15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Prambanan Tidak Hanya Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
December 27, 2022
inKhas
Prambanan Tidak Hanya Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso

Candi Prambanan merupakan Candi Hindu-Budha terbesar dan termegah di pertengahan abad ke-8 sebelum masuk ke Jawa Timur. Kira-kira kalimat itu diungkapkan oleh Prof. Dr. Agus Aris Munandar yang menjadi narasumber dalam acara Pemanfaatan Candi Prambanan sebagai Tempat Ibadah Hindu Nusantara dan Dunia yang diselenggarakan oleh Ditjen Bimas Hindu RI di Hotel Dafam Enkadeli, Jakarta pada Senin, 26 Desember 2022.

Acara ini diselenggarakan dalam rangka mencari titik temu terkait beberapa hal, seperti: waktu pelaksanaan ritual, branding, hingga rencana kolaborasi dengan berbagai pihak dalam rangka pengelolaan Candi Prambanan. Seperti diketahui bersama, Candi Prambanan sudah ditetapkan sebagai ibadah bagi umat Hindu di Indonesia dan dunia melalui nota kesepakatan yang ditandatangani oleh Pemda DIY, Pemprov Jateng, Kementerian Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kementerian BUMN, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Jumat, 11 Februari 2022.

Oleh karena itu, menurut Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si selaku Dirjen Bimas Hindu RI mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah jalan satu-satunya yang dapat ditempuh dalam proses pengembangan Candi Prambanan sebagai tempat peribadatan umat Hindu Indonesia dan dunia.

Selain waktu pelaksanaan, dalam kesempatan ini Prof. Duija juga menekankan soal penamaan ritual yang akan diselenggarakan dalam upaya umat Hindu memelihara ingatan terkait pembangunan Candi Prambanan di masa silam. Keresahan-keresahan tersebut kemudian menjadi dasar kegiatan ini dilangsungkan dan juga didatangkanlah dua pakar yang ahli di bidang ini. Mereka adalah Sugi Lanus (pembaca dan peneliti manuskrip Bali dan Kawi) dan Prof. Dr. Agus Aris Munandar (Guru Besar Departemen Arkeologi Universitas Indonesia).

Candi Prambanan Dari Sudut Pandang Efigrafi dan Filologi

Sugi Lanus membuka ruang diskusi pagi hari itu dengan ratusan slide shownya. Nama Sugi Lanus tidaklah asing bagi saya, saat masih mahasiswa namanya cukup familiar di telinga saya. Apalagi saat saya cukup sering nongkrong di Komunitas Mahima. Beberapa kali saya ikut nimbrung dalam diskusi yang secara alami menjadikannya sebagai narasumbernya.

Oke kembali ke laptop. Dalam pembahasannya, Sugi Lanus banyak memaparkan Candi Prambanan secara efigrafi dan filologi. Apa yang dimaksud dengan efigrafi dan filologi? Sederhananya, efigrafi adalah penelitian yang berdasar prasasti dan sejenisnya. Sedangkan filologi merupakan penelitian yang berdasarkan atas babad, lontar, dan sejenisnya.

Dalam presentasinya, Sugi Lanus mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang masih diwarisi oleh umat Hindu di Bali adalah nilai-nilai yang ada pada Candi Prambanan. Ia juga menyebutkan bahwa nilai-nilai yang dibawa oleh Mpu Kuturan ke Bali berasal dari teks Medang Kemulan (Jawa Tengah sekarang). Nilai-nilai yang dimaksud misalnya: prosesi caru—bahwa di bawah Candi Prambanan ditemukan tulang, abu ayam dan kambing. Lewat penjelasannya pula saya mengetahui bahwa secara masehi Candi Prambanan dibangun pada 12 November 856 atau jika dikonversikan ke tahun saka menjadi 778 saka.

Berangkat dari pemaparan melalui sudut pandang efigrafi dan filologi, Sugi Lanus juga menyampaikan beberapa rekomendasi dalam forum diskusi ini, di antaranya: Candi Prambanan sebagai tempat ibadah harus memiliki tanah pelaba (berupa sawah atau kebun) yang berada di sekitaran candi) pengadaan ini bisa dilakukan dengan cara fundraising atau sejenisnya—hal ini penting mengingat dalam sebuah teks yang dibawa oleh Mpu Kuturan dari Medang Kemulan dikatakan bahwa apabila tidak terpenuhi, maka Hyang Widhi akan kembali ke Shivalaya/Himalaya.

