SELAIN SEPAK BOLA, voli adalah cabang olahraga (cabor) yang gagal sumbang medali untuk Buleleng pada Porprov XV tahun 2022. Voli indoor putri yang digadang-gadang bisa mencuri medali kalah bersaing dengan Badung, Jembrana, dan Denpasar.
Lantas tim voli indoor putra kalah dengan kabupaten apa?
Voli Putra Buleleng tidak kalah dengan tim manapun. Terus kenapa tidak dapat medali? Penggemar voli Buleleng sudah tahu jawabannya. Voli indoor putra Buleleng tidak ikut serta di event dua tahunan ini. Jadi, sudah bisa dipastikan sejak awal voli indoor putra tidak menang dengan tim manapun dan tidak akan sumbang medali.
Pertanyaannya apakah voli Buleleng tidak bergeliat setelah dilanda covid? Jawabannya tentu tidak.
Sepanjang tahun 2022 voli Buleleng sangat semarak. Lebih dari 15 turnamen voli baik dengan format lokal banjar, lokal desa, dan semi open telah terselenggara dengan meriah.
Ataukah regenerasi voli Buleleng gagal sehingga tidak ada pemain muda yang diandalkan? Jawabannya juga tidak.
Pemain-pemain muda Buleleng seperti Didit Prayogo dan I Gusti Ngurah Made Kusuma Wardana (Uuk) bahkan berhasil membawa Planet Sembiran menjuarai turnamen penuh semi open Tajun Cup III dan Arbong Cup I.
Juga Ari Prahyudi quicker andalan Buleleng ini membawa The Winner menjadi juara turnamen semi open di Kalibukbuk Cup LPD Kalibukbuk Cup VIII Ganggang Biru Cup I, dan Naka Sport I. Didit, Uuk, dan Prahyudi bermain dan bersaing dengan pemain top Bali dan nasional. Ini artinya kualitas mereka tidak jauh berbeda. Mereka punya potensi untuk bersaing.
Kalau begitu apa alasannya tim voli putra indoor tidak dikirim pada Porprov tahun ini?
Dikutip dari laman facebook Humas PBVSI Buleleng, alokasi anggaran KONI untuk cabor voli hanya untuk 12 orang tim voli indoor. Dengan pertimbangan peluang medali akhirnya PBVSI hanya mengirim tim putri indoor dan tim bola voli pantai.
Lantas bagaimana cara Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) Buleleng mengevaluasi kualitas tim dengan tanpa mengikuti turnamen? Apakah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan PBVSI tidak yakin dengan kekuatan tim voli putra indoor Buleleng? Sungguh bukan menjadi ciri khas Buleleng jika kalah sebelum berperang.
Kontinuitas di Porprov
Bertanding di ajang Porprov adalah impian setiap pemain. Kebanggaan membela tanah kelahiran dan kesempatan unjuk kualitas sebagai alasannya.
Didit, dkk., pasti ingin menunjukkan diri bahwa talenta Buleleng tidak kalah saing dengan Gianyar, Badung, Denpasar, dan Karangasem. Mereka juga layak diperhitungkan untuk membela Bali di kemudian hari. Tidak salah memang timbul rasa kekecewaan dari para pemain yang sudah berlatih kurang lebih 7 bulan.
Tidak bisa disalahkan juga jika ada penilaian bahwa manajemen induk voli Buleleng sepertinya tidak bisa melakukan upaya-upaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab sebagai wadah memperjuangkan atlet-atlet muda Buleleng dengan bukti nyata hanya Buleleng yang tidak ikut Porprov.
Dengan kondisi seperti ini, seharusnya ada evaluasi terkait kebijakan dalam pembinaan atlet-atlet voli muda di Buleleng. Misalnya, tetap harus disediakan anggaran untuk menghidupkan api semangat pevoli-pevoli muda Buleleng melalui berbagai event dan kejuaraan.
