DI DESA ADAT SANGKET Kelurahan Sukasada, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali, terdapat tiga pelinggih (tempat pemujaan umat Hindu) berbentuk mobil. Ini tentu saja unik.
Tiga pelinggih berwujud mobil itu terletak di luar areal atau di jaba Pura Kahyangan Tiga. Artinya pelinggih itu berada tetap di sekitar Pura Kahyangan Tiga, tapi dibangun di suatu tempat khusus, berdiri sendiri-sendiri, atau tepatnya berada di dekat pintu masuk Pura.
Di luar Pura Desa terdapat pelinggih dengan wujud mobil sedan putih. Di areal luar Pura Mengening terdapat bangunan pelinggih truk tentara. Dan di areal luar Pura Dalem ada pelinggih menyerupai mobil kijang pick-up kuno.
Yang menarik, pelinggih-pelinggih berbentuk mobil itu dipercaya berkaitan dengan aktivitas tentara pada zaman perang. Bahkan di sekitar pelinggih terdapat juga patung tentara, seperti wujud Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pelinggih mobil sedan putih dipercaya sebagai komandan tentara. Sementara pelinggih truk dipercaya sebagai prajurit dalam mengamankan wewidangan atau wilayah. Dan pelinggih menyerupai mobil kijang pick-up kuno dipercaya sebagai sarana tentara untuk patroli untuk mengamankan wilayah yang lebih luas.
Seperti pelinggih pada umumnya, bangunan itu tetaplah bangunan suci dan sacral, meski bentuknya tidak seperti pelinggih pada umumnya, semisal bangunan padmasana, meru, surya atau taksu.
Warga melakukan pemujaan dengan khidmat di pelinggih itu. Warga ngaturang banten, canang, atau sarana persembahyangan lainnya.
Jika lewat di jalan pada sekitar pelinggih itu, akan bisa dilihat banten atau canang berjajar di bawah pelinggih.
“Biasanya saat pujawali (upacara di Pura) warga kami di sini mengaturkan banten pejatian dan tipat gong sebagai taksu untuk memohon keselamatan khususnya di wewidangan Desa Pakraman Sangket,” kata I Gede Tinggen, Bendesa (Kepala Desa) Adat Sangket, Senin, 6 Februari 2023.
I Gede Tinggen menuturkan sejarah pembangunan pelinggih berawal dari hal-hal mistis yang dialami warga, terutama ada sutri yang sering kerauhan saat pujawali. Saat kerauhan itu, para sutra menyebutkan-nyebut ada permintaan untuk membangun pelinggih berwujud mobil di areal Pura Kahyangan Tiga.
Kisah mistis lainnya, warga sering mendengar suara seolah-olah ada pasukan tentara yang berjalan di jalanan desa. Selain itu terdengar juga suara truk tentara pada malam hari. Bahkan ada juga warga yang sempat melihat kejadian aneh, seakan-akan di desa itu ada tentara yang berjalan, atau truk tentara yang melintas di desa itu.
Akibat terjadinya hal-hal mistis itu, warga kemudian melakukan paruman (rapat) desa adat dan dalam paruman itu warga memutuskan untuk membangun pelinggih berupa mobil itu untuk menuruti permintaan sutri yang mengalami kerauhan.
“Awalnya masyarakat kurang percaya dengan kejadian tersebut. Tapi karena kejadiaannya berkali-kali dan sempat juga ada warga yang melihat, maka diputuskan untuk membuat pelinggih mobil,”kata Gede Tinggen. [T][Ado]