SEBELUM GADGET mulai dipegang anak-anak, banyak sekali permainan yang mengisi hari-hari setiap anak. Ada permainan kartu-kartu bergambar, kelereng, karet gelang dan masih banyak lagi. Permainan-permainan itu ada musimnya, seperti siklus di setiap tahun.
Belakangan ini mulai ada lagi permainan lato-lato. Permainan anak-anak ini dulu sempat ramai, dan kini sepertinya muncul kembali. Anak-anak di Buleleng atau di daerah lain di Bali, lato-lato biasanya juga disebut dengan permainan kotek-kotekan. Penamaan itu tidak lepas dari suara yang ditimbulkan ketika memainkannya. Tek, tek, tek…
Alat permainan ini sederhana. Dua buah bola keras dengan tali sebagai penggantungnya. Cara memainkannya, bola keras itu dipantul-pantulkan sehingga menimbulkan suara yang keras dan nyaring. Tek, tek, tek…
Permainan ini pernah muncul di tahun 2000-an dan ramai dimainkan anak-anak, bahkan remaja dan orang dewasa. Dua buah bola kecil itu terbuat dari plastik yang cukup padat, sehingga ketika terbentur akan menghasilkan bunyi dan memantul.
Permainan ini membutuhkan keseimbangan. Kedua bola itu harus tetap berbenturan dan terus saling memantul, di bagian atas dan bawah. Ketika keseimbangan itu hilang, maka dua bola tidak akan berbenturan dengan sempurna.
Ketika benturan tidak sempurna, kemungkinan besar pergelangan tanganlah yang menjadi sasaran bola. Atau, jika bola itu dekat dengan wajah, bola bisa membentur jidat atau mulut.
Meskipun permainan ini tergolong berbahaya, namun tetap saja dimainkan dengan asyik oleh anak-anak, karena permainan ini seakan menguji keahlian dan kesabaran si pemainnya..
Tak jarang, orang tua melarang anaknya untuk bermain lato-lato ini karena takut tangan anak bisa lebam serta beresiko terkena bagian kepala. Namun sebagian orang tua dengan senang hati membelikan permainan ini, karena dapat menjauhkan anak dari gadget untuk sementara waktu. Kadang sebagian orang merasa risih juga dengan suara yang ditimbulkan oleh permainan itu, karena dianggap menggangu waktu istirahat.
Padahal, jika dicocok-cocokkan, banyak hal positif yang bisa diambil dari permainan ini. Selain dapat menjauhkan anak dari gadget, juga bisa menambah sosialisasi anak dengan teman di lingkungannya.
Banyak juga yang memaknai permainan ini dengan menghubungkan ke hal positif. Melatih keseimbangan misalnya. Tentu anak dilatih untuk konsentrasi dan melatih keseimbangan dalam memainkan lato-lato ini. Anak-anak bisa berlatih mengayunkan tali bola dengan irama yang benar sehingga benturan bisa teratur dan tahan lama. Konsentrasi pada anak pun terbentuk dengan baik.
Bisa juga untuk melatih kesabaran anak. Banyak anak mengalami kegagalan di awal memainkan permainan ini. Lebam di tangan tidak menyurutkan latihan mereka, tetap dicoba sampai benar-benar bisa. Menangis, dimarahi orang tua, tidak serta merta membuat mereka menyerah untuk terus belajar.
Setidaknya permainan ini dapat menciptakan karakter anak yang tidak mudah menyerah dan mau terus mencoba, walau sering mengalami kegagalan.
Bermain lato-lato juga bermain irama. Irama ayunan akan menciptakan suara yang dihasilkan memiliki tempo yang berbeda. Banyak anak yang sudah mahir, dapat dengan mudah memainkan suara yang dihasilkan. Dari pelan, sedang, sampai cepat. Ketika dipadukan dalam sekali permainan akan menghasilkan irama yang bagus. Hal ini menambah penasaran anak untuk berlatih hal baru dengan satu permainan.
Selain hal positif untuk anak, banyak juga yang memaknai permainan ini dengan mengkaitkannya pada kehidupan. Dua bola itu diibaratkan kehidupan. Menghadapi kehidupan ini banyak mengalami benturan atau cobaan. Baik di posisi bawah atau sedang terpuruk, maupun sudah di posisi atas atau kesuksesan.
Benturan-benturan itu akan senantiasa ada untuk menguji. Di balik benturan itu akan ada irama kehidupan yang dihasilkan. Irama itu akan terdengar oleh orang, dan dikomentari. Ada yang suka dan ada pula yang tidak suka. Ada yang risih dengan pencapaian, ada pula yang kagum.
Tentang keseimbangan, di dalam menghadapi kehidupan ini membutuhkan keseimbangan dan saling memahami orang lain. Bersosialisasi dengan orang lain, walau terkadang ada hal yang menyebabkan benturan. Namun ketika dicoba berulang kali, maka akan menghasilkan hal baik dan semua itu bisa dilalui dengan baik pula.
Ada pula yang memaknai dua bola itu adalah dua orang dan tangan yang mengayunkan adalah ego serta bunyi yang dihasilkan adalah perkataan atau ucapan. Ketika ego mulai mucul, dua orang itu mulai bertentangan. Semakin keras ego tersebut maka ucapan yang dilontarkan akan semakin keras pula, sehingga pertentangan itu pun terjadi terus menerus. Di mana pun mereka bertemu, akan tetap beradu ego dan ucapan keras. Pertentangan dapat berakhir ketika ego mulai lemah dan ucapan mulai sedikit melemah.
Ada banyak hal yang bisa dipetik dari sebuah permainan jadul yang kini mulai ramai lagi dimainkan. Tergantung kita melihat dan memaknai sebuah kejadian yang ada di sekitar kita. Ingin memaknainya ke hal yang positif ataupun sebaliknya, walaupun banyak pula yang menganggap semua itu adalah ilmu cocoklogi. Ilmu mengkaitkan fenomena yang ada dengan kehidupan ini. [T]