Semi Open vs Lokal Desa
Pada final Invitasi Bola Voli Volta Tamblang Oktober lalu, Ketua KONI Buleleng, Ketut Wiratmaja, sempat menyampaikan kepada saya bahwa pemain-pemain luar Buleleng selalu mendominasi pada turnamen semi open sehingga berimbas pada tidak berkembangnya pemain-pemain muda Buleleng.
Saya sempat berpikir, apakah ini juga menjadi salah satu alasan KONI menganggap voli indoor putra Buleleng tidak akan mampu bersaing di Porprov?
Turnamen semi open memang menarik. Ada pemain profesional yang bisa memberikan tontonan berkelas yang mengundang animo penonton. Ini dapat menggeliatkan perputaran ekonomi karena mereka membayar tiket dan berbelanja di warung-warung masyarakat. Dampak lainnya bisa memberikan motivasi dan edukasi bagi pemain-pemain muda. Pendapatan pemain pun bertambah karena mereka dibayar untuk adu gengsi.
Namun, tidak sedikit juga yang mengkritik turnamen ini. Semi Open tidak memberikan ruang yang lebih banyak kepada pemain-pemain muda untuk menempa diri. Mereka tersisihkan oleh pemain bayaran dari Gianyar, Badung, dan Denpasar yang selama ini mendominasi. Dampaknya bibit-bibit muda Buleleng kering pengalaman.
Namun, dari semua polemic itu, bisa disimpulkan bahwa kesadaran generasi muda untuk mencintai dan membela voli Buleleng luar biasa dengan banyaknya turnamen di Buleleng walau masih berbau bisnis hiburan dengan semi open. Untuk itulah perlu rasanya ada kejuaraan antardesa se-Buleleng agar kita tahu bibit-bibit terpendam dari desa-desa.
Singa Ambara Raja Cup
Dalam kasus di atas PBVSI menurut hemat saya harus menyediakan wahana bagi pemain-pemain muda untuk menambah jam terbang. PBVSI harus menyambut gairah voli anak-anak muda. Turnamen lokal desa se-Kabupaten Buleleng yang biasa dikenal dengan Singa Ambara Raja Cup seharusnya dijadikan agenda tahunan.
Tujuannya pemain-pemain muda masa depan Buleleng, seperti Kadek Dwinov Sukresna, Kadek Grahady, Kadek Dodi Setiawan, Uuk, agar mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengasah permainan dan mental.
Memang beberapa turnamen tahun ini formatnya lokal desa tetapi lingkup pesertanya masih terbatas. Seperti di Sanglung Cup I dan invitasi bola voli Volta Tamblang yang diikuti klub bola voli di Kecamatan Kubutambahan, dan STT Widya Dharma Bakti Cup I di Depeha hanya diikuti oleh beberapa kecamatan di Buleleng. Faktor keterbatasan anggaran juga menyebabkan panitia penyelenggara mengambil pilihan tersebut.
Jika PBVSI berkemauan sebagai penyelenggara maka permasalahan anggaran semestinya bisa teratasi. Pertandingan diselenggarakan di GOR Buana Patra. Lokasinya di tengah-tengah kota. Tim atau klub tidak terkendala masalah jarak.
PBVSI Buleleng memang sudah melakukan terobosan bagus dengan program Akademi Bola Voli Buleleng. Buktinya Kadek Dwinov Sukresna, Kadek Grahady, dan Nyoman Tiana Kumalasari menjadi bagian Tim Voli Bali raih juara 3 di Pra Popnas 2022. Namun, masukan-masukan kecil di atas sebaiknya dijadikan umpan balik untuk mewujudkan prestasi-prestasi besar di kemudian hari.
Semarak voli Buleleng, perhatian, dan kecintaan yang begitu besar dari voli mania Buleleng merupakan momentum yang tepat bagi PBVSI Buleleng untuk terus memajukan olahraga bola voli. Sejarah tidak ikut Porprov tidak boleh terulang. Tidak ada alasan lagi untuk tidak menggelar Singa Ambara Raja Cup tahun depan. [T]