diawali dengan kehidupan laut bawah laut dengan keragaman hayatinya melalui fragmen tari. Secara silih berganti para penari menghadirkan keragaman hayati laut seperti terumbu karang, ikan-ikan dan bulu babi melalui ekspresi gerak tari. Peran bulu babi sengaja ditampilkan secara menonjol melalui kehadiran 4 penari dan 1 sebagai vocal point yang juga membawakan monolog cerita.

Mengenakan kostum yang terbuat dari batang-batang lidi sebagai gambaran bulu babi yang berjalan di antara karang-karang laut. Olah gerak begitu dinamis, mengeksplorasi gerak tubuh penari dalam keadaan duduk dengan tangan dan kaki sebagai penopang pergerakan dari satu titik ke titik lain. Ekplorasi gerakan duduk, jongkok hingga setengah berdiri memberikan warna tersendiri pada bagian ini. Penonton pun bisa menangkap dengan mudah reperesentasi bulu babi di lautan.

Pada bagian yang kedua, menghadirkan rajutan cerita dalam sebuah  pertunjukan kehidupan laut yang mulai terganggu oleh kehadiran plastik. Dua sosok penari dalam balutan kantong plastik muncul memecah kesunyian panggung.

Gerakan tubuh penari pun menghasilkan bunyi plastik yang menghadirkan musik latar yang unik. Pergumulan dua penari dalam gerak itu bagaikan dua kantong plastik yang terombang-ambing arus lautan. Kemudian delapan penari keluar dengan kostum jas hujan plastik. Bersamaan dengan itu, seorang penari membawa seekor miniatur ikan. Seekor ikan itupun seakan terjebak oleh sampah-sampah plastik yang mendominasi lautan.

Menurut Rudiana, tarian ini sebenarnya sudah ia garap sejak 6 bulan lalu dengan durasi kurang lebih 25 menit. Kemudian ketika tampil di Festival Bali Jani ini, ada beberapa hal yang perlu disesuaikan terutama upaya memperpanjang durasinya menjadi 45 menit. Maka sebagai koreografer, ia perlu merajut ulang tari tanpa menghilangkan esensi awal tarian ini dihadirkan.

“Jadi, bagian awal tarian yang menghadirkan bulu babi itu merupakan upaya kami menambahkan cerita dalam garapan ini. Saya mencari ide yang pas untuk mengaitkan isu plastik dan kehidupan hayati laut. Maka bulu babi menjadi representasi yang cukup nyambung,” ujarnya.

Menurutnya, Bulu babi cenderung diabaikan dan dihindari oleh manusia karena dianggap berbahaya. Namun keberadaannya juga memiliki peran yang sangat penting bagi ekosistem laut. Hampir sama dengan fungsi plastik yang tak bisa dihindari dalam kehidupan masyarakat moderen. Sehingga kita perlu bijak dalam memanfaatkan plastik”.

Mengikuti arahan panitia festival, seluruh partisipan yang terlibat dalam penciptaan karya diupayakan untuk meminimalisir penggunaan bahan sekali pakai. Maka, Bli Rudiana  memanfaatkan jas hujan plastik yang tidak sekali pakai dan plastik ukuran jumbo yang biasa digunakan oleh pedagang canang membungkus dagangannya.

Perlu Ruang yang mendukung Garapan Pertunjukan Tari Kontemporer

Penulis sebagai penikmat pertunjukan sangat mengapresiasi upaya Bli Rudiana dalam menghadirkan garapan tari yang menghadirkan gagasan kritis dalam membaca fenomena keseharian. Pada momen obrolan bersamanya, Ia menyampaikan beberapa pandangan mengenai karya-karya tari kontemporer di Bali.

Sebagai dosen muda, ia ingin memacu tumbuhnya karya-karya tari kontemporer yang kritis akan realitas kekinian di Bali. Ia mengaku, tak mudah memulainya. Karena, kuatnya kultur tari tradisi di Bali, masyarakat pun menganggap garapan tari kontemporer itu susah dimengerti dan terlalu abstrak.

Selepas menyelesaikan studi di Jogja, ia mengabdikan diri di ISI Denpasar dengan membawa ide-ide yang tak bisa langsung ia sampaikan kepada mahasiswanya. “Maka saya harus pelan-pelan mengenalkan tari kontemporer ini kepada mahasiswa”, tuturnya. Ia juga menambahkan sangat membuka diri akan kritik dan masukan pada karyanya itu.

Menurutnya, masih ada beberapa elemen yang perlu diperbaiki dalam karya pertunjukan tari ini, salah satunya adalah setting panggung. Karpet merah pada lantai panggung kurang mendukung penyajian pertunjukan yang sebaiknya menggunakan warna gelap yang netral dengan sorotan cahaya lampu. Apalagi waktu pertunjukan di sore hari, atap transparan yang tembus cahaya matahari cukup mengaburkan penataan cahaya yang telah didesain.

