PENGAWAS PEMILU tingkat kelurahan/desa telah resmi dilantik Bawaslu Kabupaten Buleleng, Senin 6 Februari 2023. Ada 148 orang yang dilantik. Mereka akan bertugas di masing-masing desa dan kelurahan di seluruh Kabupaten Buleleng. Mereka mengawasi pelaksanaan Pemilu di wilayahnya.
Dari 148 orang pengawas itu, 118 orang laki-laki dan 30 orang perempuan. Mereka terpilih dari 415 orang yang melamar.
Di antara perempuan-perempuan itu, saya bertemu dengan Juni. Mahasiswa semester akhir Jurusan Ilmu Hukum, Universitas Pendidikan Ganesha. Ia Berasal dari Desa Tigawasa Kecamatan Banjar. Perawakannya kecil. Berpenampilan sederhana khas gadis desa. Rambutnya lurus dan panjang. Tatapan matanya begitu tegas dan serius.
Ni Putu Juni Widiantari begitu nama lengkapnya. Meski tubuhnya kecil, gadis 23 tahun ini terlihat begitu percaya diri.
Saya saya lihat pertama kali tahu Juni ikut melamar jadi pengawas, saya masih sedikit memendam keraguan. Apa bisa nanti ia menjalankan tugas?
Menjadi pengawas tentu bukan pekerjaan mudah. Apalagi tugasnya di Desa Tigawasa, salah satu desa Desa Bali Aga Buleleng bersama Desa Sidetapa, Cempaga, Pedawa dan Banyuseri.
Desa-desa Bali Aga di Buleleng adalah kawasan khusus, karakater masyarakatnya sedikit berbeda dengan warga desa lain di Bali Utara. Mereka adalah warga-warga yang sangat berpegang teguh pada pendirian dan tradisi leluhur. Tentu perlu pola-pola pendekatan yang berbeda dalam melakukan pengawasan nanti.
Juni (paling pojok kanan) mengikuti pelantikan di Hotel Banyualit, Lovina
Pengalaman saya sendiri menjadi pengawas kelurahan/desa di tahun 2014, membuat saya benar-benar tahu betapa berat tugas yang harus dijalani. Dengan honor yang tidak seberapa. Harus berhadapan langsung dengan tokoh-tokoh masyarakat. Para pemain politik di desa. Orang-orang itu yang terkadang tak segan-segan memberi ancaman langsung jika kepentingannya tak dituruti. Begitu yang saya pernah alami.
Tapi tampak raut wajah Juni menunjukkan betapa ia betul-betul bersemangat. Ia tetap kukuh menjadi pengawas pemilu di Desa Tigawasa. Ia katakan ingin menambah pengalaman. Agar bisa berperan serta memastikan netralitas kepemiluan di desa—begitu ungkapnnya ketika saya tanya alasanya mau jadi pengawas pemilu di desa.
Ketertarikannya pada kepemiluan sendiri, berawal dari ia pernah magang selama tiga bulan di Bawaslu Buleleng. Di sana juga saya bertemu pertama kali kenal Juni. Ia merasa bahwa mengawasi proses pemilu adalah sebuah kebanggaan. Bisa ikut berkontribusi pada perhelatan pesta demokrasi.
Berbekal magang itulah, Juni cukup yakin melamar sebagai pengawas, dan yakin bisa menjalankan tugas dengan baik. Menurut sahabat saya, salah seorang staf di Bawaslu Buleleng, Juni adalah tipe orang pekerja keras. Ia dengan cepat belajar jika diberi tugas. Bahkan sering ikut lembur menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di kantor.
Selain pernah magang di Bawaslu Buleleng, Juni menjelaskan ia memberanikan diri karena juga didukung penuh kedua orang tuanya. “Juni kan tugas di desa sendiri, Bli, jadi orang tua siap membantu,” ujarnya.
Juni kuliah tentang hukum di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja. Apakah kuliahnya tidak terganggu?
Juni juga mengatakan kuliahnya hanya tinggal menunggu jadwal sidang skripsi. Untuk itulah ia yakin bisa fokus menjadi pengawas. “Kalau tidak ada halangan, akhir bulan Maret ini semoga sudah bisa diwisuda,” katanya penuh optimisme.
Bagi Juni, bisa menjadi pengawas di desa sendiri adalah kesenangan. Bisa mengenal lebih banyak warga desa. Karena selama kuliah, ia banyak habiskan waktu di Kota Singaraja. Bisa melatih kemampuan berkomunikasi dengan pemerintah desa. Dulu ke kantor desa paling cuma sekali setahun, untuk urusan surat menyurat. Kini ia harus banyak berkoordinasi dengan kepala desa dan juga perangkatnya. Sebagai calon sarjana hukum, kemampuan berkomunikasi memang menjadi kebutuhan.
Juni melakukan audensi dengan perangkat Desa Tigawasa
Melihat semangat Juni, keraguan saya jadi sirna. Meski tidak akan mudah, saya memiliki keyakinan Juni akan mampu mengemban tugas. Setelah dilantik Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa sendiri akan langsung bertugas mengawasi tahapan Pemilu 2024. Ada dua tahapan Pemilu yang sedang berjalan. Pemutakhiran Data Pemilih dan Verifikasi Faktual Dukungan Anggota Dewan Perwakilan Daerah.
Selain Juni, masih ada perempuan-perempuan muda lain yang menjadi Pengawas Pemilu Kelurahan/desa di Buleleng. Para perempuan ini akan bertugas dengan waktu cukup panjang. Sampai Pemilihan Kepala Daerah Serentak pada November 2024.
Keikutsertaan Juni menjadi penyelenggara Pemilu di usia yang muda memberikan saya sebuah harapan. Bahwa anak-anak muda dan perempuan, tidak apatis pada politik. Perempuan juga bisa, seperti Ketut Ariyani, perempuan Buleleng yang mampu menjadi pengawas pemilu hingga terpilih sebagai Ketua Bawaslu Provinsi Bali periode 2018-2023. Meski jumlah perempuan yang lolos sebagai pengawas pemilu kelurahan/desa pada Pemilu 2024, belum mencapai keterwakilan 30 persen. [T]