Namanya Benny Santoso, umurnya 27 tahun, asalnya dari Surakarta, Jawa Tengah. Namun, sejak 6 tahun terakhir, orang-orang memanggilnya dengan nama Benny Tempe. Penyebabnya, ia adalah jurugan muda penghasil tempe artisan yang cukup populer di kalangan pecinta tempe di Indonesia, khususnya di Bali. Tempe yang ia buat bukan sembarang tempe. Bukan tempe biasa, bukan juga tempe kaleng-kaleng. Ia membuat tempe di level yang berbeda. Ia membuat tempe naik kelas. Omsetnya mencapai 150 juta rupian setiap bulan. Bahkan, di tahun 2021 ia terpilih menjadi salah satu finalis 12th SATU Indonesia Awards 2021 bidang kewirausahaan yang dipersemabahkan oleh PT Astra International Tbk. Wow. Kok mantap? Memangnya tempe macam apa yang dibuat Kak Benny?
Jadi begini, umumnya, tempe dimasak dengan cara yang monoton, dengan cara yang begitu-begitu saja. Kalau tidak digoreng, pasti dibacem. Kalau tidak dibacem, pasti direbus, atau mungkin disanten. Duh, bosan. Tak heran, orang-orang mulai kehilangan hasrat untuk menikmati sajian tempe. Itulah yang kemudian mendorong pria kelahiran 2 Oktober 1995 tersebut untuk memulai bisnis tempe artisan yang menghadirkan inovasi dan cita rasa baru dalam sajian tempe.
Bisnis tempe rumahan miliknya ia beri nama Ini Tempe, alias Inovate New Idea with Tempe, digagas untuk pertama kalinya di tanggal 16 Desember 2016. Dalam bahasa Indonesia, nama bisnisnya bisa jadi Inovasi Ide Baru dengan Tempe. Nama Ini Tempe sejatinya cukup sederhana, namun sangat bermakna. Ini Tempe seperti mengisyaratkan bahwa tempe adalah sebuah kebanggan. Rumah produksi tempe miliknya ada di Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung. Lantas, apa yang membuat tempenya begitu spesial?
Benny Santoso memperlihatkan cara membungkus tempe menggunakan daun | Foto: ig @initempeid
Jika di Bali ada nasi campur, maka di Ini Tempe ada tempe campur, yaitu tempe dicampur dengan bahan-bahan lainnya. Ada 5 varian tempe campur yang sudah dikreasikan oleh Kak Benny, yaitu keju, spirulina, original, wijen hitam, dan biji labu. Di samping tempe campur, ada juga cookies tempe dengan empat varian rasa yang bisa menjadi pilihan, yaitu rasa dark coklat, jahe, mete, dan kelapa. Ada juga kripik tempe yang kriuk, renyah, dan gurih, dengan dua pilihan rasa, original dan blackpaper.
“Kami juga ada produk baru, yaitu protein ball yang dibuat dari tepung, tempe, kurma dan cranberry. Kami juga punya tempe instan. Tempe segar yang dikeringkan, nanti kalau mau dimasak harus direbus dulu 25 – 45 menit, baru bisa dimasak. Biasanya ini jadi solusi bagi yang ma berangkat kerja atau kuliah ke luar negeri. Biar praktis dan pengen tempe. Jadi bisa bawa tempe instant. Konsep yang sama dengan jamur kuping kering.” ujar Kak Benny.
Di samping menghadirkan inovasi dan sajian baru, Kak Benny juga menggunakan bahan-bahan baku premium. Ia cukup selekif memilih bahan, harus memiliki kualitas yang tinggi. Ini penting untuk menjaga cita rasa tempe yang ia produksi. Itulah mengapa ia memakai bahan-bahan baku dari petani lokal Indonesia. Biji kedelai yang ia pakai adalah biji kedelai lokal, bubuk coklat yang ia gunakan juga produk lokal unggulan. Begitu juga dengan bahan-bahan lainnya. Kualitasnya tidak main-main. Untuk pewarna makanan misalnya, ia lebih memilih menggunakan bahan-bahan yang organik. Ia memeras sari-sari buah untuk mewarnai produk-produk tempenya, seperti buah naga, buah bit, dan sebagainya.
“Kita tidak berani pakai pewarna kimia atau pewarna buatan. Kita pakai sari-sari buah. Meskipun warnanya agak pucat, tapi kita tahu ini lebih aman dan lebih safe, jadi lebih sehat.” Sambungnya.
