BULAN Februari ini sebagian besar wartawan di Indonesia merayakan Hari Pers Nasional. Banyak acara dilakukan untuk merayakan hari istimewa, terutama bagi wartawan yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), antara lain kegiatan sosial, seremonial, dan acara diskusi yang berkaitan dengan dunia pers.
Nah, mumpung masih dalam suasana Hari Pers Nasional, saya berbagi rekomendasi bagi para muda yang ingin menjadi wartawan untuk menonton film-film terbaik yang bercerita tentang dunia kewartawanan. Inilah film-film itu:
All The President’s Men
sumber gambar: imdb.com
Film All The President’s Men mengisahkan perjuangan dua jurnalis Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein dalam mengungkap skandal Watergate. Skandal itu melibatkan Richard Nixon dengan tim suksesnya yang melakukan spionase terhadap saingannya, Partai Demokrat untuk bisa memenangkan Pilpres AS 1972.
Dalam film digambarkan bagaimana jurnalis melaksanakan proses jurnalistik untuk membuktikan skandal politik yang melibatkan banyak orang dalam lingkaran kepentingan dan kekuasaan.
Woodward dan Bernstein tentu saja mendapatkan ancaman pembunuhan dan penyadapan atas kerja-kerja jurnalistiknyamenyelidiki skandal ini. Ancaman itu tidak membuat Woodward dan Bernstein menyerah. Mereka bertekad membela kebenaran.
Atas kegigihan itu, Woodward dan Bernstein mendapatkan penghargaan Pulitzer 1974 atas karya dan kerja keras mereka.
Kill the Messenger
Sumber gambar: youtube @Rotten Tomatoes Trailers
Kill the Messenger adalah film yang dibuat berdasarkan kisah nyata. Tokoh utama film ini adalah Gary Webb yang diperankan oleh Jeremy Renner. Gary adalah jurnalis yang mempertaruhkan nyawanya demi menyiarkan kebenaran.
Gary Webb, wartawan investigasi yang bekerja untuk San Jose Mercury News. Cerita dimulai ketika Gary mendapat informasi seseorang ditangkap karena menjadi pengedar narkoba. Narkoba memang barang yang dilarang oleh pemerintah Amerika saat itu. Yang membuat Gary penasaran, ia juga mendapat kabar bahwa penjualan narkoba melibatkan pihak pemerintahan dan Central Intelligence Agency (CIA).
Gary mulai menyusuri pihak-pihak yang pernah ditangkap dalam kasus narkoba. Ia mewawancarai orang-orang di penjara. Ia mengikuti sidang orang-orang yang dituduh menjadi pengedar narkoba. Sampai ia bertemu sosok Danilo Blandon yang diketahui terlibat dalam kasus ini. Sosok ini bekerja sama dengan pihak CIA untuk menyelundupkan narkoba dari Nikaragua ke Amerika Serikat (AS).
Awalnya, pihak San Jose Mercury News mendukung investigasi yang dilakukan Gary Webb dan menurunkan laporannya. Namun Gary kemudian mendapat ancaman dari berbagai pihak. Pihak-pihak seperti CIA dan pemerintahan menyangkal artikel yang dibuat Gary. Ini didukung juga dengan pihak media lainnya yang menuduh Gary hanya mengarang cerita. Sampai pada akhirnya, editor Gary dan beberapa petinggi San Jose Mercury News meragukan apa yang ia tulis.
Gary pun mengundurkan diri dari San Jose Mercury News dan melanjutkan penelitian pembuatan artikelnya tanpa bayaran. Situasi semakin memburuk ketika keuangan menipis dan ia tidak bisa membiayai keluarganya. Pada akhir film, Gary ditemukan tewas bunuh diri dengan dua tembakan di kepalanya.
True Story
Sumber gambar: Youtube @SearchlightPictures
Kisah film ini juga dibuat berdasarkan kasus nyata dari seorang wartawan yang berteman dengan terdakwa dalam pembunuhan.
Pada Tahun 2001, Michael Finkel adalah seorang jurnalis. Ia bekerja untuk New York Times. Ia punya reputasi yang bagus. Namun masalah muncul ketika artikelnya mengenai perlindungan anak di perkebunan kakao di Afrika dimasalahkan berbagai pihak.
