10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Hantu yang Selalu Perempuan dalam Film Indonesia dan 5 Film Horor yang Wajib Ditonton

Yudi SetiawanbyYudi Setiawan
February 4, 2023
inUlas Film
Hantu yang Selalu Perempuan dalam Film Indonesia dan 5 Film Horor yang Wajib Ditonton

Foto diambil dari poster film Inang

HANTU. Masyarakat Indonesia─walaupun tidak semua, tapi kebanyakan─masih memegang erat kepercayaan bahwa hantu itu ada. Di era yang serba modern, canggihan, materialistis, kepercayaan akan hantu tidak pernah pupus. Bahkan, bagi sebagian orang, hantu menjadi komoditas yang laris manis di dunia hiburan. Sejauh yang saya ingat, film bergenre horor─tentu selain film drama cinta dan laga─masih menjadi pilihan yang sangat diminati masyarakat Indonesia untuk ditonton di waktu senggang.

Tempo dulu banyak film horor yang diputar di stasiun TV─ya, dan kita semua tahu itu. Seperti, misalnya, yang melekat dalam ingatan saya, film-film horor yang dibintangi Sang Legenda, Suzana.

Mengingat nama Suzana, khususnya generasi 90-an–2000-an, sudah pasti terbayang bagaimana seramnya perawakan hantu yang diperankannya dalam film Malam Satu Suro (1988), Beranak dalam Kubur (1971), Malam Jumat Kliwon (1986), dan Ratu Buaya Putih (1988), misalnya. Atau, tentu saja, penggalan scene yang sangat melekat dalam benak, “Bang, sate, Bang. Satenya 200 tusuk, makan di sini”. Sungguh, pada zaman itu, sensasi takutnya susah untuk digambarkan.

Sepertinya semua sepakat bahwa Suzana adalah sosok memiliki jiwa magis. Bukan hanya saat bersandiwara menjadi hantu, tetapi juga dalam kehidupan nyata─setidaknya menurut rumor yang beredar.

Dalam memerankan hantu, sulit rasanya untuk menandingi akting Suzana─meskipun belakangan muncul nama seperti Julia Perez, Dewi Persik, Ayu Azhari dan sederet nama top lainnya.

***

Tetapi, seiring perjalanan zaman, saat saya masih SMP, film horor Indonesia di produksi seakan-akan hanya mengeksploitasi bagian tubuh wanita saja, terkesan jorok, porno, saru. Benar. Alih-alih tegang dengan adegan horornya, malah justru tegang karena adegan ranjangnya. Alih-alih fokus alur ceritanya, malah justru fokus ke yang lainnya. Sederet nama seperti Julia Perez, Dewi Persik, atau Ayu Azhari, hampir selalu berhasil menjadi bahan fantasi─oh, lupakan saja bagian ini.

Terlepas dari apa yang saya sampaikan di atas, sadar atau tidak, dalam film horor, perempuan hampir selalu menjadi hantunya. Tak hanya di Indonesia, produksi film-film horor luar negeri pun sering menjadikan perempuan sebagai pemeran hantunya. Mengapa demikian?

>>>

Remotivi berusaha menjawabnya. Pertama, hantu perempuan seringkali tercipta dari kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki terhadapnya. Teror hantu perempuan menggambarkan kondisi ironis, di mana untuk menghukum pelaku kekerasan, perempuan harus turun tangan sendiri.

Kedua, teror hantu perempuan sebagai tindakan balas dendam. Gagasan bahwa seorang perempuan ketika masih hidup tidak berdaya, dan menjadi marah ketika ia mati terdengar lebih “realistis” bagi kita, sebab laki-laki ketika disakiti akan melakukan balas dendam seketika itu juga, atau saat masih hidup. berbeda dengan perempuan, untuk balas dendam saja mereka harus menjadi hantu terlebih dahulu.