Kak Benny juga memperhatikan kemasan dari produk-produk tempe miliknya. Ia membuat kemasan semenarik mungkin. Baginya, kemasan produk menjadi identias bisnis, semakin menarik dan unik kemasan yang dimiliki, makan semakin mudah juga para konsumen untuk mengingat produk-produknya. Itulah yang menjadi salah satu nilai pembeda dari produk lainnya.
“Jadi kita ingin membuat tempe ini menjadi seksi. Tidak cuma dianggap sebelah mata, digoreng kemudian ditemukan di pasar. Tapi kita mebuat tempe ini seksi, bisa masuk hotel bintang 5. Tidak cuma menjadi makanan rumahan, tapi juga memiliki nilai jual yang tinggi.”
Kak Benny mebandrol harga Rp 6.500 sampai Rp 35.000 untuk tempe kiloan, itu yg kiloan minimal pembelian adalah 1 Kg. Pembeli akan mendapat dua kotak berisikan tempe. 1 kotak isinya 500 gram. Untuk snack, dari yang mini harganya Rp 20.000 sampai yang paling mahal Rp.37.000. Sejak mendirikan Ini Tempe hingga saat ini, Benny Santoso telah bekerjasama dengan puluhan retail baik di Bali maupun di luar Bali. Di Bali sendiri, Ini Tempe bisa ditemukan di lebih dari 20 retail yang tersebar di seluruh daerah Bali. Produk-produknya juga didisplay di beberapa hotel dan restoran terkenal di Nusa Dua.
Paket komplit ibu dan anak belajar membuat tempe | Foto: Ig @initempeid
Para pembeli juga banyak memesan produk Ini Tempe lewat e-commerce, seperti Shopee dan Tokopedia. Lebih banyak pembeli yang memesan berasal dari wilayah Jakarta, Bogor, depok, Tanggerang, dan Bekasi. Bahkan, Kak Benny pernah mengirim tempe-tempenya ke pulau Sumatera, Kalimantan, dan Jayapura. Menurut testimoni mereka, produk-produk Ini Tempe memiliki cita rasa yang enak. Tak sedikit dari mereka yang melakukan pemesanan ulang dan setia menunggu saat stok sedang kosong.
Tugas Akhir Dulu, Wirausaha Tempe Kemudian
Kesuksesan Kak Benny merintis Ini Tempe bermula pada tahun 2016. Saat itu ia sedang menapaki tahun terakhirnya di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali jurusan manajemen tata boga. Untuk menyelesaikan final project, ia pun memiliki ide untuk bereksperimen dengan tempe, yaitu dengan membuat tempe rasa keju. Ia ingin mempertahankan tekstur tempe sembari menghadirkan cita rasa keju di dalamnya. Meski terkesan sederhana, ia tidak main-main dengan idenya tersebut. Dari awal, ia berpikir tugas akhirnya harus sukses dan menjadi bisnisnya nanti di masa depan.
“Saya bikin tempe dua macam ada tempe rasa bawang putih dan juga tempe rasa keju. Tempe di pasaran kan biasa-biasa saja. Kenapa tidak kita kasih flavour? Nah percobaan pertama dengan tempe keju itu berhasil. Ketika dicoba, uhh ada rasa kejunya, enak maknyus.” kata Kak Benny kegirangan. Ia merasa senang selayaknya ilmuwan yang berhasil menyukseskan sebuah eksperimen ilmiah.
“Tapi tempe bawang putih, waduh nyoba berapa kali gagal mulu. Masuk akal sih bawang putih kan ada anti bakterinya, eh jadinya tempenya gagal mulu”
Enam bulan setelah project tersebut selesai dikerjakan. Kak Benny pun mulai mengalami kebingungan. Ia berpikir-pikir, menimbang-nimbang. Harus ia bawa ke mana agar project-nya tidak mubazir?
Ia pun teringat sesuatu. Di samping pengalamannya membuat tempe untuk tugas akhir tersebut, ia juga berbekal pengetahuan dan kemampuan yang ia dapatkan sebagai mahasiswa jurusan managemen tata boga. Ia pun dengan mantap memutuskan untuk menekuni eksperimen tempe artisan tersebut sebagai sebuah wirausaha. Di bulan Desember 2016, ia pindah ke Ubud untuk memulai usahanya. Saat itu, ia menghabiskan sekampil kedelai. Beratnya sekitar 25 Kg. Sayangnya, percobaan pertamanya gagal.
