ANAK-ANAK tidak akan mampu memilih orang tua seperti apa yang diinginkan. Namun, kita mampu menentukan akan menjadi orang tua seperti apa, kelak ketika memiliki anak.
Tentu, menjadi orang tua bukan hal yang mudah. Banyak pertimbangan yang harus dilakukan. Salah satunya adalah memilih pasangan yang baik.
Pasangan yang baik, akan jauh dari kata toxic. Dan pasangan yang toxic memang harus ditinggalkan. Jika masih ada yang mempertahankannya, berarti itu orang aneh, nggak waras, atau… jangan-jangan dia memang kena guna-guna. Hehe.
Ya, begitulah kata-kata yang tepat untuk mereka yang saat ini masih mempertahankan hubungan toxic relationship.
Kesempatan untuk melakukan toxic relationship biasanya lahir dari perasaan sayang yang teramat besar kepada seseorang, yang tanpa sadar akan membuat kita memaklumi hal-hal yang bahkan tidak seharusnya dilakukan. Seperti memaklumi perselingkuhan, memaklumi tindakan-tindakan kasar karena pelampiasan emosi, dan posesif yang berlebihan. Hingga aturan-aturan tidak masuk akal yang dibuat, dengan alasan saling menyayangi.
Tapi, bagi sebagian orang, toxic relationship seperti candu, bahkan banyak orang yang “belum dewasa” menganggap bahwa hubungan toxic relationship adalah hal yang menantang ketika dijalani. Padahal, tanpa disadari mereka telah mempertaruhkan masa depannya.
Seperti seorang teman saya, misalnya, yang terbiasa dikekang, dibatasi, tapi ketika tiba-tiba dia dibebaskan, justru dia merasa rindu akan hal itu.
Artinya, seolah-olah kita terbebas, justru semakin tersiksa. Hidup menjadi sepi dan tidak berwarna, hanya karena terbiasa ada yang posesif. Hubungan toxic rasanya memang seperti bermain roller coster, yang menegangkan tapi menyenangkan.
Toxic relationship dikenal sebagai hubungan yang beracun, hubungan ini dapat berdampak buruk bagi keadan fisik maupun mental seseorang yang ada didalamnya. Toxic relationship tidak hanya terjadi dalam hubungan kekasih, hal ini bisa saja terjadi dalam hubungan persahabatan, pertemanan, friendzone, bahkan dikeluarga.
Bagi sebagian orang tidak menyadari, bahwa dirinya sedang berada di sebuah hubungan toxic, mereka akan menganggap itu merupakan bentuk kasih sayang pasangannya, meskipun sedikit berlebihan. Tetapi bukankah hal yang berlebihan selalu tidak baik?
Buat Anda yang tidak sadar ada di hubungan toxic, Anda bisa baca ciri-ciri seperti di bawah ini, siapa tahu relate dan anda belum menyadarinya:
Tidak bisa menjadi diri sendiri
Bagaimana keadaan Anda ketika menjalin sebuah hubungan? Masih tetap bisa menjadi diri sendiri? Atau justru sibuk menjadi orang lain, karena mengikuti ekspektasi pasangan anda?
Humm… hal ini sepertinya harus dipertanyakan, apakah tujuan pasanganmu baik, atau justru memang dia tidak menerima Anda apa adanya?
Jika tujuan pasanganmu baik, dan tidak memaksamu berubah secara instan, hal ini belum bisa dikatakan sebagai toxic relationship, justru menjadi motivasi agar Anda menjadi lebih baik.
Sering dibohongi
“Jika seseorang bisa berbohong tentang hal kecil, tentu dia juga bisa berbohong tentang hal besar.” Begitulah ungkapan yang diberikan, kepada mereka yang selalu berbohong. Untuk menutupi satu kebohongan, seseorang akan membuat kebohongan yang lainnya.
Jadi, berhati-hatilah ketika Anda suka berbohong, atau bersama dengan seseorang yang suka berbohong, karena ini akan membentuk karakter seseoran—karena kebohongan tetaplah kebohongan, tidak bisa dibenarkan.
Cemburu dan mengekang berlebihan
Perasaan cemburu adalah hal normal dan wajar di sebuah hubungan, lalu bagaimana jika berlebihan?
Nah, hal ini yang bahaya, dan bisa dikatakan sebagai toxic relationship. Ketika perasaan cemburu dijadikan alasan menyakiti satu sama lain, tidak menggambarkan hubungan yang dijalani sehat.
Hal ini sejalan dengan pasangan yang selalu mengontrol kita.
Adanya kekerasan fisik
Jika Anda sudah menerima kekerasan fisik, dalam sebuah hubungan, hal ini sudah tidak dapat dibenarkan lagi. Apalagi jika hanya sebatas pacaran. Hufttt.
Untuk kaum wanita terutama, coba Anda bayangkan, ketika Anda membiarkan tubuh Anda menjadi samsak pelampiasan emosi oleh pasangan? Bagaiman jika hal tersebut terjadi berulang-ulang? Tidakkah Anda membayangkan perasaan orang tua Anda? Ketika anak-anaknya diberikan nutrisi yang baik, justru orang lain yang menyakiti Anda.
***
Setelah membaca ciri-ciri di atas, sudah tentu Anda bertanya-tanya bukan? Tentang bagaimana cara terlepas dari toxic relationship, coba baca ulasan di bawah ini, semoga bisa membantu Anda perlahan keluar dari ruang gelap toxic relationship.
Menyadari Yang terjadi bukan sepenuhnya kesalahanmu
Orang-orang yang berada dalam toxic relationship, akan dibunuh oleh perasaannya sendiri, perasaan-perasaan bersalah yang timbul akibat doktrin dari pasangan akan membuat kita semakin susah terlepas dari hubungan toxic.
Dengan memahami bahwa hal-hal yang terjadi, bukan kesalahanmu, akan membuat Anda bisa menerima hal-hal yang terjadi dan tidak menghakimi pasangan atau dirimu sendiri.
Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik
“You deserve better”, kata-kata ini sudah tentu sering Anda dengar, ketika curhat dengan teman Anda. Ya, kalimat tersebut, bukan hanya sekadar kalimat penenang.
Ketika Anda diperlakukan buruk oleh satu orang, bukan berarti kamu akan diperlakukan buruk oleh orang lain.
Sudah seharusnya Anda beranjak untuk mencari orang baik, yang lebih menghargai Anda.
Mencintai diri sendiri
Hal ini sudah mungkin terdengar sangat klise untuk Anda, atau hal ini justru hal yang paling sulit Anda lakukan?
Hmmm… mencintai diri sendiri merupakan hal yang cukup sulit dilakukan, apalagi seperti saya. Hahaha
Tetapi hal ini harus tetap dilakukan ya. Dengan kita mencintai diri sendiri, itu juga bentuk kita menghargai diri sendiri. Ketika kita menghargai diri sendiri, bukankah orang lain juga akan menghargai kita?
Cari bantuan profesional
Terbiasa berada dalam toxic relationship akan menyulitkan kita ketika ingin melangkah keluar. Kita akan merasa ketakutan, merasa sendiri, tidak berdaya, dan kasihan, sehingga membuat kita terus terjebak. Jika ada diposisi tersebut, Anda bisa meminta bantuan kepada mereka yang lebih profesional.
Nah, itu tadi, beberapa pembahasan tentang cara agar Anda bisa beranjak dari hubungan toxic, jangan mewajarkan hal yang tidak seharusnya ya, karena hidup adalah pilihan kita sendiri, jadi jangan mau terus-terusan terjebak di hubungan yang toxic.[T]
Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.