31 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Membaca Goenawan Mohamad: Sebuah Pembacaan yang Meleset

JaswantobyJaswanto
July 26, 2023
inKhas
Membaca Goenawan Mohamad: Sebuah Pembacaan yang Meleset

Dari kiri ke kanan: Alif Iman sebagai moderator, Arif Bagus Prasetyo dan Prof. Dr. I Wayan Adnyana sebagai pembicara

ABAD 21 sedang merangkak menapaki jalan peradaban yang cepat, buru-buru, berkelok, menanjak, penuh lubang jebakan zaman, dengan galau dan kilaunya sendiri. Dan Indonesia, sebagai sebuah negara yang merdeka, pada abad 20 sampai 21, sudah dua dekade menikmati demokrasi—walau dengan kenyataan pahit bahwa generasi saat ini mulai tak punya ingatan tentang peristiwa-peristiwa penting pada abad ke-20 yang mengantar Indonesia menuju gerbang demokrasi.

Pada akhir tahun 2022, terbit sebuah buku tentang sosok sastrawan, jurnalis, tokoh pembebasan dan pemikir, yang berjudul Membaca Goenawan Mohamad. Ya, buku yang berisi naskah dari 16 penulis itu mencoba menelisik secara mendalam pemikiran GM—begitu ia biasa dipanggil—dalam konteks pemikiran sastra, filsafat, dan demokrasi.

Buku yang diluncurkan sebagai salah satu wujud perayaan ulang tahun Goenawan Mohamad ke-80 pada tahun 2021 itu, pada Rabu (26/7/2023) sore, kembali didiskusikan di Ruang Lap Prodi FTV Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dalam mata acara Festival Seni Bali Jani 2023.

Diskusi buku yang menghadirkan Prof. Dr. I Wayan Adnyana—atau yang akrab dipanggil Prof. Kun—dan Arif Bagus Prasetyo sebagai pembicara dan Alif Iman sebagai moderator itu, dihadiri langsung oleh GM dan Ayu Utami.

Acara Temu Buku: Membaca Goenawan Mohamad—yang oleh Alif Iman disebut sebagai diskusi “GM yang dikenal dan yang tak dikenal”—banyak memberi pengetahuan tentang sosok GM yang dipandang dari banyak kacamata sampai kritik atas lebih-kurangnya Membaca Goenawan Muhamad (2022)—buku yang ditulis Rizal Mallarangeng, Nirwan Dewanto, Ayu Utami, Ulil Abshar Abdalla, dkk.

Dari kiri ke kanan: Made Sujaya, Arif Bagus Prasetyo, Prof. Dr. I Wayan Adnyana, dan Goenawan Muhamad

Ayu Utami, yang didapuk sebagai editor, sebelum diskusi diakhiri, mengatakan bahwa penerbitan buku ini bertujuan untuk kembali membangun ingatan generasi abad-21 atas peristiwa yang terjadi pada abad ke-20 seperti Perang Dunia dan Perang Dingin, misalnya.

Generasi masa kini diajak kembali membaca jejak peperangan tersebut pada rezim militer di lndonesia, penderitaan, serta semangatnya. Juga memperlihatkan bagaimana runtuhnya komunisme di tahun 1990-an.

Di balik itu, kapitalisme seolah menjadi penguasa, sehingga pers dan industri kreatif pun semakin dikuasai logika kapitalistis. Surat kabar bahkan televisi, tak lagi punya wibawa intelektual sebesar dulu, dan setiap orang bisa menjadi citizen journalist.

Pembacaan yang Meleset

Prof. Kun, Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar cum kurator seni rupa, berpendapat bahwa karya-karya GM selalu memiliki konteks waktu yang dinamis. Apa yang ditulis GM memiliki konteks waktu yang panjang—tak lekang oleh waktu, selalu relevan, katanya. “Sebab, pikiran-pikiran GM mengandung semacam rasa dan pandangan ke depan perihal peristiwa,” ujarnya.

Dalam acara temu buku sore tadi, seniman dan intelektual yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali periode 2019-2021 itu, memang tak banyak membahas isi buku yang memuat tulisan-tulisan yang berasal dari Seminar Membaca Goenawan Mohamad yang diadakan untuk memperingati ulang tahun GM yang ke-80.