Candi Prambanan juga harus memiliki Beji sebagai sumber air yang akan dipergunakan untuk kebutuhan upacara. Candi Prambanan juga menurutnya harus dilakukan sebuah proses penyucian, baik itu pemelaspasan atau prayascita—mengingat begitu banyak wisatawan yang telah hilir mudik di area candi.

Dalam kesempatan itu, Sugi Lanus juga merekomendasikan untuk dibentuknya sebuah pusat studi yang fokus mempelajari hal-hal terkait Candi Prambanan—buat saya ini penting untuk memelihara ingatan dan juga memperkuat pondasi umat dalam melakukan pengelolaan terhadap Candi Prambanan. Tanpa adanya pengetahuan, alih-alih memperkuat dan melestarikan—nihilnya pengetahuan umat tentang Candi Prambanan justru menggiring umat ke dalam jurang kehancuran.

Pengaruh Budha Ditemukan di Candi Prambanan

Makan siang sudah selesai. Forum dilanjutkan dengan pemaparan dari Prof. Dr. Agus Aris Munandar yang merupakan Guru Besar di Departemen Arkeologi Universitas Indonesia. Pemaparannya mengambil tema “Mengenal Lebih Lanjut Percandian Sivagraha (Prambanan)”. Prof. Agus memulai pemaparannya dengan menyampaikan arkeologi dapat dibagi menjadi dua konteks, yakni: dua konteks dan tiga konteks.

Foto bersama dalam acara Pemanfaatan Candi Prambanan sebagai Tempat Ibadah Hindu Nusantara dan Dunia yang diselenggarakan oleh Ditjen Bimas Hindu RI di Hotel Dafam Enkadeli, Jakarta pada Senin, 26 Desember 2022.

Dua konteks yang dimaksud adalah bangunan, prasasti, arca, atau apapun itu yang dibuat pada masa silam dan hingga hari ini masih dimanfaatkan atau digunakan untuk kepentingan umum. Sedangkan tiga konteks adalah bangunan, prasasti, arca, atau apapun itu yang dibuat pada masa silam, sempat terkubur atau dilupakan, dan masa kini kembali dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Contoh dari dua konteks itu misalnya Pura Besakih dan Masjid Agung Demak yang sejak masa silam sampai hari ini masih berfungsi, sedangkan tiga konteks yang dimaksud seperti Candi Prambanan.

Prof. Agus juga menyebutkan bahwa ruang geografi menjadi hal menarik dalam candi sebagai setting kegiatan budaya. Ruang-ruang geografi yang biasanya ditemukan di lokasi candi dibangun adalah ruang-ruang geografi yang memiliki batasan alami seperti: lembah, ngarai, dataran, lereng, tepian sungai, kawasan danau dan juga lingkungan flora (hutan, tanaman palawija, persawahan) dan lainnya. Hal ini juga ditemukan pada Candi Prambanan, dimana sisi utaranya merupakan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu dan di sisi baratnya terbentang Sungai Opak.

Prof. Agus juga menyampaikan bahwa lahan tempat berdirinya percandian merupakan area suci yang telah diuji sebelumnya oleh Pendeta dengan upacara Bhupariksa. Upacara Bhupariksa dilakukan untuk menguji kelayakan tanah yang akan dijadikan tempat pembangunan candi. Apabila lolos dari pengujian tersebut, maka area tersebut pantas untuk didirikan candi karena kekuatan dewata akan mudah turun dan bersemayam dalam candi.

Candi Prambanan sendiri dibangun pada tahun saka 778 atau 856 masehi. Candi Prambanan dibangun dan kemudian terbagi menjadi tiga halaman. Pembagian ini bukanlah tanpa alasan. Terdapat dua aspek mengapa area Candi Prambanan dibagi menjadi tiga halaman, yakni aspek religius dan pragmatis. Jika dilihat dari aspek religius, pembagian tiga halaman ini menyimbolkan tiga dunia (Tri Loka), yakni Bhur Loka, Bwah Loka, dan Swah Loka. Sedangkan dari aspek pragmatis, pembagian tiga halaman ini untuk menghindari Candi Prambanan tergenang air ketika hujan—mengingat Candi Prambanan sendiri dibangun di atas area yang datar.