“Semua gagal total di saat itu. Saya berpikir ini tempe mau saya jadikan usaha beneran apa enggak sih? Kok bikinnya gagal mulu ya? Akhirnya saya belajar lagi mulai buat tempe, akhirnya berhasil” ujar Kak Benny.
Ia kemudian berinisiatif menjual tempe-tempe buatannya itu kepada para tetangganya. Saat itu, ia mematok harga Rp 10.000 per pcs Mereka, para tetangga itu, akhirnya membeli tempe-tempe tersebut. Dalam hati ia bergeming, mungkin mereka mau membeli karena mereka kasihan melihatnya selalu gagal dalam membuat tempe.
Bisnisnya belum berjalan lama, namun Kak Benny kembali bertemu dengan masalah lain. Orang-orang ternyata sudah mulai bosan makan tempe. Salah seorang tetangganya pun bertanya apakah ia tidak membuat tempe model lain selain tempe polosan. Ia pun kemudian mendapat ide untuk membuat produk olahan dari tempe yang inovatif. Kebetulan, ibunya hobi membuat kue kering dan menekuni usaha kue kering di Surakarta. Ia pun bereksperimen membuat kue kering berbasis tempe.
Cookies atau kue kering dari tempe dibuat Kak Benny dari dasar. Jadi ia perlu waktu lima hari membuat tempe, kemudian satu hari khusus untuk mengolah tempe jadi cookies. Setelah proses enam hari, jadilah cookies nabati dari tempe yang rendah gula.
Kedelai yang sudah dicampur ragi dimasukan ke dalam pembungkus | Foto: @initempeid
Saat produknya sudah jadi, Kak Benny kembali menjadikan para tetangganya sebagai kelinci percobaan. Mereka dengan senang hati mencoba cookies tempe buatannya. Hasilnya, berhasil. Sesuai harapan Kak Benny. Mereka menyukainya. Menurt mereka, kue kering berbasis tempe yang dibuanya rasanya sangat enak dan lezat. Sejak itulah, Kak Benny selalu beksperimen dan berinovasi. Ia kemudian membuat tempe cookies dengan varian rasa yang lebih beragam, seperti salty chocolate, bali coconut, cashew krunch. Di samping cookies tempe, ia juga membuat tempe dalam bentuk lain yang tak kalah unik dan menarik, seperti keripik tempe, tempe protein ball, instant tempe yang bisa tahan 12 bulan, cokelat tempe, hingga tempe keju.
Awal-awal merintis Ini Tempe, Kak Benny sempat mengalami penolakan dari keluarganya sendiri. Orang tuanya tidak memberikan restu untuknya menjadi wirausaha, Mereka ingin Kak Benny bekerja di hotel bintang 5, di kapal pesiar, atau di luar negeri. Meski tidak mendapat dukungan saat itu, tidak serta merta membuat Kak Benny patah semangat. Ia justru merasa tertantang dan ingin membuktikan kepada keluarganya bawha ia bisa menjadi orang sukses lewat produk-produk tempe olahannya. Seiring berjalannya waktu, kedua orang tua Kak Benny akhirnya menyadari, rezeki anaknya ada pada tempe, bukan pada hotel bintang 5 atau kapal pesiar. Mereka berdua kemudian memberikan kepercayaan penuh dan mendukung Kak Benny untuk tetap berinovasi lewat tempe.
Membuat Tempe, Menunaikan Mandat
Pembuatan tempe di rumah produksi Ini Tempe cukup unik dan menarik. Sebab, para staff harus memberikan perhatian penuh di dalam setiap proses. Bentuk perhatian dalam membuat tempe sama halnya dengan perhatian kepada pacar atau kekasih sendiri. Harus dilakukan. Harus ditunaikan. Tidak boleh tidak. Jika tidak, fatal akibatnya.
“Pembuatan tempe di Ini Tempe memakan waktu 5 hari. Kenapa 5 hari? Karena saya ingin menjaga dan merawat konsistensi kualitas tempe yang diproduksi.” terang Kak Benny.
