30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Gabut Berkedok Self Healing dan Saran untuk Mengatasinya

Kadek Sri WidiastutibyKadek Sri Widiastuti
April 10, 2023
inEsai
Gabut Berkedok Self Healing dan Saran untuk Mengatasinya

Ilustrasi tatkala.co | Jason Aditya

HAMPIR SEMUA orang saya pikir pernah mengalami fase gabut. Ya, gabut merupakan salah satu bahasa populer yang kerap digunakan anak muda dalam bahasa sehari-hari. Kira-kira kata ini memiliki arti sebuah keadaan di mana seseorang merasakan kejenuhan dan bosan untuk melakukan sesuatu. Hal tersebut bisa saja mengakibatkan produktivitas seseorang menurun.

Tak jarang saya mendengar teman-teman di kampus berkata: “Duh, gabut banget, nih”, ketika mereka sedang merasa bosan di rumah atau di kampus atau di mana saja. Alhasil, dalam kondisi seperti itu, biasanya mereka akan mengajak saya untuk sekadar keluar main atau nongkrong di beberapa minimarket di Kota Singaraja.

Kalau sudah begitu, biasanya kami akan menghabiskan waktu dengan obrolan panjang masalah percintaan teman saya dan tentu dibumbui dengan gosip (kadang lebih banyak mengada-ada) tentang anak-anak berpengaruh di kampus. Kami akui sering menghabiskan waktu hanya untuk membicarakan hal-hal yang tidak terlalu penting.

Padahal, daripada menggosipkan hal yang tidak jelas, sebenarnya banyak hal positif yang bisa kami lakukan untuk mengganti kegabutan. Hal yang mungkin saja lebih bermanfaat, seperti misal, membicarakan tentang bagaimana rencana perkuliahan ke depan.

Atau, jika mau lebih serius, sebagai mahasiswa komunikasi, barangkali tak ada salahnya jika kami berdiskusi tentang industri sinetron Indonesia yang akting para artisnya terkesan asal-asalan dan cenderung buruk—atau jalan ceritanya yang sering tidak masuk akal—sehingga tak jarang pesan yang hendak disampaikan mentah di tengah jalan.

Namun, pada kenyataannya, tak jarang ketika merasa gabut, alih-alih melakukan aktivitas yang bermanfaat, anak muda saat ini—tentu saja termasuk saya dan beberapa teman—akan mengalihkannya dengan menghabiskan bahan bakar, boros, berkendara motor mengelilingi kota sambil berdalih self healing di story media sosial.

Seperti yang kita ketahui, self healing merupakan kata yang belakangan banyak digunakan anak muda di tanah air. Kata tersebut biasa diartikan sebagai sebuah proses penyembuhan diri yang disebabkan oleh gangguan kondisi emosi seseorang.

Dengan begitu, aktivitas atau kegiatan self healing yang dilakukan tentu harus memiliki manfaat. Dalam artian, aktivitas tersebut tidak semata-mata dilakukan hanya untuk menghabiskan waktu saja, tetapi, sekali lagi, harus ada manfaat yang didapat setelahnya.

Sekadar menyebut satu contoh, seperti Fiersa Besari, misalnya, seorang penulis, pemusik, sekaligus traveller—ia memang memiliki hobi berkelana menjelajah alam Indonesia—yang melakukan self healing tanpa kesia-siaan, dan tentu saja, menghasilkan secara ekonomi.

Bung Fiersa suka mendaki gunung, berkelana, mengunjungi kota-kota pelosok di Indonesia. Dari sana ia banyak menghasilkan karya, baik berupa musik (lagu), video perjalanan, maupun buku. Dan, ia menjadi tokoh, punya fans, sebab tidak sedikit yang meminati karya-karyanya—karya Fiersa dirasa relate bagi kehidupan anak muda.

Saya pernah membaca salah satu kutipan Fiersa Besari dalam bukunya yang berjudul Garis Waktu: “Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya”.

Duh, bikin meleleh. (Setelah membaca kutipan tersebut, secara kebetulan, saya bertemu dengan salah satu orang yang mampu mengubah pola pikir saya terhadap arti kata gabut.)

***

Sampai di sini saya tekankan sekali lagi, banyak hal bermanfaat (postif) untuk mengisi kegabutan.

Jika kita tidak bisa seperti Fiersa Besari yang mengisi kegabutannya dengan menghasilkan karya musik, video dan buku, setidaknya kita dapat memanfaatkan waktu yang membosankan itu dengan membaca buku sambil mendengarkan musik dari pelantun lagu favorit daripada membuang-buang waktu dengan bergosip, menghambur-hamburkan uang, atau berkendara yang tak jelas tujuannya.

