INTERNET DALAM DEKADE belakangan ini menjadi kebutuhan banyak orang terutama di era dan paska pandemik COVID-19. Internet dapat digunakan sebagai sarana yang dapat membantu dalam pekerjaan sehari-hari, seperti untuk berkomunikasi, belajar, bekerja dan juga untuk menjalankan bisnis yang menghasilkan uang.
Melihat fungsi internet yang membantu hampir sebagian besar kehidupan manusia, menjadikan internet semakin banyak digunakan sehingga merupakan hal yang silit dibayangkan jika saat ini seseorang tanpa meggunakan internet.
Pengguna internet di dunia saat ini mencapai 3,3 milyar orang, dengan komposisi sebanyak 46,4% populasi dari seluruh penduduk dunia.
Data pengguna internet di Indonesia tahun 2020 mencapai 196,7 juta jiwa atau setara 73,7% dari total jumlah penduduk. Pada masa pandemik COVID-19 terjadi perubahan peningkatan pengguna internet yang sangat signifikan karena aktifitas lebih banyak diarahkan lebih banyak dikerjakan dari rumah (Kominfo, 2020).
Data di atas menunjukkan bahwa semakin banyaknya pengguna internet di seluruh dunia termasuk di Indonesia oleh karena internet telah menjadi kebutuhan manusia terutama masa pandemic COVID-19 ini, namun penggunaan internet yang berlebihan dan tidak terkontrol dapat memiliki dampak buruk salah satunya menyebabkan seseorang menjadi kecanduan terhadap internet.
Kecanduan internet atau sering disebut dengan adiksi internet merupakan masalah baru di bidang kedokteran jiwa yang berhubungan dengan efek negatif dari penggunaan internet ini. Peningkatan jumlah pengguna internet, tentunya akan berdampak terhadap meningkatnya kejadian kecanduan internet atau adiksi internet.
Adiksi internet merupakan masalah baru yang muncul dari penggunaan internet yang berlebihan dan tidak terkontrol, di mana ini menjadi masalah yang memerlukan penanganan yang segera untuk mengatasi dampak buruk yang ditimbulkannya.
Dari bebagai penelitian diseluruh dunia angka kecanduan internet pad remaja meningkat hingga mencapai 25-50%, artinya dalam 4 remaja berisiko ada satu-dua orang yang mengalami adiksi internet.
Ada 4 komponen gejala utama seseorang mengalami adiksi internet, yaitu:
Pertama, kehilangan kontrol dalam menggunakan internet dan terus berpikir untuk mencari internet.
Kedua, adanya gejala toleransi yaitu penggunaan internet yang semakin hari semakin meningkat.
Ketiga, gejala gangguan emosi, cemas, marah, sedih, gangguan tidur dll jika tidak mendapatkan internet (withdrawl).
Keempat, terganggunya fungsi sehari-hari seperti gangguan belajar, sering bolos, mencuri dan gangguan komunikasi sosial.
Dan, inilah jenis-jenis adiksi internet itu:
Adiksi Game
Adiksi Game adalah bentuk adiksi internet yang terjadi akibat penggunaan video game baik online atau offline yang tidak terkontrol. Dari sisi jenis kelamin, laki-laki lebih banyak mengalami adiksi game dibandingkan wanita. Sebagian besar adiksi game dilakukan secara online, di mana pelaku game tersebut dapat berkomunikasi antar sesamanya secara real-time.
Adiksi Jejaring Sosial
Adiksi Jejaring Sosial adalah bentuk adiksi internet yang terjadi akibat penggunaan jejering sosial media secara tidak terkontrol. Dari sisi jenis kelamin, wanita lebih banyak didapatkan adiksi jejaring sosial dibandingkan laki-laki. Sama dengan adiksi game, di mana seseorang yang mengalami adiksi jejaring sosial menunjukkan jati dirinya yang paling ideal untuk mereka dapat berkomunikasi dan menerima komentar dengan pembacanya. Kondisi ini lebih memudahkan untuk orang yang introvert mencari teman dan dapat menampilkan jati dirinya
Adiksi Belanja Online
Adiksi Belanja Online adalah bentuk adiksi internet yang terjadi dengan perilaku yang tidak terkontrol untuk belanja secara online, di mana produk yang dibeli belum tentu diperlukan. Sebagian besar perilaku belanja online ini dimotivasi oleh karena mendapatkan hadiah. Mereka kehilangan kontrol perilaku belanja dan memiliki pikiran preokupasi dengan penawaran spesial dan tanpa menghiraukan konsekuensi negatif yang ditimbulkannya dari belanja online tersebut. Risiko yang tinggi untuk belanja online ini adalah wanita, yang memiliki self-esteem yang rendah, impulsif dan berorientasi meterialistik.
