DI ANTARA keriuhan karyawan Studio Pagi Motley yang mencelup kain pada pewarna alami siang itu, terlihat seorang bapak paruh baya sedang sibuk dengan kuas, cat, dan kain berwarna putih yang penuh dengan sketsa.
Sekadar informasi, Pagi Motley merupakan sebuah brand yang bergerak di bidang pengolahan dan pencelupan kain pewarna alami yang dikembangkan serta dikelola pemuda Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Namanya Andika Putra. Sejak berpuluh-puluh tahun lalu ia berkutat dengan pewarna alami di Bali Selatan bersama sang kakak. Dan kini ia mengembangkannya di Bali Utara.
Kain-kain dari pewarna alami itu pun terlihat apik, kalem, dan elegan. Warnanya memang tidak terlalu mencolok. Sebab karakter warna alam tidak seperti cat buatan pabrik dari bahan kimia. Dan jangan salah, meski warna yang dihasilkan tak mencolok, kain-kain produk Pagi Motley sudah melanglang buana ke luar negeri.
Kendati demikian, Andika mengaku tak berpuas diri. Ia terus berinovasi hingga terobsesi untuk mengembangkan hal lain dari pewarna alam itu. Dan ya, seperti kameo lama “usaha tidak akan menghianati hasil”, Andika mendapat ide untuk mencoba membuat karya seni lukis di atas kain. Lalu ia meminta sang paman Nyoman Saptala Mandala—seorang bapak paruh baya yang disebut di awal—untuk menjadi pelukisnya.
“Saya coba untuk melukis, minta paman untuk membuat ternyata jadi,” ujar Andika saat ditemui di Studio Pagi Motley, Senin (12/6/2023) siang.
Nyoman Saptala Mandala saat melukis dengan tema “Pasar” / Foto: Dok. Dian
Proses pembuatan yang lama
Lukisan dari warna alam itu menghasilkan karya seni yang menakjubkan. Dua lukisan wayang terpampang dalam Studio Pagi Motley. Jika dilihat secara teliti warnanya pun tidak biasa. Cat dari warna alam itu terkesan memberi nuansa kuno dan klasik. Sebab warnanya yang tidak mencolok seperti cat lukis biasanya.
Untuk menghasilkan satu lukisan di atas kain, tentu membutuhkan proses yang tak gampang. Misalnya saat mencampur cat, proses ini membutuhkan ketelitian dan takaran yang pas agar cat tidak terlalu cair atau terlalu kental. “Kalau terlalu cair catnya nanti bisa blobor. Kalau terlalu kental bisa menggumpal. Susah untuk digores ke kain,” ujar Nyoman Saptala.
Lukisan kain karya Nyoman Saptala Mandala / Foto: Dok. Dian
Dan siapa sangka, alih-alih menggunakan kuas yang bagus dan baru, Saptala malah enjoy saja menggunakan kuas bekas butut yang serabutnya nyaris habis. “Kalau melukis ini enaknya pakai kuas yang sudah habis, yang sudah pogol. Lebih enak menggoresnya. Kadang pakai bambu juga,” terangnya.
Pantas saja, saat melukis dengan tema Pasar, Saptala terlihat menggunakan kuas yang sudah butut. Di sampingnya terdapat kuas lain yang juga butut serta beberapa potong bambu dan toples-toples kecil di dekatnya berisi serbuk cat yang digunakan untuk melukis.
Dengan sabar Saptala menggoreskan cat itu pada media kain. Pengulangan terlihat beberapa kali pada objek lukisnya.
Tidak sulit memang untuk melukis dengan cat dari pewarna alam. Yang sulit adalah mendapatkan serbuk cat. Proses mendapatkannya cukup lama. Untuk mendapatkannya, bahan-bahan yang akan digunakan direbus terlebih dahulu hingga mengeluarkan warna.
Setelah itu, air pewarna alam ditampung pada sebuah kain. Air tersebut kemudian dijemur di bawah terik matahari. Saat mengering air telah menyusut. Kemudian kain itu dikerik hingga mendapatkan bubuk dari air tersebut.
“Prosesnya sama seperti orang membuat garam. Jadi untuk mendapatkan serbuk itu lama prosesnya. 1 liter air hanya mendapatkan sedikit serbuk,” jelas Saptala masih sambil melukis.
Lukisan kain karya Nyoman Saptala Mandala / Foto: Dok. Dian
Hingga saat ini, kain-kain lukis dari pewarna alam ini diakui Andika Putra diminati konsumen luar negeri. Karya seni yang dibuat oleh pamannya itu telah terbang pula ke New York. Harganya pun tidak murah mengingat proses pembuatannya memakan waktu hingga satu bulan. Mulai dari membuat serbuk warna hingga lukisan selesai.
“Harganya Rp 10 juta ke atas. Ini bagus juga untuk dibuat baju. Tapi sayang, lebih baik digunakan untuk pajangan. Mereka yang membeli lebih banyak untuk pajangan,” tutupnya.[T]