Kun Adnyana lebih banyak menyampaikan pandangan atau penilaian pribadinya atas sosok Goenawan Mohamad—tokoh yang dipanggilnya Mas itu. “Seorang tokoh harus menjadi bagian dari peradaban. GM sosok yang bisa membangun bahasanya sendiri. Pemikirannya selalu mengandung konteks yang dinamis,” katanya.

Berbeda dengan Prof. Kun, Arif Bagus Prasetyo, yang notabene dikenal sebagai kritikus sastra, penyair, penerjemah, cum kurator seni rupa, lebih banyak menyampaikan catatan kritis atas buku Membaca Goenawan Muhamad (2022). Menurut Arif, buku gemuk 464 halaman yang diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia itu agak meleset, atau kurang lengkap, dalam membaca GM sebagai penyair, wartawan, tokoh pembebasan, dan pemikir dengan dasar filsafat Barat.

“Dari 16 esai hanya ada satu tulisan saja yang membahas GM sebagai wartawan. Itu pun hanya berfokus pada sosok GM dan kiprahnya dalam mendirikan Tempo, tak ada bahasan tentang pikiran GM tentang dunia jurnalistik,” ujar penyair yang mendapat hadiah Kritik Sastra Tahun 2007 dan Kritik Seni Rupa Tahun 2005 dari Dewan Kesenian Jakarta itu.

Menurut Arif, tulisan dalam buku yang ditulis mereka yang tumbuh dengan membaca tulisan-tulisan GM serta terinspirasi secara langsung olehnya—terutama mereka yang lahir di tahun 1960-an atau awal 1970-an atau yang menghidupi dunia kesusasteraan dan kewartawanan dan sedikit sisanya adalah para sarjana filsafat generasi lebih kini yang diminta untuk mengkaji bagaimana GM menafsir pada pemikir kontemporer kontinental—lebih banyak membahas pikiran GM tentang filsafat dan sastra, seperti Ulil yang tertarik menulis pikiran GM tentang ketuhanan alih-alih menulis tentang pandangan GM tentang sejarah bangsa, misalnya. Bahkan, dengan kritis Arif mengatakan, “beberapa penulis malah sibuk mempromosikan dirinya sendiri, seperti Martin Suryajaya”.

Terkait pandangan tentang sejarah bangsa, hidup Goenawan Mohamad, bisa dibilang, memang menggambarkan sejarah Indonesia itu sendiri. GM lahir di Batang pada tahun 1941. Ketika umurnya belum setahun, balatentara Jepang masuk ke wilayah Indonesia. Ayahnya, seorang pejuang kemerdekaan republik, wafat dibunuh militer Belanda yang datang kembali setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II.

Dalam deskripsi singkat tentang GM, Gramedia menulis, GM tumbuh dewasa di masa Perang Dingin, saat Presiden Sukarno menerapkan Demokrasi Terpimpin. Ketika itu PKI (Partai Komunis Indonesia) menguat. Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), badan kesenian di bawah PKI, mendesakkan pendekatan Realisme Sosialis dalam kesenian. Bersama beberapa seniman dan pemikir yang tak setuju atas pemaksaan politik atas seni—seperti Arief Budiman, Wiratmo Soekito, Taufik Ismail—GM ikut merumuskan dan menandatangani Manifes Kebudayaan (1963). Akibatnya, mereka diintimidasi dan sebagian kehilangan pekerjaan. Goenawan muda memutuskan mencari beasiswa ke Eropa.

Ketika GM kembali ke Indonesia, situasi telah berbalik. Di bawah Presiden Jenderal Soeharto, PKI dihancurkan dan anggotanya diania—tanpa memberi kesempatan untuk membela diri. Goenawan mendirikan majalah Tempo, dan menjadi pemimpin redaksinya. Sekalipun dulu diintimidasi, ia menampung dalam grup majalah Tempo beberapa sastrawan mantan anggota Lekra yang telah dibebaskan dari tahanan politik, suatu hal yang sebetulnya dilarang oleh rezim militer ketika itu.

