APRESIASI ADALAH SUATU proses melihat, mendengar, menghayati, menilai, menjiwai serta menghargai. Yang dilakukan oleh seseorang terhadap sebuah karya atau tindakan orang lain bahkan diri sendiri. Dalam keseharian kita sering melakukan hal itu, walau dengan sekala kecil, kagum misalnya.
Memperhatikan dan mendengar orang yang sedang berbicara, merupakan salah satu apresiasi yang kita berikan terhadap lawan bicara kita. Memberikan tepuk tangan dan pujian akan sesuatu adalah bentuk apresiasi yang ringan namun cukup berdampak baik pada orang lain. Dalam sakala besar dapat berupa kritik, masukan dan penghargaan akan sesuatu.
Ketika kita mengapresiasi sebuah karya atau tindakan, maka tentu akan memberikan dampak yang signifikan. Akan terjadi perubahan yang dirasakan pada pemilik objek yang kita apresiasi tersebut. Banyak orang tidak memahami dampak yang ditimbulkan tersebut, dan bahkan menganggap remeh sebuah apresiasi namun tanpa di sadari sering melakukan itu pada diri sendiri.
Gita, Susila Priangga, Dita
Apresiasi pada diri sendiri sering dan mungkin setiap waktu kita lakukan. Ketika kita bercermin, melihat wajah kita dan mengatakan bahwa wajah kita tampan atau cantik, merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap diri. Menghargai dan menyanjung diri sendiri membuat kita menjadi lebih percaya diri dalam melakukan kegiatan. Percaya diri itu merupakan sebuah dampak yang terjadi ketika kita mengapresiasi wajah yang kita miliki.
Begitu juga sebaliknya, ketika apresiasi itu tidak diberikan, tentu juga akan menimbulkan dampak. Dampak tersebut akan mempengaruhi setiap tindakan yang dilakukan. Sama seperti ketika kita tidak percaya diri, hal itu karena kita gagal mengapresiasi diri sendiri, maka kita akan merasa minder, tidak mampu, bahkan mental kita akan terganggu dalam rutinitas.
Lalu, bagaimana pengaruh apresiasi terhadap karya dan tindakan yang dilakukan siswa? Tentunya akan menimbulkan dampak yang luas ketika kita kurang atau bahkan gagal mengapresiasi. Berpengaruh terhadap semangat belajar, perilaku, bahkan bisa menimbulkan rasa benci yang besar karena sesuatu yang telah susah payah dilakukan tidak mendapat respon yang bagus.
Semangat belajar dapat meningkat dan menurun drastis, perilaku dapat berubah menjadi baik dan buruk, rasa bangga bahkan benci dapat tercipta, tergantung proses apresiasi tersebut.
Pada acara HUT SMPN 3 Sukasada, 1 April 2023, diselenggarakan pameran karya siswa untuk memeriahkan acara HUT. Karena pameran dibuka untuk umum dan berlangsung selama 7 hari, tentu terjadi proses apresiasi di sana.
Siswa yang berpameran bisa di bilang haus akan sebuah penghargaan, menginginkan banyak orang datang dan menikmati karya yang telah mereka buat. Apalagi karya yang mereka punya bukan hanya dipamerkan, juga untuk dijual apabila ada pengunjung yang berminat. Hal itu mengakibatkan mereka bersemangat menyebarkan informasi pameran yang berlangsung kepada semua orang.
Putri Andani, Somadana, Wedayani
Terlihat rasa bangga di wajah mereka, ketika banyak pengunjung yang datang, bertanya terkait karya mereka, dan mereka bersemangat menjelaskan. Bahkan mereka kegirangan ketika beberapa guru dan pengunjung dari luar sekolah berinisiatif membeli beberapa karya.
Tak terbayangkan bagaimana rasa bangga yang mereka rasakan. Dan tentunya, ketika hal seperti ini terjadi, semangat berkarya dan membuat tugas dengan sungguh-sungguh akan muncul dalam diri mereka. Karena mereka merasa puas, dan tidak rugi dalam berkarya.
Namun apa yang terjadi ketika apresiasi tidak terjadi dalam acara pameran tersebut ? Sedikit orang yang berkunjung, pengunjung tidak benar-benar menikmati karya, karya tidak ada yang terjual dan semua orang remeh terhadap acara tersebut.
Ya, siswa akan kecewa, merasa rugi membuat karya, dan enggan mengikuti kegiatan serupa bahkan timbul rasa benci terhadap siapa-siapa yang menganggap acara itu remeh. Ini adalah dampak buruk berkelanjutan dan susah diperbaiki.
Ketika hal tersebut terjadi, apakah dampaknya akan terasa kepada siswa yang berpameran saja ? Tentu tidak, semua yang menyaksikan perlakuan tersebut mendapat dampaknya. Siswa lain misalnya, ketika di ajak melakukan kegiatan yang sama di kemudian hari, akan merasa takut. Karena kejadian saat ini mereka saksikan sendiri. Mereka takut hal yang sama terjadi pada mereka. Mereka takut menjadi bahan olok-olok semua orang.
Terhadap guru, mungkin ada yang menggunakan hal seperti ini untuk memperbaiki kesalahan ketika membuat sebuah kegiatan serupa. Namun tentu akan ada yang enggan dan memilih untuk tidak melakukan kegiatan serupa karena merasa sesuatu yang mereka susun dengan susah payah, berakhir tanpa penghargaan.
Dede, Susila Priangga, Dwik
Dalam memberikan apresiasi tidak harus dengan skala besar. Misal dalam pameran karya siswa, tidak harus membeli karya, datang ke tempat pameran, lihat karya mereka dan memberikan semangat serta pujian merupakan sebuah apresiasi yang cukup untuk pematik api semangat siswa. Bahkan ketika seseorang tidak terlalu suka terhadap karya yang di pamerkan, datang ke ruangan dan seakan-akan menikmati, juga memberikan pengaruh besar terhadap siswa. Walaupun kenyataannya dengan pura-pura menikmati.
Kegiatan apresiasi terhadap karya siswa juga terjadi pada bazar yang dilakukan di SMP N 3 Sukasada. Bazar itu hasil Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dilakukan siswa kelas VII. Bazar menghadirkan produk kripik singkong, pisang dan kacang.
Momen ini merupakan ajang memberikan apresiasi terhadap hasil kerja siswa. Ketika guru dan siswa ikut membeli produknya, siswa merasa puas telah bekerja dengan sungguh-sungguh dan ada hasil jualan yang dapat mereka raih. Dampak sebaliknya akan terjadi ketika produk mereka tidak mendapat apresiasi dari warga sekolah.
Sekarang pilihan kita, paksakan diri untuk berusaha mengapresiasi agar dampak baik bisa di petik, atau enggan sedikit mengapresiasi dan dampak buruk jangka panjang siap menghampiri. [T]