Biji kedelai yang dipilih sebagai bahan dasar tempe haruslah yang bagus, padat dan berisi. Tujuannya tentu saja agar tempe yang dihasilkan nanti memiliki kualitas terbaik. Pertama-tama, biji kedelai direndam selama 2 hari. Proses perendaman tersebut nantinya akan memudahkan kedelai untuk dibersihkan. Setelah direndam, barulah kedelai tersebut dicuci menggunakan air bersih secara berulang-ulang agar tidak ada kotoran yang menempel dan kulit-kulit biji kedelai semuanya terkelupas. Jika sudah bersih, kedelai kumudian dimasukan ke dalam panci yang sangat besar. Panci yang bentuknya mirip seperti panci milik para penyihir di abad-18 yang sering dijumpai di film-film. Hanya saja panci yang digunakan Kak Benny lebih modern. Nah, di sanalah kedelai tersebut direbus sampai matang selama kurang lebih 40 – 60 menit tergantung kondisi bahan. Proses perebusan tersebut sekaligus menjadi proses sterilisasi untuk mematikan mikroorganisme yang tumbuh selama perendaman.
Kedelai yang sudah direbus lantas ditiriskan, didinginkan, dan dikeringkan dengan cara ditebar di atas papan kayu yang besar dan lebar, di bawah sinar matahari. Sesekali kedelai-kedelai itu juga dikeringkan dengan bantuan kipas angin yang sangat besar ukurannya. Hal ini dimaksudkan agar kedelai benar-benar kering, terutama saat cuaca sedang tidak bersahabat, langit mendung, dan tidak ada sinar matahari. Seperti pada saat musim hujan akhir-akhir ini.
Chocolate Tempe, salah satu inovasi Benny Santoso di Ini Tempe | Foto: ig @initempebali
Proses selanjutnya adalah menambahkan ragi. Kak Benny biasanya mencampur aduk ragi dan kedelai menggunakan mesin pengaduk yang berputar-putar seperti truck molen yang sedang mengaduk beton agar tetap tercampur. Kenapa menggunakan mesin? Karena jumlah kedelai yang harus dicampur bersama ragi tidaklah sedikit. Dalam sekali produksi, ia bisa menghabiskan paling banyak 50 Kg biji kedelai. Dalam sebulan, jumlahnya bisa mencapai 200 Kg. Nah, jika mencampurkan ragi menggunakan tangan, tentu akan memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak. Mesin pengaduk menjadi solusi untuk menefisienkan waktu dan tenaga. Jika kedelai dan ragi sudah tercampur rata, biji kedelai siap dibungkus, entah menggunakan daun atau menggunakan plastik.
Kelihaian tangan para pegawai memasukan kedelai ke dalam bungkusnya membua siapapun yang melihat terkesima. Mata seketika tak berkedip. Tangan-tangan mereka bergerak, membuat pola tertentu, terkesan asal memasukkan begitu saja, sesukanya, seenaknya, namun jumlah kedelainya seperti tidak kurang juga tidak lebih. Porsinya semua sama. Beratnya kira-kira juga tak ada beda. Itu adalah hal yang sangat jenius. Tangan mereka bergerak layaknya tangan seorang maestro.
Tempe-tempe yang sudah dibungkus kemudian dimasukan ke dalam ruang fermentasi dan didiamkan selama 36 – 48 jam. Proses fermentasi itulah menjadi proses paling penting untuk menentukan kualitas tempe yang diproduksi. Fermentasi meningkatkan kadar gizi yang terdapat dalam tempe, pun mengubah rasa langu (beany flavor) dari kedelai menjadi rasa khas tempe yang nikmat.
Suhu dalam ruangan fermentasi juga harus benar-benar diperhatikan. Tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih dari 30 derajat celcius. Jika saat itu udara sedang dingin, maka mesin penghangat di ruang fermentasi akan dinyalakan. Sebaliknya, jika udara sedang panas-panasnya, maka pendingin ruangan atau AC yang akan diaktifkan untuk membawa suhunya kembali ke 30 derajat celcius.
“Memang agak kompleks membuat tempe, harus benar-benar diperhatiin itu tempe. Ada banyak faktor dan memang harus bener-bener put attention buat tempenya. Tempe kan tergantung suhu banget ya, jadinya sensitif banget. Ibarat kayak cewek lagi PMS. Kalau suhunya sudah nggak tepat, ya gagal. Makanya kita prepare, kalau sudah panas, nyalain AC, kalau dingin, nyalain penghangat. Kalau sudah berkeringat, artinya proses fermentasinya sedang berlangsung.”