Ketiga, coba kita lihat teori Freudian tentang kembalinya kaum tertindas. Menurut Freud, pikiran sadar kita menekan pikiran-prikiran traumatis ke dalam alam bawah sadar kita. Suatu saat pikiran-pikiran itu akan muncul lagi dengan cara yang lebih terdistorsi atau simbolis. Interpretasi Freud dalam film horor biasanya berpendapat bahwa tokoh hantu dalam film horor mewakili kembalinya mereka yang tertindas, tapi kali ini tampil dalam bentuk yang lebih kuat. Dan perempuanlah yang sering berada di posisi tersebut; tertindas, namun ujung-ujungnya cuma disurruh “sabar”

Keempat, perempuan−entah manusia atau hantu− menjadi komoditi kapital dalam dunia hiburan. Fisik wanita seakan-akan lebih pantas untuk memerankan sosok hantu, rambut yang menjuntai panjang, suara tangisan bahkan bagian-bagian tubuh yang sebenarnya tak mesti ditonjolkan dalam film horor. Dalam hal ini lebih cenderung kepada pemenuhan esek-esek kaum laki-laki.

Saya kira, budaya patriarki yang masih mengakar di kehidupan masyarakat Indonesia juga menjadi alasan kenapa perempuan seakan-akan “pantas” untuk memerankan sosok astral itu. Rasanya memang kurang pas jika laki-laki berperan menjadi hantu, kecuali pocong. Bayangkan saja, mana mungkin ada sosok hantu muncul dari atas pohon dengan kumis tebal dan badan yang sedikit berotot, menggoda pedagang sate kemudian berkata, “Bang, sate, Bang. Satenya 200 tusuk, makan di sini”. Wagu. Alih-alih seram malah terlihat aneh dan menarik gelak tawa penonton. Meskipun tidak menutup kemungkinan, kalau laki-laki mati juga bisa menjadi hantu. Itu tergantung amal ibadahnya saja.

***

Produksi film horor tahun 80-an identik dengan narasi horor yang berasal dari folklore (cerita rakyat atau budaya) yang melegenda. Sementara, sejak tahun 2000-an, narasinya lebih identik dengan urban legend (legenda urban dan kontemporer). Sedangkan pada era ini juga, banyak film horor yang mewarnai dunia perfilman tanah air seperti Jelangkung (2001), Pocong (2006), Hantu Jembatan Ancol (2008) Rumah Dara (2010), atau yang terbaru, KKN di Desa Penari (2022) dan sederet film horor lainnya.

Berbicara film horor, sudah barang tentu juga berbicara sutradaranya. Dan menurut awam saya, sutradara seperti Joko Anwar, Fajar Nugros, serta Azhar Kinoi Lubis, menggarap film horor secara totalitas dan epik. Saya selalu dibuat kaget dan takut ketika menonton film horor garapan mereka. Oleh sebab itu, biasanya, saya selalu mengajak teman untuk ikut menonton bersama─untuk meminimalisir ketakutan saya yang berlebihan.

Film-film mereka memiliki alur cerita yang tidak membosankan. Sound effect, pencahayan dan latar tempatnya juga selalu menarik. Enggan untuk melewatkannya, sedetik pun.

***

Maka, pada kesempatan kali ini, sebagai bonus, saya rekomendasikan 5 film terbaik menurut saya─yang pasti membuat bulu roma Anda berdiri. Tenang, di sini tak ada kata “nomor lima bikin pingsan”. Oke, berikut daftarnya:

1. Perempuan Tanah Jahanam (2019)

Film yang di sutradarai Joko Anwar ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Maya (Tara Basro) yang sedang bersusah payah hidup di kota tanpa keluarga, hanya ditemani satu sahabatnya yang bernama Dini.

>>>

Ketika usaha mereka di kota mengalami masa-masa sulit dan sedang membutuhkan modal lebih, Maya teringat warisan dari orang tuanya yang berada di desa. Maya─ditemani Dini─ memutuskan pergi ke kampung halamannya untuk mengurusi warisan tersebut. Sesampainya di kampung, mereka menginap di rumah besar yang sudah terbengkalai bertahun-tahun. Sedangkan di sekitar rumah itu terlihat aneh─dan angker tentu saja. Banyak kuburan anak-anak di sana.

Malam harinya Maya mendengar suara jeritan seorang perempuan yang hendak melahirkan. Maya menuju asal suara tersebut. Dari situlah, sedikit demi sedikit, misteri di kampungnya mulai terungkap.

