TEPAT SATU BULAN karya Krtaning Panerajon sudah berlalu. Memorinya masih jelas teringat sampai saat ini.
Krtaning Panerajon adalah Fragmentari Kolosal Duta Kecamatan Kintamani untuk memeriahkan pawai HUT ke-819 Kota Bangli, pada 21 Mei 2023 di depan Alun-alun Kota Bangli.
Sebulan sudah berlalu. Saya ingat. Penari meliukkan tubuhnya, penabuh memainkan gamelannya, tim properti atau bahkan ibu-ibu penyedia kopi dan nasi yang sibuk sambil menonton. Tak luput dari perhatian bagaimana para pejabat berdiri menghidupkan layar kamera saat adegan tajen dimulai.
Kenangan yang tidak luput dari ingatan, ya proses latihannya. Latihan di tempat dingin, tentu menantang, tapi menjadi hangat karena bisa menikmati bakso hangat di sela-sela latihan di tengah suhu dingin dan kabut tebal Kintamani. Saya menikmatinya bersama Pak Camat sembari bercerita. Begini ceritanya;
Berkarya Berani Berbeda
Kintamani selalu dikenal dengan tokoh Jaya Pangus, bahkan kisahnya sudah menghiasi panggung-panggung besar yang mendunia. seakan kisah ini menjadi ikon Kintamani, dan Kabupaten Bangli secara umum.
Apakah tidak ada peradaban yang lain? Jelas ada.
Kisah Kumpi Mrdaya yang membangun Pasanggrahan di Bukit Cintamani yang dibantu oleh 3 orang biksu bernama Siwa Kang Sita, Siwa Nirmala dan Siwa Pradnya. Sumber ceritanya adalah Prasasti Sukawana A1, sebuah prasasti yang terkenal di kalangan peneliti Balai Arkeologi ataupun para peneliti kajian Bali.
Saya melihat bahwa jauh sebelum Jaya Pangus Berjaya, sudah ada sosok Kumpi Mrdaya yang membuat peradaban bersama biksu yang diyakini itu orang Cina.
Sambil menyeruput kuah bakso, dengan lugas saya mengatakan bahwa kisah Kumpi Mrdaya dalam garapan ini memang berbeda, menjadi antitesi tentang Jaya Pangus, tetapi melalui karya ini semakin meneguhkan jati diri Kintamani dengan peradaban tinggi terutama pada bidang pertanian dan perniagaan. Melalui kisah inipun kita dapat mengetahui peran Ratu Daha Tua.
Menurut Jro Mangku Sabaraka dalam wawancara saya di kediamannya (Sukawana), Ratu Daha Tua dipuja (sekarang) di Pura Pucak Penulisan sebagai simbolisasi sakti pemberi kesuburan.
Jro Mangku Sabaraka juga megatakan bahwa Bukit Panarajon ini dikelilingi oleh sumber air yang tersebar di desa-desa di bawahnya, di barat ada Pahbina di Desa Catur, utara ada sumber air Kutuh dan Julah, di timur ada ada sumber air besar di Desa Les, di selatan ada di Desa Kuum. (14 April 2023).
Akhirnya peradaban besar itu dvisualisasikan kedalam garapan besar yang digarap oleh 11 orang seniman asli Kintamani.
Bahkan penari, penabuh, tata proerti dan kostumnya adalah sumber daya Kintamani. Ini adalah langkah yang tentu berbeda dari pola sebelumnya, namun perbedaan pola ini saya yakin menghasilkan karya yang tidak sekedar berbeda.
Hal ini dibuktikan dengan kemasan visual karya yang eskloratif, dan kreatif dengan memanfaatkan kekuatan garap parade yang bertumpu pada kedinamisan sebuah karya, kekuatan musikalitas dengan karakter maskulinitas sebagai identitas kesenian Kintamani yang khas.
