KITA SEMUA pasti pernah merasakan rasa lelah bukan? Rasa lelah yang muncul secara tiba-tiba, menggerogoti tubuh. Tapi saat kita sedang melakukan aktivitas, hal itu merupakan sesuatu yang wajar.
Itu merupakan bentuk alarm alami dari tubuh kita, sebagai pengingat kita untuk sekadar berdiam diri sejenak. Tujuannya agar kita tidak terlalu memfosir tenaga, karena sudah banyak energi yang terkuras.
Kelelahan merupakan suatu kondisi yang memiliki tanda berkurangnya kapasitas yang dimiliki seseorang untuk beraktivitas, dan biasanya hal ini disertai dengan perasaan 3 L (Letih, Lemah dan Lesu). Kondisi ini juga terjadi ketika tubuh kekurangan energi, baik secara fisik atau mental.
Penyebab munculnya rasa lelah sangatlah beragam, seperti melakukan aktivitas berlebihan, kurangnya waktu istirahat, stres, pola makan kurang baik, dan gaya hidup tidak sehat.
Misalnya, dalam lingkungan kerja, kamu pasti pernah merasa putus harapan dan stres melanda. Nah, biasanya kondisi ini disebut dengan burn out. Born out terjadi ketika kamu berada dalam kondisi stres yang berlebihan, di mana kamu merasa lelah fisik, mental bahkan emosional juga kena imbasnya.
Tentu saja, hal ini biasa menjadi makanan kita sehari-hari. Bagimana tidak? Sejatinya setiap pekerjaan selalu memiliki kesulitan dan tantangannya tersendiri. Tak jarang, ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kita merasa sangat lelah, sehingga ini akan memakan waktu yang cukup banyak untuk menyelesaikannya, hingga kita akan mencapai pada titik jenuh.
Rasa lelah yang muncul dapat dikatakan normal jika mampu diatasi dengan istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas harian.
Namun, hal klise yang sering kita lakukan untuk mengatasi rasa lelah, tak lain dan tak bukan adalah tidur. Mayoritas orang saat merasa kelelahan dan merasa energinya habis, pasti akan langung berpikir untuk menelentangkan badan di atas tempat tidur. Seolah-olah berbaring itu menjadi satu-satunya obat paling mujarab dalam hal mengatasi segala rasa lelah. Seperti halnya orang akan berkoar-koar mengatakan “kalau capek ya tidur”.
Memang, tidur merupakan salah satu cara untuk mengisi kembali energi setelah seharian beraktivitas. Oleh karena itu, orang-orang yang merasa peduli kesehatan akan berkata, “Penting untuk mencukupi kebutuhan tidur setidaknya 8 jam setiap malam” agar kamu tidak mudah merasa lelah. Sebisa mungkin juga untuk tidur dan bangun di waktu yang sama setiap harinya.
Lalu, bagaimana jika sudah tidur tapi masih capek? Pernah nggak sih kamu merasakan hal ini?
Tetap merasa lelah walaupun kamu sudah beristirahat, itu bisa jadi merupakan salah satu tanda bahwa kamu membutuhkan jenis istirahat yang berbeda. Atau mungkin karena istirahatnya belum tepat?
Yaps, ternyata istirahat juga memiliki jenisnya tersendiri loh. Sebenarnya kamu harus mampu memahami, istirahat apa yang kamu butuhkan untuk bisa kembali memulihkan jiwa raga ke dalam situasi sehat dan bugar.
Ok, mari kita kupas tuntas! Istirahat apa yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Physical rest (istirahat fisik)
Selain tidur, kamu juga bisa melakukan pijat refleksi. Konon katanya, pijat relfeksi ditujukan untuk memperbaiki keseimbangan dari fungsi dan sistem yang terdapat pada tubuh.
Refleksi juga dapat membantu tubuh agar merasa lebih relaks, sehingga mampu mengurangi rasa lelah yang timbul, karena tekanan dan rasa stres berlebihan.
Eits! Selain itu, kamu juga bisa menerapkan istirahat aktif. Terkadang ada orang yang dapat melenyapkan rasa lelahnya, dengan cara berolahraga.
Ya, kamu bisa melakukan kegiatan fisik seperti yoga, gym atau sekadar jalan-jalan di taman kota pada sore hari.
Sensory rest (istirahat panca indra)
Yuk kita puasa, maksudnya puasa mantengin layar benda pipih canggih itu. Tanpa sadar, terkadang kita terlalu tenggelam ke dalam aktivitas-aktivitas yang tanpa kita sadari dapat membuat tenaga kita terkuras.
Bagaimana tidak? Mata yang selalu menatap layar, telinga yang seharian mendengar riuh kebisingingan suara manusia-manusia berisik rasanya. Arghh! melelahkan sekali bukan?
Mental rest (istirahat mental)
Kamu bisa slowing down pikiran, dengan cara meditasi. Sesekali jiwa juga membutuhkan istirahat, dengan cara mengeluarkan segala beban yang terparkir tak beraturan di dalam pikiran.
Cobalah mulai mendengarkan musik-musik tenang, seperti memutar musik Gus Teja, misalnya. Hah.. rasanya seperti sedang berada di Ubud.
Emotional rest (istirahat emosi)
Keluarin uneg-uneg yang kamu simpan, biar lega. Siapa sih yang engga pernah emosi? Mungkin hanya orang-orang tanpa perasaan saja. Ahh.. sepertinya itu mustahil.
Istirahat secara emosi merupakan bagaimana kamu mengistirahatkan semua emosi yang ada di dalam dirimu, dengan cara meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang seharian ini kamu rasakan hingga mengekspresikan dirimu dari segala emosi yang tercipta.
Nah, kamu bisa mengekspresikan dirimu lewat hobi yang kamu senangi, misalnya melukis. Ini juga dapat menjadi terapi untuk meluapkan segala emosi yang kamu rasakan.
Social rest (istirahat sosial)
Cape nggak sih bersosialisasi? Harus basa-basi ke sana-ke mari. Huh! Tak apa, jika mundur sementara dari interaksi sosial. Termasuk istirahat dari nongkrong dan ngopi bareng cirle kamu. Kamu juga butuh waktu untuk sendiri, dan menyepi dari hingar-bingar panggung sandiwara kehidupan.
Tak jarang kita juga pernah merasa bahwa orang-orang itu selalu saja membawa bahkan membuat perasaan negatif terhadap diri kita, maka tak masalah jika kamu menjauh sejenak dari lingkungan toxic itu.
Gimana? Kamu udah tahu jenis istirahat mana yang cocok untuk lelah kamu? Lakukanlah secara bertahap. Karena lelah secara mental itu lebih berat daripada lelah fisik.
Kalau kamu tidak mampu mengatasi rasa lelah dan istirahat belum juga membantu, sebaiknya kamu segera konsultasi dengan alhinya. Agar kedaan ini tidak membawa kamu ke jalan penyakit mental atau depresi.
Yuk, mulai kenali dan sayangi diri sendiri.[T]
*Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.