Film ini saya beri nilai 8/10

2. Pengabdi Setan 1 (2017) dan 2 (2022)

Film yang masih di sutradarai Joko Anwar ini menceritakan tentang 1 keluarga yang awalnya tinggal di sebuah desa yang asri dan sejuk harus pindah kerumah susun di Jakarta semenjak ibu mereka meninggal dan hilangnya Ian, adik paling bungsu.

>>>

Kehidupan Rini, Bapak dan adik-adiknya yang awalnya baik-baik saja mendadak dipenuhi kekhawatiran semenjak adanya ancaman badai yang akan melanda daerah tempat tinggal mereka. Kemudian muncul kejadian-kejadian aneh yang mereka rasakan setelah adanya tragedi lift yang macet dan menelan korban jiwa.

Film ini saya beri nilai 9/10

3. Mangkujiwo (2020)

Film besutan Azhar Kinoi Lubis ini diperankan oleh Sujiwo Tejo sebagai Brotoseno. Setelah Brotoseno disingkirkan dari keraton oleh Cokrokusumo, ia berencana balas dendam dengan menggunakan pusaka cermin yang ia miliki. Dengan penuh tipu daya, Brotoseno sangat berambisi untuk membalaskan dendamnya terhadap Cokrokusumo.

>>>

Film ini saya beri nilai 8/10

4. Inang (2022)

Film yang disutradari Fajar Nugros ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Wulan, yang sehari-hari bekerja sebagai kasir supermarket─yang harus menelan kepahitan ketika sang pacar meninggalkannya dan tidak bertanggung jawab atas kehamilannya.

>>>

Wulan yang kebingungan pun sempat mempunyai niatan ingin melakukan aborsi. Namun niatan itu ia urungkan dan mencoba mencari solusi di media online. Keanehan-keanehan mulai dirasa ketika Wulan tinggal bersama keluarga yang mau mengadopsi anak yang dikandungnya itu.

Film ini saya beri nilai 9/10

5. The Medium (2021)

Ini film Thailand. Film bergenre semi dokumenter  horor ini di sutradari oleh Banjong Pisanthanakun yang juga menggarap film bergenre horor lainnya seperti Pee Mak (2013) dan Shutter (2004). The Medium bercerita tentang seorang dukun bernama Nim dari daerah Isan-Thailand yang sebagian masyarakatnya masih percaya dengan adanya kekuatan roh leluhur sebagai pelindung. Nim merupakan orang yang terpilih dari garis keluarganya sebagai dukun yang dirasuki oleh roh leluhur.

>>>

Namun kejadian aneh dimulai ketika Min, ponakan dari Nim mengalami gejala-gejala aneh seperti Nim ketika pertama kali akan terpilih dirasuki oleh roh Bayan. Nampaknya Min akan mewarisi bakat dukun dari keluarga mereka.

Film ini saya beri nilai 10/10

***

Itulah lima film horor yang saya rekomendasikan. Saya yakin, film-film yang beredar sekarang ini selalu memiliki pesan moral di dalamnya. Sekalipun itu film horor.

Hari ini film horor tidak hanya sebatas tontonan saja melainkan juga diharapkan sebagai tuntunan bagi masyarakat untuk lebih mencintai budaya sendiri dan kembali ke kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya, horor dan humor nampaknya memang memiliki perbedaan yang sangat tipis. Ada kalanya yang horor menjadi humor dan sebaliknya, humor bisa menjadi horor. [T]

Laut Menyatukan Kita | Catatan tentang Film Avatar: The Way of Water
Balimakarya Film Festival, Peluang Bagi Bangkitnya Karya Film di Bali
Beda Agama, Menikah, dan Setelah Itu | Dari Pemutaran dan Diskusi Film Pendek “Ratna” di Mash Denpasar
Tags: filmfilm hororFilm Indonesiahantu
Previous Post

Perbandingan “Kita dan Dunia”, Dari Banjo Hingga Menit yang Saya Suka

Next Post

“Poetry, Sound and Sense”, Ketika Miley Cyrus Membius Dunia dengan Flowers

Yudi Setiawan

Yudi Setiawan

Kontributor tatkala.co

Next Post
“Poetry, Sound and Sense”, Ketika Miley Cyrus Membius Dunia dengan Flowers

“Poetry, Sound and Sense”, Ketika Miley Cyrus Membius Dunia dengan Flowers

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co