Candi Prambanan terdiri dari beberapa bangunan candi, seperti: Candi Siwa (candi terbesar di area Candi Prambanan), Candi Wisnu (sebelah utara Candi Siwa), Candi Brahma (sebelah selatan Candi Siwa), Candi Nandi (di depan Candi Siwa), Candi Surya (di depan Candi Wisnu), Candi Candra (di depan Candi Brahma), Candi Apit (dua), Candi Astadikpalaka (delapan), dan Candi Prawara (224). Sehingga jumlah candi di areal Candi Prambanan sebanyak 240 candi.

Prambanan sendiri merupakan bangunan percandian terluas di Indonesia yang di halaman utama dibangun tiga candi Tri Murti, Nandi, Surya, Candra, dua Candi Apit, delapan Candi Astadikpalaka dan di halaman kedua terdapat sebanyak 224 Candi Prawara. Candi Tri Murti merupakan candi dengat atap prasadha yang memiliki kemiripan dengan atap bangunan kuil-kuil di Khmer Kuno.

Berbeda dengan candi Siwa-Budha di era Singasari-Majapahit (13-15 M) yang akulturasi antara Hindu Siwa dan Budha Mahayana sangat kental, tidak demikian dengan Candi Prambanan. Namun di Candi Prambanan ditemukan pengaruh Budha di dalamnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa cara, yakni: ditemukannya relief hiasan pohon Kalpataru (hiasan ini mengacu pada konsep pohon Boddhi)—relief ini kerap ditemukan di candi-candi Budha. Kemudian ditemukannya ragam hias arsitektural yang mirip stupa yang dinamakan dengan Amalaka, dan Candi-candi Prawara (berjumlah 224) yang mengelilingi candi-candi utama merupakan penataan khas percandian Budha (hal ini dapat dibandingkan dengan percandian Budha lainnya seperti Candi Lumbung, Sewu, dan Plaosan Lor).

Telah menjadi tugas kita untuk menggali lebih dalam nilai-nilai adiluhung yang masih tersimpan dalam Candi Prambanan. Hal ini menjadi penting agar berbagai ritual yang telah dilakukan di masa kini memiliki nilai—ritual tanpa memahami esensi sama saja dengan menabur garam di lautan, tidak ada gunanya. Membangun branding juga menjadi hal penting dalam proses pengembangan dan pemanfaatan Candi Prambanan sebagai tempat ibadah bagi umat Hindu di Indonesia dan dunia.

Selain untuk mengimbangi cerita rakyat yang telah berkembang, ini juga penting untuk membuka cerita dan makna sesungguhnya dari Candi Prambanan. Hadirnya Candi Prambanan sebagai tempat peribadatan umat juga harus disambut dengan edukasi kepada umat Hindu. Harus disadari bahwa Candi Prambanan berbeda dengan Pura pada umumnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Candi Prambanan merupakan tempat yang berada di bawah otoritas banyak pihak. Mulai dari Pemda DIY, Pemprov Jateng, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kementerian BUMN, dan Kementerian Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif. Kompleksitas semacam ini harus disadari dan disikapi secara dewasa oleh umat Hindu yang ingin beribadah di Candi Prambanan.

Selamat untuk kita semua karena Candi Prambanan menjadi tempat ibadah bagi umat Hindu di Indonesia dan Dunia. Selamat juga karena kekayaan Hindu-Budha semakin dirasakan oleh banyak orang. Lalu, sudahkah kita ikut berkontribusi dalam kemajuan Hindu Nusantara? Atau justru malah memperkeruh suasana saja? [T]

Hindu dan Keberagaman Seni Budaya | Catatan Tawur Agung dari Candi Prambanan
Kalender Pawukon Bali & Jawa Sama — Peninggalan Medang Kamulan
Menapak Jejak Konsep Purusa-Pradana di Lereng Gunung Rawung
Tags: BudhaCandi PrambananhinduHindu NusantaraJawa Tengah
Previous Post

Refleksi Keluarga Dalam Kumpulan Cerpen “Politik Kasur, Dengkur dan Kubur” Karya I Made Suarbawa

Next Post

Melewati Hamparan Pasir Menuju Pura Luhur Poten di Kawasan Bromo

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
Melewati Hamparan Pasir Menuju Pura Luhur Poten di Kawasan Bromo

Melewati Hamparan Pasir Menuju Pura Luhur Poten di Kawasan Bromo

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co