Ia dicurigai mengarang tulisan yang dipasang pada sampul depan New York Times itu. Finkel bersisikuh tulisannya tidak melanggar prinsip jurnalisme. Namun tak ada yang percaya pada Finkel. Ia pun dipecat dan pulang ke rumah.
Tahun 2003, tiba-tiba Finkel dihubungi salah satu reporter surat kabar The Oregonian. Reporter itu mengabarkan bahwa ia baru saja meliput kasus pembunuhan dengan tersangka seorang pria yang mengaku bernama Michael Finkel dan mengaku bekerja untuk New York Times.
Pria itu sebenarnya bernama asli Christian Longo. Ia diduga membunuh istri dan tiga anaknya. Ia ditangkap setelah melarikan diri ke Cancun, Meksiko.
Finkel tentu saja tidak tahu apa-apa tentang kasus yang menimpa Longo. Untuk memperjelas situasi, Finkel menemui Longo di penjara. Pertemuan pertama Finkel dan Longo dihabiskan untuk mengetahui mengapa Longo menggunakan nama Finkel.
Longo menjawab bahwa dia adalah penggemar berat tulisan Finkel bahkan mengetahui berbagai hal tentang orang yang diidolakannya itu.
Finkel mencoba mengorek apa yang sebenarnya Longo lakukan serta untuk mengetahui seberapa kuat tuduhan yang dialamatkan pada Longo. Longo menyatakan setuju bahwa dia akan menceritakan cerita versi dirinya pada Finkel dengan syarat bahwa Finkel akan mengajari Longo cara menulis.
Selain itu, dia meminta Finkel untuk tidak mempublikasikan hasil obrolan mereka sampai nasib Longo diputuskan secara sah oleh pengadilan.
Seringnya bertemu dengan Longo membuat Finkel merasa Longo merupakan orang yang menyenangkan. Hanya saja, dia kerap mengelak dari tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Finkel merasa cerita yang didapat dari Longo bisa dijadikan materi untuk tulisan di surat kabar.
The Post
Sumber gambar: Youtube @Amblin
Film ini berbicara tentang koran Washinton Post. Film ini bercerita tentang isu bocornya dokumen rahasia tingkat tinggi pemerintah Amerika yang menyatakan bahwa keputusan melanjutkan perang dan mengirim tentara terus menerus ke Vietnam adalah tindakan salah.
Awalnya New York Time yang mendapat bocoran dokumen ini, setelah dipublikasikan, pemerintah melayangkan gugatan.
The Washinton Post yang merasa ketinggalan dalam hal berita utama tentang dokumen perang Vietnam ini akhirnya mendapat narasumber dan salinan dokumen yang sama. Di sinilah drama dimulai.
Dari bagaimana proses memperoleh sumber dan dokumen, proses pemilahan dokumen yang acak agar tersusun menjadi sebuah runutan peristiwa. Belum lagi ada ancaman hukum dari pemerintah dan kegalauan pemilik perusahaan ketika ditekan oleh para investor agar membatalkan memuat berita tersebut, karena berita itu dikhawatirkan akan berdampak terhadap nilai saham perusahaan.
Endingnya menarik bagaimana akhirnya pemilik perusahaan memilih tetap menjunjung nilai kebenaran dan kode etik pers harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan kebenaran walau banyak konsekuensinya.
Private War
Sumber gambar: Youtube @Aviron Pictures
Film ini menceritakan kisah perjuangan seorang jurnalis perang Sunday Times, Marie Colvin. Colvin adalah seorang humanis yang meliput konflik dan perang dari sisi korban perang. Tulisan-tulisannya membeberkan fakta bahwa perang telah merenggut banyak nyawa, kebebasan hidup, dan keamanan warga sipil.
Laporan-laporan jurnalistiknya berpihak pada kemanusiaan dan masyarakat sipil, bukan pihak-pihak yang berkuasa dan memiliki beragam kepentingan politik maupun ekonomi. Atas dedikasi dan komitmennya ini ia mendapat penghargaan Foreign Reporter of The Year sebanyak tiga kali dari British Press Awards. [T][Dirangkun dari berbagai sumber; gencil.news, dicky234.blogspot, bacaterus.com, campusneis.co.id]
[][][]