Berkeringat yang dimaksud adalah butir-butir air yang ada di permukaan bungkus tempe yang sedang difermentasi. Setelah proses fermentasi selesai, bukan berarti proses pembuatan tempe juga tuntas sepenuhnya. Tempe-tempe yang sudah jadi dan selesai difermentasi tersebut disimpan terlebih dahulu di dalam mesin pendingin. Tidak langsung didistribusikan atau dikirim begitu saja. Tujuannya agar proses fermentasi tidak berlanjut, dan agar kesegaran tempe tetap terjaga.
“Tempe kalau sudah jadi tidak langsung dikirim gitu. Tapi didinginin dulu. Kalau dikirim juga isi es, kalau tidak isi nanti malah fermentasinya lanjut. Di samping itu juga agar tempenya tetep segar dan fermentasinya melambat.” kata Kak Benny memperlihatkan freezer miliknya. Mirip freezer yang sering dijumpai di toko daging.
Pembuatan tempe dengan penuh perhatian adalah sebuah mandat dari Kak Benny dan mandat itu pun dijalankan sepenuh hati oleh para pegawainya. Mereka menabur perhatian di antara ragi dan kedelai yang dicampur aduk, menyemai bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya, membungkusnya rapi-rapi, kemudian mengantar tempe-tempe tersebut menuju tujuan yang baru, yaitu para pembelinya.
Menyokong Petani Indonesia Mendukung Produktivitas Kedelai Lokal
Menurut Kak Benny, produksi kedelai lokal dalam negeri mengalami beberapa kendala. Dari segi kualitas, kedelai lokal memiliki ukuran yang tidak seragam. Ukuran bijinya tidak ada yang standar. Ada yang besar, ada pula yang kecil. Jadi karakteristik kedelai lokal agak susah untuk memenuhi standar olahan. Kebersihan kedelai lokal juga menjadi permasalahan. Biasanya, kedelai lokal yang dikirim selalu datang dalam keadaan kotor, masih tercampur tanah, ranting, daun, batu, dan sebagainya. Itulah mengapa kedelai lokal harus dicuci sebersih mungkin jika ingin dijadikan bahan olahan.
Kedelai lokal juga susah ditemui di pasaran. Keberadaannya masih terbatas, tidak selalu ada setiap harinya. Dari segi harga, kedelai lokal masih lebih mahal dibanding kedelai impor. Akibatnya, banyak masyarakat yang lebih memilih kedelai impor ketimbang kedelai lokal. Hal ini tentu saja berimbas pada semangat para petani kedelai. Mereka menjadi enggan menanam kedelai dan berencana untuk beralih untuk menanam alternatif yang lain, seperti padi, jagung, dan sebagainya.
Snack berbasis tempe yang dijual Ini Tempe | Foto: ig @initempebali
“Nah, kita ingin support dan encourage petani lokal Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah dan Bali. Dengan adanya encourage dan membeli bahan baku dengan harga yang pantas, mereka bisa jadi semangat dan memberikan kualitas terbaik untuk kita pakai.” ujar Kak Benny.
Selama 6 tahun berdiri, Ini Tempe Bali selalu menggunakan kedelai lokal. Menurutnya, harga kedelai lokal cenderung stabil. Kualitasnya pun lebih bagus, lebih banyak mengandung nutrisi. Rasnya pun lebih gurih jika dibandingkan dengan kedelai impor. Namun yang paling penting, Kak Benny ingin back to local alias memberdayakan petani lokal. Ia memasok biji kedelai lokal dari daerah Grobogan, di Jawa Tengah, serta dari daerah Tabanan dan Pulaki di Bali. Kak Benny langganan kedelai lokal dari petani-petani di sana. Berapapun mereka panen, Kak Benny akan membelinya dengan harga yang normal dan wajar, tanpa dipermainkan.
“Biar semangat kan petaninya. Sebisa mungkin kita menjadi negara yang swasembada pangan. Jangan impor terus. Jadi lokalnya diberdayakan” imbuhnya.