Sambil Menyelam Minum Plastik, berangkat dari kegelisahan atas fenomena konsumsi plastik yang sulit dilepaskan dari keseharian masyarakat kita hari ini.. Sebagai pulau yang mengandalkan industri pariwisata, produksi sampah yang dihasilkan menyembabkan Bali menghadapi permasalahan sampah yang sulit dihindari.

Riset terbaru pada (2019) yang dikutip dalam sebuah laporan di situs Mongabay, melaporkan bahwa produksi sampah di Bali mencapai 4.281 ton per hari, dan 11 persennya mengalir hingga ke laut. Separuh sampah-sampah itu dihasilan di 3 wilayah pusat industri Pariwisata yaitu Denpasar, Badung dan Gianyar.

Upaya pembatasan penggunaan kantong plastik sekali pakaipun dilakukan pemerintah provinsi dengan melahirkan Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 97 tahun 2018 yang telah diberlakukan sejak pertengahan 2019 lalu.

Memang menjadi sebuah ironi di tengah Bali yang memantapkan diri sebagai Pulau Surga, namun masih menyisakan duka bagi ekosistem bahari akibat penggunaan dan pengelolaan sampah plastik yang tidak terkontrol dengan baik.

Pendekatan yang dilakukan oleh Bli Rudiana dalam menciptakan koreografi kontemporer yang peka dengan fenomena kekinian Bali yang cukup kompleks itu menjadi daya tawar yang menarik kesempatan koreografer muda lain untuk menggelutinya.

Selain menciptakan inovasi karya tari estetik, karya tari kontemporer juga diharapkapkan dapat memberikan dampak dan kesadaran yang positif bagi penikmat seni pertunjukan tari dan masyarakat pada umumnya. Pementasan Sambil Menyelam Minum Plastik ini layak menjadi panggung pertunjukan yang menggugah kesadaran baru bagi penikmatnya itu. [T]

  • BACA artikel seni dan budaya lainnya dari penulisARIF WIBOWO
Pentas “AH” Teater Mandiri: Putu Wijaya Masih Hebat Dengan Cerita yang Membolak-Balik Pikiran
“Nguber Berita ka Nusa”: Perpaduan antara Sastra, Komedi, dan Realita
Menjelajahi Laku Jongkok dalam Koreografi “The (Famous) Squatting Dance : Jung Jung te Jung” di Teater Salihara
Tags: Festival Seni Bali JaniFestival Seni Bali Jani 2023kesenian balitari kontemporer
Previous Post

Pentas “AH” Teater Mandiri: Putu Wijaya Masih Hebat Dengan Cerita yang Membolak-Balik Pikiran

Next Post

Suara-suara “Liyan” Setelah 25 Tahun Reformasi: Membaca Kembali Karya-karya Ayu Utami

Arif Wibowo

Arif Wibowo

Lulusan Sarjana Arsitektur yang tertarik dengan isu-isu ketimpangan sosial dan lingkungan perkotaan sehingga lebih memilih untuk terlibat pada praktik arsitektur lansekap yang berfokus pada perancangan ruang publik dengan harapan semakin banyak ruang hijau di kawasan kota. Selain itu ia juga gemar menikmati seni tari, pertunjukan dan musik tradisi khususnya di Jawa dan Bali.

Next Post
Suara-suara “Liyan” Setelah 25 Tahun Reformasi: Membaca Kembali Karya-karya Ayu Utami

Suara-suara “Liyan” Setelah 25 Tahun Reformasi: Membaca Kembali Karya-karya Ayu Utami

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Pulau dan Kepulauan di Nusantara: Nama, Identitas, dan Pengakuan

by Ahmad Sihabudin
May 12, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

“siapa yang mampu memberi nama,dialah yang menguasai, karena nama adalah identitas,dan sekaligus sebuah harapan.”(Michel Foucoult) WAWASAN Nusantara sebagai filosofi kesatuan...

Read more

Krisis Literasi di Buleleng: Mengapa Ratusan Siswa SMP Tak Bisa Membaca?

by Putu Gangga Pradipta
May 11, 2025
0
Masa Depan Pendidikan di Era AI: ChatGPT dan Perplexity, Alat Bantu atau Tantangan Baru?

PADA April 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh laporan yang menyebutkan bahwa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng,...

Read more

Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

by Karisma Nur Fitria
May 11, 2025
0
Animal Farm dalam Interpretasi Pemalsuan Kepercayaan

PEMALSUAN kepercayaan sekurangnya tidak asing di telinga pembaca. Tindakan yang dengan sengaja menciptakan atau menyebarkan informasi tidak valid kepada khalayak....

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co