BULAN MATI DI KOTA
Matahari kupuja saat malam gelap
Kuharap bisa menghalau sedihku
Upacara masih ada walau pulau ini
Semakin sesak oleh para pelancong
Kami adalah penjaga tradisi agung
Dihantam kiri-kanan dan terlempar
Wangi bunga dan dupa di pura-pura
Pertanda kami masih setia pada jalan
Seperti ponsel pintar kehabisan ruang
Kami bersiasat dengan perubahan ini
Meditasi kami berada di keramaian
Kidung dari ibu terdengar menyayat
Dengan upah minimum kami bertahan
Berbagi roti dengan orang-orang jauh
Bagaimana kami akan bertahan esok
Suara-suara tenggelam di sudut hati
Tak ada yang memperjuangkan kami
Politisi asyik dengan konten mereka
Untuk kepentingan menjelang pemilu
Kami diperlukan lalu akan dilupakan
Kami yakin ada tangan lebih berkuasa
Dialah tuhan penentu segala kemauan
2023
KETIKA KALIAN PERGI
Kumasuki lagi rumah tua kita
Suasana tidak seperti dulu lagi
Kalian tidak lagi bersama kami
Kenangan tersisa dalam benak
Aku pulang tapi kalian pergi
Lahir entah dimana saat ini
Kuasa tuhan tak kami tahu
Kami juga akan pergi nanti
Cinta kalian kami kenang
Hikmah hidup penuh arti
Petunjuk jalan rantauan
Agar tidak lupa pada diri
Banyak orang salah paham
Mengira diriku masih sakit
Berkat doa kalian semua
Pulih kembali seperti dulu
Tiga hari lagi bus menanti
Menuju kampung halaman
Kerinduan tak tertahan lagi
Kita bertemu dalam hening
Kalian melihatku dari sana
Memberi kemudahan hidup
Tangan-tangan menolongku
Itu semua bukan kebetulan
Kalian memang sudah pergi
Namun sejatinya tidak pergi
Kita percaya kelahiran kembali
Selesaikan urusan belum selesai
Tak baik hanya bisa berfilsafat
Praktik keseharian lebih penting
Hidup kalian juga pesan buatku
Mengajarkan banyak pelajaran
2023
SERENADE PAGI
Di toko modern, penyair itu memesan kopi.
Dia bangun dini hari, ingin menikmati pagi
Jalanan gelap, lampu-lampu dipadamkan.
Pengemudi memacu kencang kendaraan.
Tadi dia sempat merapikan buku-bukunya.
Hendak dijual semua untuk penuhi hidup.
Istrinya tak suka ia mencintai buku-buku
Tak mendatangkan uang tidak berguna
Dia suka kalau penyair itu banyak menulis
Perlu membaca jika ingin mewujudkan itu.
Logika sering memusuhi perasaan penyair
Membuat mereka sering berselisih paham.
Penyair itu ingin berpisah dengan istrinya
Istrinya menolak tidak mau meninggalkan
Ada yang mesti diperjuangkan selama ini
Pergi bukan jawaban yang bijaksana kini
Mereka hanya perlu memperbaiki cinta
Memahami bahwa semua akan baik saja.
Di meja ia teringat istrinya masih terlelap
Dibelinya roti coklat juga susu lalu pulang
2023
KEMU-MAI
Ada yang menyebutku kesana-kesini
Hidup berantakan tidak jelas arahnya
Itu dulu saat aku muda dan bergejolak
Skizofrenia membuat dipandang buruk
Aku hanya diam saja tidak membalas
Aku yakin suatu hari keadaan berubah
Kini terbukti omongan mereka salah
Aku bisa berkarya seperti dulu lagi
Penonton memang selalu lebih ribut
Menganggu apalagi tidak membantu
Adakalanya kita perlu bekerja keras
Percaya pada diri dan juga semesta
Mereka yang sehat akan pasti sakit
Mereka yang sakit juga akan sehat
Jadi berhati-hatilah dengan lisanmu
Agar tidak malu pada kemudian hari
Bijaksana tidak semudah perkataan
Perlu berlatih sepanjang hayat kita
2023
RUMPUT PALSU
“Tanyakan pada rumput yang bergoyang,” katamu saat
aku berpikir banyak hal yang tak bisa kau jawab semua.
Rumput alami makin sulit kutemui. Di kota ini banyak
orang menggunakan rumput palsu; hijau terhampar mirip
karpet, dibuat dari bahan sintetis, untuk estetika semata.
Anak-anak kita suka bermain pada rumput itu, sebab
mereka tak pernah tahu rumput yang asli. Taman kota
kehilangan pengunjung; hanya orang tua yang kesana.
Kamu dan aku makin terbiasa hidup pada kepalsuan
Mungkin juga cinta; hanya transaksi semata saat ini.
Ada yang tidak suka karena tak diundang pertemuan.
Kata kawanku; “berhenti menganggap diri penting!”
Dia benar, selama ini kita kerap merasa diperlukan.
Kucingku seharian tidur di bawah meja, takut saat
orang asing masuk kamar; aku jarang menerima tamu.
Tadi keponakanku datang melihatku. Kami berbincang.
Rasa cemas dikhianati membuat manusia gelisah.
Mereka melihat diri pada perlakuan orang lain.
Takut yang terlihat nyata tapi sebenarnya tiada.
“Kamu merasakannya juga?”
Ya, seperti menginjak rumput palsu di bangku toko modern.
Terlihat seperti taman, ternyata bukan. Hanya hiasan pemanis;
segar, tapi penuh kepalsuan. Sintetis. Terbuat dari plastik.
2023