REFLEKSI PEMBEJARAN adalah salah satu kegiatan pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk memberikan timbal balik kepada guru di dalam kelas. Refleksi pembelajaran pada umumnya berupa timbal balik dalam bentuk lisan atau tulisan. Umpan balik yang diberikan dapat berupa penilaian cara mengajar guru, kehadiran guru di kelas, sampai penilaian yang diberikan guru kepada murid.
Proses ini cukup penting bagi guru, karena bermanfaat untuk memperbaiki cara mengajar guru di kelas. Hal itu juga berguna untuk mengetahui keinginan dan keluh kesah siswa dalam proses pembelajaran.
Ketika seorang guru sudah mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam mengajar serta tahu apa keinginan siswa dalam proses pembelajaran, maka seorang guru dapat memperbaiki kekurangan tersebut dan mempertahankan kelebihan yang dimiliki.
Begitu juga ketika keinginan siswa dan keluh kesahnya diketahui, maka seorang guru dapat melakukan perbaikan agar proses pembelajaran bisa lebih baik lagi—sesuai kebutuhan siswa.
Refleksi yang dilakukan dapat terfokus ke salah satu saja, misalnya metode pembelajaran yang dilakukan guru. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui metode yang diterapkan sudah berhasil apa tidak. Siswa yang memberikan penilaian atau timbal baliknya.
Ada banyak cara untuk melakukan refleksi, dan cara yang sering dan umum dilakukan adalah memberikan secarik kertas berisi penilaian siswa. Berupa survei kepuasan siswa tehadap proses pembelajaran yang telah berlangsung.
Bisa juga dengan menanyakan langsung kepada siswa, dan siswa melakukan timbal balik secara langsung dengan guru yang bersangkutan. Banyak guru sudah melakukan proses refleksi dengan cara-cara yang baru. Baik dengan game maupun cara baru yang menarik dan baru bagi siswa.
Karena tidak semua siswa dapat memberikan komentar langsung dalam menilai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Dengan cara-cara yang baru, memberikan kemudahan dan lebih membuat siswa merasa lebih nyaman memberikan pendapatnya terhadap guru dalam memberikan pembelajaran di kelas.
Dalam pelajaran seni budaya, misalnya, dapat memanfaatkan materi pembelajaran sebagai cara merefleksi pembelajaran. Pada materi komik di kelas VIII, dapat digunakansebagai media untuk merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
Salah satu contohnya adalah membuat komik dengan tema pembelajaran seni budaya yang telah berlangsung. Siswa diberikan kebebasan mengekspresikan diri melalui karya seni komik.
Komik merupakan media mengekspresikan ide untuk menyampaikan informasi dengan cerita bergambar. Dikombinasikan dengan teks percakapan antar karakter. Terdapat karakter yang seolah-oleh bercerita melalui dialog di dalam komik. Dengan tujuan menyampaikan informasi sesuai dengan tema yang ditentukan.
Ketika guru seni budaya menginginkan proses refleksi itu terjadi dengan materi yang berlangsung saat itu, maka guru bisa memberikan tema refleksi yang akan dilakukan. Tema yang bisa diangkat bisa dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru, proses pembelajaran secara umum, atau proses penilaian yang dilakukan guru.
Siswa akan mendapat kebebasan menyampaikan timbal balik sesuai dengan yang dirasakannya. Cara ini tentu berbeda dengan format refleksi yang umum digunakan—yang menyediakan standar nilai dari rentan 1-5 dan pertanyaan yang telah ada. Siswa seakan tidak memiliki kebebasan memberikan timbal balik yang diinginkan.
Dengan format yang sudah tersedia, pengisian yang dilakukan siswa juga kurang meyakinkan keakuratannya, karena format yang monoton dan kurang menarik serta terkesan ada patokan yang memberikan kebebasan.
Dengan format baru yang memberikan kebebasan mengekspresikan diri, siswa akan berlatih berpikir kritis. Menerapkan materi yang diberikan dan mengembangkannya ke dalam bentuk karya dengan memberikan informasi yang dirasakan siswa kepada guru selama proses pembelajaran di kelas.
Timbal balik akan sepenuhnya bisa di dapat guru, dan tentu lebih beragam dan menarik untuk di simpulkan. Bahkan timbal balik yang diberikan siswa bisa dari berbagai aspek, tidak terkurung dengan satu penilaian saja.
Semua aspek dapat dijadikan sebagai bahan memperbaiki diri, sesuai dengan penilaian siswa. Gambar yang dihadirkan siswa menandakan kemampuan menerapkan materi yang diberikan. Informasi yang ada dalam karya komik dapat menjadi acuan melakukan pembenahan cara mengajar untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Pembaharuan seperti itu perlu dilakukan setiap guru, memberikan opsi menarik untuk kegiatan pembelajaran yang tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan proses belajar mengajar. Materi dapat menjadi sarana apa saja.
Ketika guru mampu memanfaatkan hal tersebut dan berinisiatif melakukan perubahan, maka sangat memungkinkan, selain menyenangkan, proses pembelajaran juga efektif. Karena guru memang di tuntut untuk terus berinovasi, baik di dalam proses pembelajaran maupun dalam proses penilaian.
Di tengah kemerdekaan saat ini, semua memang berhulu ke siswa. Seorang guru diharap dapat mengikuti kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran—walau terdiri dari berbagai karakter dan kebutuhan masing-masing.[T]