Memberdayakan Perempuan, Menghidupkan Kehidupan
Di samping memberdayakan petani lokal, Kak Benny juga memberdayakan perempuan, seperti ibu rumah tangga dan gadis remaja. Mereka berasal dari berbagai daerah di Bali. Ada yang dari Sading, ada yang dari Kesiman, pun ada yang dari Dalung. Dari Penatih dan dari Gianyar juga ada. Semua tim Ini Tempe Bali adalah perempuan. Hal itu sengaja dilakukan oleh Kak Benny. Ia ingin memberi tahu siapa saja bahwa semua perempuan bisa berdaya.
Memberdayakan perempuan adalah sebuah gerakan yang memang harus didukung penuh. Kenapa? Karena pemberdayaan perempuan dapat mendorong perempuan untuk terus berkarya dan bisa bekerja untuk memberikan penghidupan bagi keluarga mereka. Perbedayaan perempuan bahkan dapat membantu meminimalisir kekerasan dalam rumah tangga, baik kekerasan seksual, maupun kekerasan fisik.
Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Wayan Erawati, salah seorang karyawati di Ini Tempe Bali. Sejak bekerja bersama Kak Benny, ia merasa kehidupannya semakin membaik. Ia menjadi perempuan yang produktif, pun dapat membantu perekonomian keluarganya.
“Pertama saya kira kerja bikin tempe itu berat. Kaya bikin tempenya itu diinjak-injak seperti yang orang-orang bilang. Ternyata tidak. Kalau untuk perekonomian sangat membantu. Karena seperti janjinya bos saya (Kak Benny). Kalau 6 bulan kerja bonusnya naik. Sesuai dengan perkataan beliau.” ujarnya di sela-sela kesibukannya membuat tempe.
Kripik tempe kriuk renyah ala Ini Tempe | Foto: ig @initempebali
Saat ini, ada 10 orang yang berproses di Ini Tempe Bali. 3 orang di bagian produksi, 7 orang di back office, seperti yang bertugas di bidang pemasaran, admin, media sosial, dan sebagainya. Membuat tempe, berkreasi, kemudian memasarkannya kepada para pembeli meningkatkan kapasitas diri mereka sebagai perempuan. Mendorong pemberdayaan perempuan bisa dimulai dari hal kecil, dan Kak Benny sudah melakukannya dengan memperkerjakan perempuan di rumah produksi tempe miliknya.
Berdampak pada Lingkungan, Saling Menguntungkan
Di samping menghasilkan tempe, proses produksi di rumah produksi Ini Tempe Bali juga menghasilkan limbah, baik berupa limbah padat maupun limbah cair. Limbah padat berasal dari kulit kedelai yang mengelupas selama proses perendaman. Sementara limbah cair berasal dari air rendaman hingga air rebusan kedelai. Di tempat-tempat lain, biasanya limbah akan dialirkan ke pembuangan setempat. Ada juga yang membuang ke sungai. Namun hal tersebut tentu membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Air sungai akan berubah kerus dan berbau tidak sedap. Biota yang hidup di sungai dan sekitarnya akan terganggu kehidupannya akibat air sungai yang tidak steril. Limbah tersebut juga dapat merusak kualitas tanah.
Agar tidak mencemari lingkungan sekitar, Kak Benny pun berinisiatif untuk menjadikan limbah-limbah tersebut sebagai pakan hewan dan memberikannya secara gratis ke sebuah peternakan kambing di dekat rumah produksi. Limbah-limbah tersebut akan dimasukan ke dalam jerigen berkapasitas 30 liter, dikumpulkan terlebih dahulu di depan rumah produksi, kemudian diantarkan ke peternakan kambing terdekat.
“Kita mencari peternakan kambing dan kita memberikan limbah kita. Ternyata limbah padat dan cair ini disukai oleh kambing-kambing tersebut. Kambing tersebut pun juga lebih gemuk.” ujar Kak Benny.
Tentu saja kambing-kambing itu akan bertambah gemuk. Limbah tempe memiliki asupan protein yang tinggi dan sudah pasti sangat bagus untuk hewan ternak, seperti kambing-kambing itu contohnya. Lebih gemuk si kambing, lebih bagus juga kualitas ternak yang dihasilkan.
Cookies Tempe atau Tempe Kue Kering karya Ini Tempe | Foto: ig @initempebali
Salah seorang peternak kambing, I Wayan Gede Purna namanya, mengaku kambing-kambing miliknya menjadi tambah sehat sejak diberi limbah tempe tersebut.
