ALDI TAHER menjadi sebuah fenomena besar. Hmm, sepertinya nggak kalah dengan Coldplay yang juga banyak dibicarakan di Indonesia. Sosok yang sempat viral karena berhasil membuat pusing KPU karena nyaleg di dua partai politik ini tentu bisa saja dianggap sebagai bumbu-bumbu dalam demokrasi Indonesia yang memang sudah terasa panasnya.
Tapi secara tidak langsung, hadirnya Aldi Taher di kancah politik menjadi sebuah otokritik bagi kehidupan politik Indonesia. Bagaimana tidak, fenomena ini tentu menyudutkan partai politik sebagai institusi yang berwenang untuk mengajukan calon-calon wakil rakyat yang akan duduk di kursi legislatif.
“Bingung”nya Aldi Taher juga sempat memancing gelak tawa, bahkan menjadi bahan guyonan di warung kopi. Tapi apabila kita mau untuk benar-benar merenung, maka bisa saja kebingungan yang dialami Aldi Taher juga dialami oleh caleg-caleg lainnya. Bingung dengan tugasnya, mencari modal di mana, sampai bingung program apa yang harus ditawarkan kepada rakyat, sepertinya juga dialami oleh caleg lainnya.
Ya, tapi mungkin saja hanya Aldi Taher yang berani jujur di hadapan rakyat Indonesia—tentu dengan segala konsekuensi yang harus ia tanggung.
Tapi alih-alih konsekuensi yang mendatangkan kerugian, Aldi Taher justru mendapatkan keuntungan yang begitu besar dari kontroversinya. Undangan podcast, hingga wawancara di televisi ia terima dengan kejujurannya. Bahkan hebatnya Aldi Taher, ia berhasil memanfaatkan momentum ini untuk menyelenggarakan konser dengan tajuk “Foreplay” sebagai bentuk penghormatannya kepada Coldplay, band asal London, Inggris, yang akan mengadakan konser di bulan November mendatang.
Dan lebih gila lagi, Aldi Taher berhasil menjual tiket seharga Rp. 100 juta. Gila nggak tuh?
Aldi Taher yang Asik Berselancar
Sadar atau tidak sadar, Aldi Taher sedang menggunakan satu strategi yang bernama Riding The Wave Marketing. Strategi yang juga dikenal sebagai strategi menunggang gelombang diibaratkan sebagai seorang peselancar yang memanfaatkan ombak untuk mencapai tujuan.
Jadi, semakin besar ombak yang datang, maka akan semakin bagus bagi seorang peselancar. Kalau dikaitkan dalam konteks Aldi Taher, maka semakin hangat dan dibicarakan oleh masyarakat, maka hal tersebut justru menjadi kesempatan emas bagi Aldi Taher untuk mendapatkan keuntungan.
Strategi Riding The Wave sesungguhnya bukanlah konsep baru dalam dunia bisnis. Selain Aldi Taher yang kini sedang menggunakannya, banyak perusahaan yang juga sudah pernah menerapkan strategi ini. Dalam pemanfaatannya, pelaku usaha harus berpikir cepat dan strategi agar dapat mengejar momentum sebelum ombak hilang.
Kembali, jika dikaitkan dengan Aldi Taher, maka Aldi Taher bersama tim adalah pihak yang mampu berpikir cepat, dan memanfaatkan ombak yang kini sedang tinggi-tingginya. Berhasil diundang oleh podcast-podcast dengan jutaan subscriber, diundang sebagai narasumber dalam berbagai wawancara di televisi nasional, hingga menyelenggarakan konser bertajuk “Foreplay” tentu jadi bukti nyata suksesnya Aldi Taher dalam memanfaatkan gelombang yang datang.
Meski hadirnya Aldi Taher dalam kancah politik kerap kali mendatangkan gelak tawa karena menjadi guyonan, tapi di sisi lain setidaknya caleg-caleg yang bersiap untuk berkontestasi di Pemilu mendatang harus berkaca. Benarkah saya sudah yakin untuk maju menjadi wakil rakyat? Benarkah sudah tidak ada lagi kebingungan dalam diri saya?
Tidak hanya sebagai bahan untuk merefleksikan diri, nyatanya rakyat Indonesia harus belajar marketing dengan Lord Aldi Taher yang sukses bermain dengan gelombang dan kemudian secara optimal menenggak keuntungan dari momentum ini.
Selamat buat Aldi Taher, semoga fenomena ini mampu memicu pencerdasan bangsa Indonesia ke depannya. Melihat fenomena ini, bagaimana menurut kalian? [T]
- BACA esai-esai politik lainnya dari penulis TEDDY CHRISPRIMANATA PUTRA