— Catatan Harian Sugi Lanus, 27 Januari 2023
[][][]
Lontar WAWATEKAN mengandung chandrasangkala penting yang memberikan angka tahun peristiwa penting yang terjadi di masa silam era Jawa Kuno, utamanya adalah tahun penulisan kakawin atau karya sastra utama berbahasa Kawi yang terwariskan di Bali.
Di masa sebelum kemerdekaan WAWATEKAN inilah menjadi rujukan para tokoh mababasan (kegiatan tembang dan interpretasi kakawin) dalam mendiskusikan periodisasi penciptaan kakawin dan kerajaan di Jawa yang ditulis dalam bahasa Kawi (baru belakangan mengikuti sarjana Belanda bahasa Kawi disebut “Bahasa Jawa Kuno” — sebelumnya secara tradisional disebut “Bahasa Kawi”).
Dr. H. H. JUYNBOLL di tahun 1911 memasukkan lontar ini dalam katalog JAVAANSCHE EN MADOEREESCHE HANDSCHRIFTEN DER LEIDSCHE UNIVERSITEITS-BIBLIOTHEEK, Deel II diterbitkan oleh E.J. BRILL LEIDEN — 1911.
Dalam buku Juynboll ini terdapat sedikit kesalahan pembalikan tahun śaka terkait tahun penulisan lontar USANA BALI. “Bwat Bali Wangśa Prabhu” semestinya dikonversi menjadi 1411 Śaka atau 1478 Masehi, inilah secara tradisional disebutkan sebagai tahun penulisan USANA BALI oleh DANGHYANG NIRARTHA.
Dari informasi WAWATEKAN ini kita mendapat dua informasi penting terkait DANGHYANG NIRARTA: 1). Penulisan Kakawin Usana Bali, yang merupakan salah satu rujukan utama sejarah ditulis tahun 1478 Masehi oleh Danghyang Nirartha; 2). Diperkirakan tahun ini adalah tahun kedatangan Danghyang Nirartha di Bali.
Isi WAWATEKAN yang lain adalah informasi bahwa:
— Kakawin Ramayana ditulis Mpu Yogisśwara dengan candrasangkana: “sasti jana śuddha manah” = 1016 Śaka (1094 Masehi).
— Kakawin Bhomakawya ditulis oleh Mpu Bradah dengan candrasangkana: “sangang awak kilangö murti” = 1019 Śaka (1097 Masehi).
— Kakawin Sumanasantaka oleh Mpu Monaguna dengan candrasangkana: “sśuddha wrtta wara hira” = 1020 Śaka (1098 Masehi).
— Kakawin Smaradahana oleh Mpu Dharmaja dengan candrasangkana: “janangrengö windu wacana” = 1021 Śaka (1099 Masehi).
— Kakawin Arjunawiwaha oleh Mpu Kanwa dengan candrasangkana: “nayakangrengö windu wong” = 1022 Śaka (1100 Masehi).
— Kakawin Arjunawijaya oleh Mpu Tantular dengan candrasangkana: “hato tuna gura wak” = 1031 Śaka (1109 Masehi).
— Kakawin Krsnayana oleh Mpu Triguna dengan candrasangkana: “wak warna nanira” = 1041 Śaka (1119 Masehi).
— Kakawin Lubdhaka oleh Mpu Tanakung dengan candrasangkana: “nora prapanca pětěng hati”
1050 Śaka (1128 Masehi).
— Kakawin Ghatotkacasśraya oleh Mpu Panulung dengan candrasangkana: “iku tuna rasa wak” = 1061 Śaka (1139 Masehi).
— Kakawin Parthayajna oleh Mpu Widyatmaka dengan candrasangkana: “hěnu wiku ngambare lemah” = 1075 Śaka (1153 Masehi).
— Kakawin Bharatayuddha dengan candrasangkana: “sanga kuda sśuddha candrama” = 1079 Śaka (1157 Masehi).
— Kakawin Usana Bali oleh DH Nirartha dengan candrasangkana: “bwat bali wangśa prabhu” = 1411 Śaka (1478 Masehi).
Setelah kemerdekaan, muncul banyak sarjana Kawi yang mempelajari lontar-lontar Kawi, diantaranya Prof Poerbotjoroko yang punya opini lain tentang tahun penulisan Kakawin Ramayana, yang memperkirakan penulisannya jauh sebelum 1016 Śaka (1094 Masehi), diperkirakan pada abad 9 Masehi.
Demikian juga Kakawin Siwaratrikalpa atau Lubdhaka, karya Mpu Tanakung, oleh para peneliti belakangan meragukan penulisannya yang bertahun 1050 Śaka (1128 Masehi). Prof Zoetmulder memperkirakan kakawin ini ditulis pada pertengahan abad ke-15.
Nama penyair Mpu Tanakung sebagai pengarang Kakawin Śiwaratrikalpa muncul dari pupuh ke tiga puluh delapan. Menurut tradisi Bali, Mpu Tanakung adalah saudara Dharmaja, penulis Smaradahana, yang mana kakawin ini diperkirakan disusun pada masa pemerintahan Kamesvara. Jika Mpu Tanakung identik dengan penulis Vrttasancaya, maka masa kehidupannya adalah pada seperempat kedua abad ke-12 M, ketika kakawin dari Dharmaja disusun. Kembali ke lontar Wewatekan, Kakawin Śiwarātrikalpa disusun pada tahun 1128 M, pada masa pemerintahan Kamesvara I. Demikian informasi yang terkandung dalam WAWATEKAN terkait Mpu Tanakung.
Disamping Lontar WAWATEKAN, lontar penting yang memuat tahun-tahun peristiwa di Bali masa kerajaan Bali adalah BABAD GUMI (disimpan dalam Gedong Kirtya dengan nomor 808).
Informasi peristiwa dan tahun era kerajaan Bali bisa dibaca dan diperbandingkan antar satu naskah, sebagaimana yang tertera dalam Babad Blabatuh (lihat tulis Berg, 1932), Babad Buleleng (bac disertasi/buku Worsley, 1972), Babad Dalem (silahkan periksa karangan Warna, 1986), Babad Dalem Bodakeling (HKS, 3837), Babad Pambancangah Dalem (Museum Bali 5165), Candrasangkala (HKS 2852; HKS 3630). [T]