BEBERAPA JAM sebelum acara dimulai pada Sabtu, 06 Mei 2023, Rumah Belajar Komunitas Mahima, Jl. Pantai Indah III No.46, Singaraja, tampak ramai. Beberapa dari mereka berbincang serius dengan duduk bergerombol, lainnya sekadar melihat buku-buku dan produk oleh-oleh dari desa yang dipamerkan.
Kerumunan itu bukan orang yang hendak main-main, melainkan panitia, tamu undangan, dan orang-orang yang sengaja hadir dalam acara pembukaan perayaan hari ulang tahun ke-7 tatkala.co—perayaan Tatkala May May May 2023—yang sekaligus dimulainya acara Sesi 1.
Sebagai salah satu perusahaan media—dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya—tatkala.co tak henti untuk terus menghadirkan inovasi bagi pembaca, penulis, maupun orang-orang yang berproses secara langsung di dalamnya.
“Tatkala.co saat ini sudah berusia 7 tahun. Kegiatannya, secara online selalu mencari jurnalisme dari masyarakat, seperti penulisan esai hingga sastra. Kemudian secara offline Tatkala.co juga mengadakan pengembangan di bidang pementasan teater, drama dan lainnya,” terang Made Adnyana Ole, Pemimpin Redaksi (Pimred) Tatkala.co, dalam sambutannya pada Sabtu, 06 Mei 2023.
Made Adnyana Ole, Pimred tatkala.co saat memberi sambutan dalam pembukaan Tatkala May May May 2023
Tahun 2023 ini, Tatkala May May May memberikan kejutan dengan berbagai kegiatan, antara lain: Pementasan, Pemutaran Film, Pameran Seni Rupa, Pameran Buku, Pameran Foto, Bazar, Cerita-cerita, Diskusi dan Pelatihan Menulis. Semua kegiatan dirangkai dalam empat sesi, dimulai tanggal 6 sampai 28 Mei.
“Untuk acara pembukaan Tatkala May May May diawali hari ini dengan penampilan tari dan puisi La La La Luh, dan ada juga pemutaran piringan hitam dari Irama Utara. Sedangkan untuk acara besok akan ada pameran seni rupa Politik Titik-Titik,” katanya.
Made Adnyana Ole menambahkan, Tatkala May May May 2023 akan berlangsung setiap akhir pekan, di hari jumat, sabtu dan minggu hingga tanggal 28 Mei. Beberapa acara tersebut, diantaranya seperti pelatihan, pementasan dan diskusi terkait fenomena-fenomena yang terjadi saat ini.
“Harapannya, semoga acara ini dapat berjalan dengan lancar hingga di akhir bulan Mei nanti,” harapnya.
Ada puisi, tarian, dan piringan hitam
Setelah perayaan hari ulang tahun dibuka oleh Pemimpin Redaksi tatkala.co, pada sesi 1, diisi dengan pementasan puisi & tari dan pemutaran piringan hitam.
Dyah Khirsna, penari muda Buleleng, berkolaborasi dengan Putu Putik Padi dan kawan-kawan—yang membacakan beberapa puisi—mementaskan “Puisi dan Tari La La La Luh”. Pementasan dimulai pukul 19.05 Wita.
Putik membacakan puisi berjudul Jika Terbawa Puting Beliung dan Di Dalam Teater karya Avianti Armand dalam buku Museum Masa Kecil. “Alasan saya memilih puisi Avianti Armand karena puisi tersebut menggambarkan imajinasi masa kecil,” tambah Putik Padi.
Sedangkan Dyah mengiringinya dengan tarian La La La Luh yang mengambil inspirasi dari semangat perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya. “Tarian ini lahir dari imajinasi saya selama belajar tari. Karena saya sebagai seorang perempuan, sudah dari dulu saya ingin menciptakan gerakan tari yang menggambarkan emansipasi perempuan,” kata Dyah, seusai pentas.
Tak hanya itu, setelah pementasan puisi dan tari selesai, acara disambung dengan “Mendengar Masa Lalu dari Piringan Hitam”—pemutaran piringan hitam bersama Komunitas Irama Utara, Singaraja.
Irama Utara merupakan bagian dari Hulutara, komunitas yang dibentuk pada awal tahun 2020 silam atas dasar keinginan yang sama, yakni menjelajah Bali Utara.
Irama Utara sedang memutar piringan hitam
“Sebenarnya, Irama Utara itu lahir dari kebosanan aja, si,” terang Yoga Pratama, anggota Hulutara, sambil bercanda.
Menurut Yoga, Irama Utara mendapatkan piringan hitam dari arsip RRI Singaraja. Begitu juga dengan ratusan kaset pita yang kini sudah jarang digunakan. Beberapa kaset pita juga ada yang diselamatkan dari perorangan yang memiliki koleksi di rumahnya. Secara sukarela benda-benda tersebut diserahkan kepada komunitas Hulutara berikut dengan alat pemutarnya.
Pada malam yang penuh kegembiraan itu, Irama Utara menyajikan musik tahun 1990an yang diputar melalui piringan hitam dan kaset pita. Dari situ kita kembali diperkenalkan dengan artis-artis lawas yang lagu-lagunya populer di masa lalu, seperti misal lagu dari Sitompul Sisters dan Mona Sitompul.
…..
“Lagu-lagu Sitompul Sister dan Mona Sitompul ini banyak diproduksi oleh Eka Sapta di Solo,” kata Yoga.
Piringan hitam diputar dengan turntable, layaknya menikmati musik Dj masa kini. Pemutaran piringan hitam dimulai pukul 20.00 Wita dan dilanjutkan dengan diskusi tentang piringan hitam, artis-artis lawan dengan lagu-lagunya yang populer di masa lalu dan konteksnya terhadap sosial-budaya saat itu. Banyak wacana tentang budaya massa, populer dan selera musik generasi ‘80an hingga generasi masa kini.[T]