Hal ini pernah saya rasakan sendiri. Suatu kali saat merasa gabut, saya mencoba untuk membaca buku (kadang menggambar), dan benar saja, rasanya jauh lebih meninggalkan kesan puas dibandingkan dengan sekadar nongkrong, bergosip, atau keliling kota yang, sekali lagi, tidak jelas tujuannya.

Namun, jika terlalu malas untuk membaca buku, kita bisa menonton film untuk mengatasinya. Sedikit saran dari saya, tontonlah film yang mudah dipahami tapi tetap mempunyai value yang dapat mengubah cara berpikir kita atau film yang dapat menumbuhkan pikiran kritis dalam diri kita. Bukan film yang hanya sekadar keren di permukaan, tapi dangkal isi, plot, dan ceritanya.

Jika boleh merekomendasikan sebuah film, maka saya akan menyebut satu film berjudul “Three Idiots”—film India yang sampai saat ini masih saya ingat ceritanya.

Sekadar informasi, film yang dirilis tahun 2009 dan disutradarai Vidhu Vinod Chopra itu, bercerita tentang tentang 3 orang mahasiswa—Farhan Qureshi (Madhavan), Raju Rastogi (Sharman Joshi) dan “Rancho” Shamaldas Chanchad (Aamir Khan)—jurusan teknik mesin yang kulian di Imperial College of Engineering (ICE).

Mereka menjalani suka duka dunia perkuliahan yang keras di ICE, sambil bertahan dari penindasan dan tekanan Direktur ICE, Dr. Viru Sahastrabuddhe—atau yang biasa dipanggil Virus/Virus Komputer oleh para mahasiswa.

Film ini mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi mahasiswa yang kritis, inovatif, berani, menjunjung tinggi idealisme dan rasa kemanusiaan, juga sedikit menyinggung soal sistem hafalan (tahu teori jauh dari konteks) di sekolah atau perguruan tinggi yang sudah ketinggalan zaman.

Banyak pesan positif dalam film ini, seperti misalnya kuliah itu bertujuan mendapat ilmu pengetahuan, keterampilan, bukan hanya sekadar mengharap selembar ijazah. Film semacam inilah yang dapat kita manfaatkan (tonton) untuk mengisi waktu gabut itu.

Dan, bukan hanya itu saja, kalau malas menonton film, tak ada salahnya juga kita mencoba melakukan aktivitas di luar ruangan sebagai self healing yang nyata dan memiliki manfaat seperti berolahraga atau mengunjungi tempat wisata alam.

Semua itu tentu akan memberi manfaat untuk menjernihkan pikiran kita dari padatnya jadwal sehari-hari dan juga dapat menambah pengetahuan terhadap daerah-daerah yang belum pernah kita jangkau sebelumnya.

Dengan begitu, akan lebih banyak pelajaran yang bisa diambil ketika kita melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat. Lebih bagus lagi kalau aktivitas bermanfaat tersebut adalah hal yang saya atau kalian sukai sehingga tidak akan menjadi beban bagi kita dalam menjalaninya.

Seperti kata pepatah, “sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui” atau “menyelam sambil minum air”. Melakukan hobi, self healing, syukur-syukur menghasilkan secara ekonomi. Seperti layaknya Fiersa Besari yang memiliki hobi menulis di Twitter dan berkelana. Hasilnya, banyak orang terinspirasi oleh tulisannya.

Dan hal ini juga yang menjadi motivasi saya agar mampu bergerak dan berkembang seperti Fiersa dan orang-orang yang mengisi kegabutannya dengan soal-soal yang bermanfaat. Ya, walaupun tidak sama, setidaknya ada hal positif yang bisa dipetik hikmahnya.

Jadi, terakhir, kawan-kawan harus bisa membedakan mana aktivitas yang murni self healing dengan aktivitas gabut yang hanya berkedok self healing, ya![T]

Penulis adalah mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Sedang menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di tatkala.co.

Panduan untuk Memilih Buku Bacaan yang Tepat
Ke Kampus Mengejar Cinta atau Cita-Cita? Nah, Lho?!
Ya Kuliah, Ya Kerja | Tips Membagi Waktu Kuliah Sambil Bekerja
Tags: esaitips
Previous Post

Pekan Apresiasi Seni, Tari Magrumbungan, dan Pengalamanku sebagai Pembimbing

Next Post

Aurora, Jeritan Hati si Anak Tengah | Catatan Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Kadek Sri Widiastuti

Kadek Sri Widiastuti

Lahir di Singaraja, tahun 2002. Saat ini sedang menempuh pendidikan di STAH N Mpu Kuturan Singaraja, Program Studi Ilmu Komunikasi

Next Post
Aurora, Jeritan Hati si Anak Tengah | Catatan Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Aurora, Jeritan Hati si Anak Tengah | Catatan Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co