BALI, tempat di mana seni bertumbuh dan berkembang, pulau kecil dengan berbagai keindahan, beragam budaya dan beribu misteri yang tak mungkin bisa dijamah hanya dengan satu kali kunjungan.
Pulau yang menjadi buah bibir wisatawan manca negara maupun lokal—mereka mengenal Bali dengan berabagai julukan, baik itu Pulau Seribu Pura, Pulau Dewata, Pulau Cinta, Pulau Surga, The Morning of The World, dan masih banyak lagi. Saya rasa Bali memang layak mengantongi julukan-julukan tersebut.
Dengan berbagai keindahan yang dimiliki Pulau Bali—baik dari segi penduduknya yang dikenal akan keramahannya yang tiada banding, alamnya yang asri, budaya dan keseniannya yang penuh misteri (magus)—tentunya akan melahirkan kerinduan mendalam bagi siapapun yang pernah mengunjunginya.
Oleh karena itu, bagi teman-teman wisatawan, ataupun para rantauan yang sudah lama meninggalkan Bali—yang tentunya rindu akan euphoria apapun yang dimiliki Bali—, film berikut ini barangkali cocok dijadikan sekadar penawar rindu. Berikut tiga film yang berlatar tentang Bali.
From London to Bali
Film ini merupakan film layar lebar yang dirilis pertama kali pada bulan Februari 2017 dan di sutradarai oleh Angling Sagaran, yang juga merupakan penulis dari naskah film tersebut.
Film ini dibintangi oleh artis ternama Indonesia, di antaranya: Ricky Harun (Lukman), Jessica Mila (Dewi) dan Nikita willy (Putu).
Film yang bergendre romantis-komedi ini menceritakan tentang bagaimana perjuangan seorang lelaki Sunda (Lukman) yang sangat mencintai kekasihnya.
Karena cintanya tersebut ia rela merantau ke Bali untuk bekerja supaya nantinya bisa mengunjungi sang kekasih yang menuntut ilmu di Negara yang dikenal akan kemajuan industrinya, London.
Salah satu adegan dalam film From London to Bali / Foto: Tangkapan layar
Namun, sang kekasih malah menghianatinya. Hingga dia bertemu dengan perempuan Bali bernama Putu Tiara Wati. Film ini mengajarkan tentang cinta, kesetiaan, penyesalan dan pilihan serta karma.
Ketika syuting di bali, banyak sekali keindahan dan kebudayaan yang bisa kita tonton untuk sekadar pelipur kerinduan akan pulau surga tersebut. Beberapa adegan diambil di Kuta, Desa Penglipuran, dan Tegalalang, yang merupakan tempat wisata tersohor di Bali.
Selain tempat wisata, film tersebut juga menampilkan bagaimana medoknya logat Bali yang dibawakan oleh Nikita Willy, dan juga jaitan maupun tarian khas Bali yang menjadi budaya Bali. Tak lupa juga—dalam film tersebut—ditampilkan keramahan masyarakat Bali.
Eat Pray Love
Film kedua yang menjadikan Bali sebagai latar dari beberapa adegan dalam ceritanya adalah film Eat Pray Love, yang disutradarai oleh Ryan Murphy.
Film ini diambil dari kisah nyata, dirilis pertama kali pada tahun 2010. Pemeran utama dalam film ini adalah Julia Roberts. Selain itu, film ini juga dibintangi oleh artis Hollywood yaitu James France, Viola Davis, dan Javier Bardem, serta Christine Hakim—yang merupakan artis ternama di Indonesia.
Dalam film tersebut, Julia Roberts (Elizabeth), digambarkan sebagai sosok perempuan sempurna—karena ia memiliki segalanya, rumah yang mewah, karir yang bagus sebagai penulis terkenal, harta yang berlimpah.
Namun, di balik kesempurnaan tersebut, tersembunyi kekurangannya, yakni kegagalannya akan cinta. Karena suatu masalah dia terpaksa berpisah dengan suaminya, hal itu membuat hidupnya amat terpuruk. Kejadian tersebut juga menjadi titik awal dia memberanikan diri untuk menjelajah dunia luar (Italia, India dan Indonesia, tepatnya Bali).