Adiksi Pornografi Online
Adiksi Pornografi Online adalah bentuk adiksi internet yang terjadi akibat meninton film porno secara online yang tidak dapat terkontrol. Laki-laki didapatkan memiliki risiko tinggi untuk mengalami adiksi ini. Penderita adiksi pornografi ini biasanya sering disertai dengan masturbasi, sebagai bentuk baru dari perilaku seksual yang ada pada remaja fase awal. Sebagian remaja yang menunjukkan kesulitan kontrol perilaku online pada konten porno ini tidak dapat belajar bagaimana mengontrol hubungan relasional yang intim dan pengalaman kepuasan seksual pada kehidupan yang nyata dengan pasangannya.
Adiksi Judi Online
Adiksi judi online adalah salah satu bentuk adiksi internet yang baru ketika jumlah penggunaan internet semakin meningkat. Adiksi judi online menawarkan berbagai macam permainan yang menawarkan hadiah yang cepat. Penggunaan uang virtual dapat mempermudah untuk melakukan pembayaran dan dapat terjadi kehilangan uang akibat judi online ini.
Faktor penyebab seseorang menjadi adiksi internet:
Faktor Sosial
Faktor Sosial yang berasal dari adanya kesulitan interpersonal seperti seseorang yang memiliki sifat introvert atau masalah interaksi social sehingga mereka lebih memilih untuk menyendiri.
Orang yang introvert gagal untuk berkomunikasi face-to-face di lingkungan nyatanya, sehingga internet menjadi tempat utama dalam mereka berinteraksi.
Buruknya komunikasi interpersonal ini juga dapat mengakibatkan rendahnya rasa percaya diri (self-esteem), perasaan terisolasi dan membuat masalah baru di dalam kehidupannya seperti masalah dalam bekerja kelompok, maju presentasi atau keterlibatan sosial.
Faktor Psikologis
Faktor Psikologis yaitu adiksi internet dapat didahului adanya gangguan psikologis sebelumnya seperti depresi, cemas, gangguan obsesif-kompulsif atau penyalahgunaan obat (komorbid).
Selain itu, sapat pula terjadi tanpa adanya gangguan psikologis sebelumnya yang sering disebut dengan New adiksi internet yang lebih berfokus pada aktivitas online (seperti online untuk urusan spesifik, chat room, mengirim pesan, game, berjudi online dll.
Faktor Biologi
Faktor Biologi yang berkaitan dengan adanya perubahan struktur pada daerah kortek frontal otak manusia yang diakibatkan oleh adiksi internet.
Penemuan ini menandakan bahwa adiksi internet berhubungan dengan adanya gangguan fungsi otak yang melibatkan sistem dopaminergik pada otak yang menyebabkan peningkatan motivasi dan kehilangan kontrol perilaku terhadap penggunaan internet.
Deteksi dini adanya kecandun internet pada remaja dapat dilakukan dengan mudah menggunakan kuisioner Intertenet Addiction Test (IAT) versi Bahasa Indonesia yang sudah di validasi oleh penulis. Hasil test ini bersifat obyektif yang dapat mengkategorikan adanya kecanduan internet derajat ringan, sedang hingga berat.
Hasil test ini bukan sebagai diagnosis tetapi jika ada hasil test yang tinggi skornya dan mengarah kekecanduan internet dapat dikonsultasikan ke Psikiater terdekat.
Semakin awal deteksi adanya kecanduan internet pada anak remaja kita maka penanganan juga akan semakin cepat dapat dilakukan sehingga gejala kecanduan tidak bertambah berat dan proses pemulihanpun dapat lebih besar tercapainya. [T]
- Artikel ini disiarkan atas kerjasama tatkala.co dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) CabangDenpasar