MENGEMUKANYA SALAH SATU pesohor negeri, Aldi Taher yang kedapatan “nyaleg” lewat dua partai politik berbeda, juga di kamar kontestasi yang berbeda pula sedikit tidaknya menghebohkan publik, sekaligus membikin pusing KPU. Aldi Taher diketahui telah dicalonkan menjadi bakal calon legislatif (bacaleg) DPRD DKI Jakarta oleh Partai Bulan Bintang (PBB).
Namun, belakangan nama Aldi Taher juga didaftarkan sebagai bacaleg DPR RI lewat Partai Perindo. Sebagai penyelenggara, KPU kemudian meminta Aldi Taher untuk sesegera mungkin memutuskan lewat partai mana, dan mau berkontestasi di kamar mana dirinya akan maju. Ini pesan buat Aldi Taher—yuk bisa yuk segera pilih, jangan bikin pusing kita semua!
Fenomena Aldi Taher yang terjun ke dunia politik bukanlah hal baru. Sebelumnya, rekan-rekan artisnya pun telah lebih dulu merasakan indahnya dunia politik. Sebut saja Eko Hendro Purnomo atau lebih beken dikenal Eko Patrio berhasil duduk di Senayan, bahkan saat ini dipercaya sebagai Ketua DPW PAN DKI Jakarta.
Selanjutnya Rieke Diah Pitaloka atau lebih dikenal dengan nama Oneng ‘Bajaj Bajuri’ dari PDIP. Juga ada Dede Yusuf Macan Effendi yang sukses dilantik jadi anggota DPR RI lewat Partai Demokrat.
Hm, bisa dibilang hadirnya artis di dunia politik adalah garam yang harus ada setiap memasak sayuran. Kalau kata Mbak Inul Daratista, tanpa artis dalam politik itu ibarat sayur tanpa garam—kurang enak dan kurang sedap. Hahaha.
Naa, jelang Pemilu 2024, empuknya kursi Senayan sepertinya masih memiliki daya tarik yang kuat untuk menggoda para pesohor negeri. Setelah seluruh partai politik menyerahkan bacaleg ke KPU pada Minggu, 14 Mei 2023, tercatat puluhan artis siap masuk ke gelanggang politik.
Siapa saja mereka? Ini dia nama-nama pesohor negeri yang siap nyaleg di Pemilu 2024:
- PDIP : Rano Karno, Rieke Diah Pitaloka, Krisdayanti, Harvey Malaiholo, Junico Siahaan, Once Mekel, Lita Zein, Marcell Siahaan, Taufik Hidayat, Denny Cagur, Tamara Geraldine, Sari Koeswoyo, Andre Hehanusia, dan Lucky Perdana.
- Gerindra : Ahmad Dhani, Melly Goeslaw, Ari Sihasale, Rachel Maryam, dan Jamal Mirdad.
- Golkar : Charles Bonas Sirait, Nurul Arifin, dan Tetty Kadi.
- PAN : Eko Patrio, Sigit Purnomo Said (Pasha Ungu), Opie Kumis, Ely Sugigi, Uya Kuya, Astrid Kuya, Desy Ratnasari, Verrel Bramasta, Primus Yustisio, dan Tom Liwafa.
- Nasdem : Reza Artamevia, Choky Sitohang, dan Anisa Bahar.
- PKS : Narji.
- Hanura : Benny Rhamdani.
- PKB : Tommy Kurniawan, Iyeth Bustami, Arzeti Bilbina, Camelia Lubis, Zora Vidyanata, dan Norman Kamaru.
- Demokrat : Dede Yusuf, Ingrid Kansil, Dina Lorenza, Emilia Contessa, dan Arumi Bachsin.
- PSI : Giring Ganesha, Badai (eks Kerispatih), Mongol.
- Perindo : Ustadz Yusuf Mansur, Prabu Revolusi, Aiman Witjaksono, Ratu Nabila, Dian Mirza, Tama S Langkun, Ferry Kurnia Riziyansyah, Zee Zee Shihab, Venna Melinda, Vicky Prasetyo, Chef Arnold, hingga Aldi Taher.
Wah, banyak ya. Utamanya PDIP dan Perindo yang mengusung belasan nama populer untuk jadi bacalegnya di Pemilu 2024. Hm, tampaknya PDIP sangat serius untuk mengejar kemenangannya yang ketiga alias “Hattrick” di pemilu mendatang.
Lantas, Perindo juga tampak cukup serius untuk sesegera mungkin lolos ke Senayan. Melihat fakta tersebut, Perindo kelihatannya berharap banyak kepada artis-artis tersebut untuk mendulang suara untuk partai yang digawangi Harry Tanoe si pengusaha sukses. melampaui Parliamentary Threshold (PT) sebesar 4 persen adalah syarat mutlak bagi partai politik duduk di Senayan. Saya menduga cara ini adalah jalan pintas bagi partai politik untuk mengantongi suara dalam pemilu.
Sekarang kita agak serius nih, menurut Ramlan Surbakti, ideologi merupakan hal terpenting bagi partai politik, setiap partai politik mesti memiliki ideologi yang berfungsi tidak hanya sebagai identitas pemersatu, tetapi juga sebagai tujuan perjuangan partai.
Namun dalam perkembangannya, partai politik modern masuk ke dalam kategori yang oleh Otto Kirchheimer diistilahkan sebagai “catch all party” atau “partai tangkap semua”. Istilah “catch all party” ini menunjuk kepada partai politik yang secara drastis mengurangi muatan ideologis mereka dalam rangka untuk memenuhi sebanyak mungkin jumlah pemilih dan kemenangan dalam pemilu.
Partai yang masuk kategori “catch all party” tidak lagi menjadikan ideologi sebagai platform dalam menentukan sikap politik. Sehingga pusat-pusat kekuasaan dan kewenangan yang tersebar, menjadikan pertimbangan rasional dalam mengambil keputusan-keputusan politik, atau dapat dikatakan bahwa partai politik seperti ini hanya mengedepankan pragmatisme semata. Jadi, sampai sini sudah agak jelas kan? Hehe.
Well, bisa dibilang kalau perekrutan pesohor negeri oleh partai politik dengan dasar pertimbangan popularitas adalah salah satu bukti bahwa partai politik hanya mengedepankan pragmatisme belaka dalam kontestasi pemilu 2024.
Popularitas yang sudah dimiliki oleh artis-artis memudahkan partai politik dalam mengenalkan diri ke tengah masyarakat. Tingginya popularitas yang dimiliki oleh artis ini kemudian memberi dampak pada tingkat keterpilihannya—juga berdampak pada suara partai politik.
Perekrutan artis yang dapat dikatakan instan tersebut juga memperlihatkan bahwa dalam proses kaderisasinya, partai politik tidak lagi berfokus pada ideologi yang dipedomani. Partai politik justru menitikberatkan pada popularitas dan kekayaan (baca: logistic).
Fakta ini kemudian menyadarkan kita semua, bahwa partai politik hari ini sedang mengalami krisis dalam menjalani fungsinya sebagai sarana dalam melakukan rekrutmen politik yang berpedoman pada ideologi. Penyebabnya sudah jelas, partai politik berlomba-lomba memperluas spektrum politiknya guna mendulang suara sebesar-besarnya.
Buat saya, artis boleh saja terjun ke dunia politik. Apalagi kalau melihat realita hari ini, tidak sedikit artis yang sukses dalam dunia penuh intrik ini. Sebenarnya rakyat harus menyoroti partai politik, karena idealnya partai politik harus teguh dengan spektrum ideologi yang dimilikinya.
Melihat fenomena ini, bagaimana pendapat Anda? [T]