“Dampak dari air rebusan kedelai, nafsu makan bertambah. Selama ini kami hanya mengandalkan pakan alami, jadi pertumbuhan kambing kami saat ini syukur belum pernah ada yang sakit dan kena jamur. Ditambah lagi dengan tempat kami yang terbuka, sinar matahari, dan nutrisi yang didapat dari limbah tempe.” ujarnya sambil menatap kambing-kambingnya penuh harap dan doa. Ya, semoga kambing-kambing miliknya sehat selalu.
Kak Benny tentu saja merasa sangat senang dengan hal tersebut. Selain bisa memberi manfaat bagi lingkungan sekitar, ia juga tidak perlu susah-susah membuang limbah dari produksi tempe miliknya. Kak Benny dan peternak kambing sama-sama terbantu satu sama lain. Ia terbantu untuk mengatasi limbah tempe miliknya, peternak kambing terbantu memenuhi kebutuhan pakan ternak untuk kambing-kambingnya. Simbiosis mutualisme kata anak IPA.
Tempe Ada, Kelas Membuat Tempe Juga Ada
Ini Tempe tidak hanya menawarkan produk tempe dan olahan tempe, namun juga menawarkan experience membuat tempe dari awal. Kak Benny sendiri yang akan menjadi instruktur dan mengajarkan langsung bagaimana proses pembuatan tempe ala Ini Tempe Bali. Ide membuka kelas membuat tempe ini pertama kali muncul di tahun 2017. Inspirasinya datang dari alam Bali itu sendiri yang eksotis dan penuh filosofi. Rasanya jauh lebih baik jika para pembeli tidak hanya membeli tempe tapi juga mempelajari keberlanjutan melalui tempe, salha satu makanan eksotis asli Indonesia. Mereka juga dapat menyelam lebih dalam untuk mengetahui filosofi dari sebuah tempe, proses kreativitas yang dimiliki Ini Tempe, termasuk cara memasak dan cara menikmatinya.
Kelas membuat tempe ini dibuka untuk private dan group. Peminatnya pun ternyata tidak sedikit. Mereka berasal dari berbagai kalangan usia dan profesi, mulai dari remaja sampai dewasa, dari pengusaha sampai pensiunan perusahaan, dari dari siswa sampai public figure. Ada yang datang karena memang penasaran dengan proses pembuatan tempe ala Ini Tempe, ada juga yang datang untuk mengisi masa-masa liburan. Sebagian dari mereka yang mendaftar adalah wisatawan mancangeara yang tertarik mengetahui seluk beluk tempe si superfood. Banyak juga yang mendaftar ikut kelas jauh-jauh hari sebelum kelas benar-benar dimulai. Bahkan ada yang sudah memasan sejak 2 bulan sebelumnya. Kelas membuat tempe di bulan Desmber pun sudah dipesan di bulan Oktober.
“Perkenalkan saya Benny Santoso, asal Surakarta, Jawa Tengah pendiri artisan tempe, Ini Tempe di Bali. Saya berusia 26 tahun”. Barangkali itulah hal yang diucapkan Kak Benny saat memulai sesi membuat tempe bersama para peserta yang sudah mendaftar dan hadir bersama di rumah produksinya. Protokol saat memproduksi tempe di Ini Tempe sudah mereka kenakan dengan rapi. Para peserta memakai masker, memasang slop di tangan amsing-masing, dan penutup/cap di atas kepala. Mereka semua juga sudah siap dengan bahan dan alat yang digunakan dalam membuat tempe, seperti kedelai, ragi, tempeh, dan daun atau plastik sebagai pembungkus. Mereka siap mengikut kelas tempe ala Ini Tempe.
Para peserta kelas membuat tempe mencampur aduk ragi dan biji kedelai hingga merata | Foto: ig @sayuri_healing_food
Di samping status Kak Benny sebagai pengusaha tempe artisan, performanya sebagai seorang instruktur juga patut diancungi jempol. Kualitas tutur yang ia berikan kepada para peserta cukup jelas dan tertata, serius tapi santai. Kak Benny menjelma seorang story teller yang sedang tampil di hadapan peserta, menyuguhkan ritual pembuatan tempe yang memukau. Sambil tetap bertutur, tangan-tangannya bergerak secara lihai, merebus biji-biji kedelai sampai matang, meniriskannya di atas wadah kecil, dikeringankan di atas meja, kemudian mencampur aduk ragi dan kedelai sampai rata. Barulah, biji-biji kedelai dibungkus dengan rapi menggunakan daun dan plastik. Jujur, kelas membuat tempe ala Ini Tempe sangat seru.