Mengulik Lebih Dalam Demi Makna
Sejenak saya berhenti menyeruput kuah bakso, karena penting untuk disampaikan bahwa:
Pertama, Kintamani memiliki sumber daya kesenian yang unggul. Jika keunggulan itu diberdayagunakan dengan tepat, maka akan menghasilkan karya yang berkualitas. Bukti nyatanya tentu karya Krtaning Panerajon ini sebagai tanda bahwa Kintamani memiliki ekosistem berkesenian yang terus tumbuh dan bergerak maju.
Para seniman penggarap Krtating Panerajon sedang berpose | Foto: Dok Ardiyasa
Karya ini digarap dengan upaya menyampaikan pesan peradaban kesenian di Kintamani melahirkan senman-seniman muda yang memberikan sentuhan inovasi (kebaharuan) bahwa Pegunungan Kintamani khususnya di Sukawana memiliki peradaban sebagai pusat kehidupan dengan sumber-sumber mata airnya dan perniagaan dengan pasar Singa Mandawanya.
Kedua, khazanah peradaban Bali Kuno yang ada di Kintamani itu harus diaktualisasikan ke dalam berbagai media, salah satunya seni pertunjukan. Karena, masyarakat umum, khususnya generasi muda membutuhkan sentuhan dan pendekatan yang berbeda, membicarakan konteks sejarah dengan peradaban tinggi perlu disederhanakan.
Seperti garapan Krtaning, melalui proses berkesenian, penari, penabuh dan emua tim yang terlibat akan mengetahui langsung ceirta dalam garapannya, termasuk pemaknaan di dalamnya.
Bagi saya, melalui pertunjuan Krtating Panerajon ini. pasti akan lahir karya-karya lain yang tidak hanya bertumpu pada satu isah yang popular saja, tetapi akan lahir karya-karya dengan latar kisah identitas kedaerahan yang kaya dengan makna.
Tanpa Meninggalkan Jati Diri
Menurut Maria Tri Sulistiani (2016) karya yang berkualitas itu akan hadir apabila dikerjakan dengan tulus dari hati. Sedangkan Sal Murgiyanto (2015) menyebutkan bahwa mencipta itu adalah berani berbeda demi makna, tanpa meningkalkan jati diri.
Saya sepakat dengan kedua pendapat itu, bahwa karya Krtaning Panerajon dengan setulus hari digarap dan dipersembahkan untuk masyarakat Kintamani. Tidak hanya dari sisi ceritanya, jati diri kesenian Kintamani yang maskulin ditonjolkan dalam garapan-garapan tari dan musikalnya.
Konsep rerejangan dan bebarisan adalah identias yang menjadi nafas kepenariannya, sedangkan gong gede adalah nafas musikalnya. Kisahnya dikemas sedemikian rupa dengan pendekatan Kawi Dalang yang berusaha untuk membuat kemasan estetika, namun jika dalam prosesnya terdapat kesamaan penamaan, itu sepenuhnya adalah kawi carita.
Saat latihan tiba, saya selalu ingin melihat perkembangan kesenian identitas yang menjadi embrio itu tumbuh ke dalam kesenian modern yang kami sepakati sebagai fragmentari. Bahkan perjalanan Buleleng-Kintamani yang saya lalui setiap latihan pun tidak pernah menyurutkan semangat.
Jati diri sebagai warga Kintamanipun selalu membakar api semangat untuk menunjukkan kisah-kisah besar peradaban Kintamani, Untuk menunjukan bahwa ekositem kesenian Kintamani layak untuk diperhitungkan.
Terkahir, ada hal penting yang ingin saya sampaikan, namun bakso yang saya santap ternyata sudah habis, tak mantap kalau bercerita di Kintamani itu tanpa sesuatu yang hangat-hangat. Jadi saya lanjutkan ceritanya di lain waktu.
Terimakasih. Wayang kembali masuk ke keropak. Tancep Kayonan. [T]