Goenawan tidak menunjukkan dendam apapun pada PKI atau Lekra, dan tidak menentang pemberian hadiah Magsaysay pada Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang merupakan tokoh Lekra. GM termasuk salah satu tokoh seni yang diminta gubernur Jakarta Ali Sadikin untuk mendirikan Taman Ismail Marzuki (1968).

Tak hanya menyampaikan pandangan kritis atas buku Membaca Goenawan Muhamad (2022), Arif juga menganggap bahwa tulisan-tulisan GM sangat transformatif. Menurutnya, tak banyak penulis Indonesia yang memiliki kemampuan semacam ini. “Selain GM, yang tulisan-tulisannya terdapat banyak sayap, Nirwan Dewanto juga demikian,” katanya.

Dan saat menjawab pertanyaan ada tidaknya pemikiran GM tentang filsafat Nusantara dari salah satu peserta diskusi, Arif mengatakan, “setahu saya, GM hanya membahas filsafat Barat”. Dia mengaku kurang tahu dan tidak menemukan pemikiran GM yang membahas filsafat Nusantara dalam konteks filsafat yang ketat. “Namun, dalam konteks filsafat yang longgar, GM pernah membahas misalnya Gatoloco,” tambahnya.

Sebelum mengakhiri diskusi, Alif Iman sebagai moderator memberikan pertanyaan terakhir kepada Arif tentang relevansi Goenawan Mohamad. Dengan sedikit tertawa Arif menjawab, “relevansi GM terletak pada stailis tulisannya. GM seolah tidak mau mengerangkeng tulisannya dengan definisi-definisi. Beliau mengajak setiap orang untuk terus berpikir”.

Diskusi tentang sosok penulis “Catatan Pinggir”—esai pendek khas GM di majalah Tempo, yang sangat berpengaruh pada generasi intelektual sesudah dirinya—, pendiri Yayasan Lontar (1987), Teater Utan Kayu—lalu disebut Komunitas Utan Kayu—sekitar tahun 1996, Komunitas Salihara (2008) itu, juga dihadiri Oka Rusmini, sastrawan cum wartawan, dan I Made Sujaya, wartawan, sastrawan, dosen, dan pengelola balisaja.com.[T]

Mewujudkan “Bali International Book Fair”: Tidak Mudah, tapi Bali Punya Modal Kuat
Tiga Sastrawan Berbagi Proses Kreatif: Platform Menulis Makin Beragam, Tapi Tetap Kontrol Diri
Animasi dan Kartun, Peluang dan Tantangannya
Menduniakan Sastra Indonesia, Pemerintah Bisa Tiru Korea
Tags: bedah bukuBukuFestival Seni Bali JaniFestival Seni Bali Jani 2023Goenawan Mohamad
Previous Post

“Gelora Cerita Kita’’ dalam Parade Monolog yang Mengesankan

Next Post

“Nguber Berita ka Nusa”, Drama Teater Persembahan Wartawan Budaya

Jaswanto

Jaswanto

Editor/Wartawan tatkala.co

Next Post
“Nguber Berita ka Nusa”, Drama Teater Persembahan Wartawan Budaya

“Nguber Berita ka Nusa”, Drama Teater Persembahan Wartawan Budaya

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tembakau, Kian Dilarang Kian Memukau

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 31, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

PARA pembaca yang budiman, tanggal 31 Mei adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Tujuan utama dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan...

Read more

Melahirkan Guru, Melahirkan Peradaban: Catatan di Masa Kolonial

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 30, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

Prolog Melalui pendidikan, seseorang berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Pendidikan menjadi sarana untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan bahkan sikap...

Read more

Menjawab Stigmatisasi Masa Aksi Kurang Baca

by Mansurni Abadi
May 30, 2025
0
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

SEBELUM memulai pembahasan lebih jauh, marilah kita sejenak mencurahkan doa sembari mengenang kembali rangkaian kebiadaban yang terjadi pada masa-masa Reformasi,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Perayaan Penuh Kelezatan di Ubud Food Festival 2025

MEMASUKI tahun ke-10 penyelenggaraannya, Ubud Food Festival (UFF) 2025 kembali hadir dengan semarak yang lebih kaya dari sebelumnya. Perayaan kuliner...

by Dede Putra Wiguna
May 31, 2025
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co