Salah satu adegan dalam film Eat Pray Love / Foto: Tangkapan layar
Dalam perjalanannya dia menemukan banyak pelajaran yang berangsur-angsur memulihkan luka dan bangkit dari keterpurukan. Italia mengajarkan dia tentang nikmat makanan yang tiada tara untuk terus mensyukuri hidup.
Selanjutnya India, tempat dia mencari ketenangan dan Tuhan hingga akhirnya menemukan bahwa Tuhan ada di dalam dirinya.
Dan yang terakhir yaitu Bali, tempat di mana dia kembali menemukan cinta. Dia menemukan arti cinta yang sebenarnya dari pengalaman hidup seorang lelaki bernama Wayan, seorang dokter jalanan sekaligus single parent.
Dalam film tersebut, juga menampilkan banyak objek wisata Bali seperti Ubud Monkey Forest, Panta Jasri, Pantai Padang-Padang, Lava Tumuli Batur, Tepi Danau Batur, Pantai Bebali, Banjar Bentuyung, Sawah Tegalalang, Pasar Seni Ubud, dan masih banyak lagi yang merupakan tempat wisata di Bali.
Selain tempat wisata, did alamnya juga terdapat budaya, ritual dan kepercayaan orang Bali dengan mempersembahkan Banten di tempat-tempat tertentu yang menjadi ungkapan rasa syukur orang Bali kepada Tuhan. Tidak lupa juga keramahan orang bali dalam menerima dan menolong orang asing.
A Perfect Fit
A Perfect Fit adalah film romantis yang sangat kental akan budaya Bali. Film ini disutradarai oleh Daeng Ratu, berdasarkan naskah yang ditulis oleh Garin Nugroho dan secara global ditayangkan di Netflix pada bulan Juli 2021.
Film yang berlatarkan keindahan dan kekayaan akan budaya Bali ini, diperankan oleh Nadya Arina dan Reval Hady.
Dalam film ini, Nadya Arina (Saski) digambarkan sebagai perempuan modern (Fashion Blogger) yang dijodohkan dengan bangsawan Bali.
Ketika ia pergi mengunjungi suatu tempat, secara tidak sengaja dia diramal untuk pergi ke sebuah toko sepatu, yang mana toko tersebut dimiliki oleh Rio. Pertemuan mereka menjadi awal perjalanan romantis, hingga berbagai halangan dalam menyatukan budaya tradisional dan modern yang menjadi tantangan terberat mereka untuk bersama.
Salah satu adegan dalam film A Perfect Fit / Foto: Tangkapan layar
Dalam film ini, settingnya sangat kental dengan budaya Bali, di dalamnya banyak terdapat budaya, wisata bahkan kuliner Bali. Seperti misalnya budaya pencocokan weton (sifat berdasarkan kelahiran Bali) yang harus dilakukan oleh ahli lontar Bali dan juga pencarian dewase (hari baik) dalam melangsungkan pernikahan.
Tradisi Mepantigan di Banjar Tubuh, Kecamatan Batubulan, Kabupaten Gianyar, dan dilakukan pada kubangan lumpur. Gamelan atau Beleganjur dan kidung suci, yang merupakan musik tradisi Bali untuk mengiringi upacara adat Bali.
Ada pula tradisi bondres, yang merupakan pertunjukan topeng disertai dengan lawakan khas Bali. Selain itu, ditampilkan juga upacara melukat (penyucian lahir batin dengan media air). Dan masih banyak lagi budaya yang bisa kita temui tentang Bali dari film ini.
Selain kebudayaan, film ini juga menyorot tempat wisata seperti Pantai Melasti, Jalan Dewi Sigi, Jalan Gootama, Desa Jatiluwih, Desa Tenganan dan masih banyak lagi. Serta yang terakhir, tak lupa menampilkan salah satu makanan khas Bali, yaitu Jukut Ares, makanan yang terbuat dari batang pisang muda yang dibumbui dengan basa genep dan dicampur dengan daging (sapi, ayam atau babi).
Nah, itulah film berlatar Bali yang bisa teman-teman tonton untuk mengobati kerinduan akan Bali, atau mungkin untuk menambah wawasan tentang Bali, baik dari budaya, adat, misteri, kepercayaan, hingga sifat orang Bali. Selamat menonton![T]