“Jadi kalau bikin tempe itu ada 3P. Patience atau sabar, passion atau hasrat, dan persistence atau kegigihan. Jadi kalau gagal ya jangan nyerah. Kita bikin lagi.” Ujar Kak Benny sembari mencampur aduk tempe dan ragi di atas tempeh.
Kelihaiannya membuat tempe, ditambah keluwesannya dalam bertutur, akhirnya membawa dirinya untuk menjadi pembicara di beberapa event-event ternama dan bergengsi, baik skala nasional maupun skala internasional. Tahun 2018, Kak Benny menjadi pembicara di salah satu sesi Masterclass serangkaian Ubud Food Festival, diikut dengan acara Ubud Writers and Readers Festival di tahun-tahun berikutnya. Secara tidak langsung, ia telah mempromosikan diplomasi kedelai dalam negeri, diplomasi kuliner yang dimiliki Indonesia lewat kelas membuat tempe.
Bangsa Tempe Bangga Makan Tempe
Orang Jepang punya sushi, orang Itali punya pizza, orang Korea punya kimchi, orang Indonesia punya apa? Ya, salah satunya punya tempe. Nah, gerakan membanggakan tempe itulah yang sedang digalakkan oleh Kak Benny dengan hashtag #ayomakantempe dan #kitabangsatempe.
Keseruan saat mengikuti kelas membuat tempe di Ini Tempe | Foto: ig @sayuri_healing_food
Sebelum-sebelumnya, tempe selaku dikaitkan dengan mental yang lemah, kalangan yang terinjak-injak, lokal, rendah, murahan, kampungan, dan menjijikan. Namun dengan inovasi yang dibuatnya di Ini Tempe, ia ingin mengubah mindset tersebut. Baginya, tempe is for everyone, tidak mengenal ras, suku, agama, budaya, agama, hingga statu sosial. Siapa saja bisa menikmati tempe, pun siapa saja bisa merasakan manfaatnya.
Mnenurut Kak Benny, bangsa Indonesia adalah bangsa tempe. Mengapa? Karena besarnya potensi yang ada dalam tempe itu sendiri. Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa tempe adalah superfood. Sangat cocok sebagai makanan untuk gaya hidup sehat. Tingginya kandungan protein dan vitamin, serta unsur-unsur lainnya menjadikan tempe kaya manfaat, terutama untuk kesehatan fisik dan jiwa. Ada deretan panjang khasiat tempe yang luar biasa, seperti secara medis menyembuhkan diare, menurukan tekanan darah, mencegah anemia, menolak kanker, infeksi, dan berbagai penyakit degenaratif lainnya.
Tak hanya dikonsumsi di Indonesia saja, tempe juga sangat potensial untuk bersaing di pasar global. Peluang tempe dipasarkan di luar negeri semakin terbuka lebar seiring dengan banyaknya penemuan ilmiah tentang khasiat tempe dan semakin maraknya tren vegetarian di seluruh penjuru dunia. Itulah mengapa masyarakat harus bangga dengan tempe, harus bangga makan tempe.
“Jadi kita harus bangga sama produk asli dari Indonesia. Cintai produk lokal Indonesia, dan mulai saja dulu. Kalau tidak cinta produk lokal gimana Indonesia mau berkembang. Kalau tidak dimulai dulu, ya kapan?” ujar Kak Benny.
Tempe sudah selesai dibungkus. Saatnya menunggu fermentasi | Foto: ig @sayuri_healing_food
Konon katanya, tempe tercipta secara tidak sengaja ratusan tahun yang lalu. Orang-orang tidak menyangka daun waru yang membungkus kedelai membuatnya terfermentasi. Kak Benny pasti juga tidak menyangka tempe membawanya menuju kesuksesan. Ia tak hanya sukses berwirausaha, namun juga sukses memberikan dampak kepada sekitar. Harapannya, ada lebih banyak lagi produk-produk asli Indonesia yang dicintai oleh masyarakatnya dan bisa mengangkat nama Indonesia di mata dunia. Bangkit bersama untuk Indonesia dengan mencintai produk lokal yang ada. [T]